Testing Interferometer

Testing 12 Jam pengamatan

Hari kemarin, 06 November 2010 merupakan hari dimana didapatkan first light Interferometer radio. Setelah bingung beberapa saat, akhirnya diputusin untuk testing interferometer aja langsung. Gak usah di attenuate dulu LO-nya, karena pada testing osc dan LO-Injection kemarin udah didapat keluaran audio yang sama dari dua receiver dan rasanya gak akan rusak jika langusng menginjeksi LO dari receiver 1 langsung ke mixer di receiver 2. Karena pada dasarnya LO dan Mixer di masing masing receiver juga langsung di injeksi begitu saja. Nanti kalau ada masalah baru dipikirkan lagi.

jam 23.15-04:56

Gambar diatas adalah hasil pengamatan selama 12 jam pengamatan. Sebenarnya maunya lebih karena waktu jam ke-12 kemarin itu jam 11 malam dan udah diniatin nginep. Tapi tiba-tiba sinyal malah drop dua-duanya dan hasil korelasi juga drop. Coba mencari penyebabnya sampai restart komputer segala, dan nyoba ganti input di microphon. Karena sinyal berubah drastis dan keburu panik duluan akhirnya milih di microphone. Karena di microphone sinyal kembali naik. Habis itu agak tenang sedikit dan ditinggal tidur. Pas bangun sekitar jam 3 pagi, coba dilihat malah gak karuan hasilnya (maksudnya tidak sesuai yang diharapkan). Sampai sekarang masih misteri…

Soundcard Oszilloscop

Pagi-pagi coba mengerjakan yang lain. teringat tentang Soundcard Oscilloscope yang dibicarakan di fringes akhirnya nyari-nyari yang gratisan dapet. Langsung dicoba buat lihat sinyal dari masing2 receiver didapat perbedaan phase 180 derajat. coba dilihat di pola x-y Lissajous memang terlihat perbedaan phase 180 derajat. Setelah dihitung berdasarkan persamaan kalibrasi, didapat bahwa diperlukan kabel adjusment 6,1XX m. Langusng teringat kabel feedline AJ-TB2 memiliki panjang segitu juga. artinya panjang kabel kurang setengah lambda. Pada awalnya mengira ini penyebab perbedaan Phase ini. Tapi setelah coba test tanpa antenna, sinyal masih tidak bergeming dengan pendiriannya berfase 180 derajat. Kecurigaan langsung mengarah ke receiver dan lebih tepatnya LO-Injection. Apa ini penyebabnya? misteri… Akan kucoba kau lain waktu. Tapi kau adalah perhatian pertamaku nanti.

Tadinya gak mau nginep, tapi setelah malem agak gerimis dan kabel udah terlanjur terpasang, males buat nggulung lagi ditambah baca notes FB seseorang sukarelawan Merapi dari link temen akhirnya diputusin nginep aja. Notesnya itu menceritakan kondisi yang memprihatinkan di pengungsian. Yang di pengungsian aja semangat walaupun dengan keterbatasan, disini yang lebih mendingan masak gak semangat.

Minggu,07 Nov 2010
Ruang Kontrol Teleskop Radio

Interferometry

Astronom radio telah belajar bagaimana mengatasi keterbatasan resolusi pada teleskop radio dengan interferometry, yaitu menggunakan dua teleskop untuk mengamati obyek yang sama dalam waktu yang sama pula. Beam dari dua teleskop membentuk fringe pattern di langit, yaitu pola gelap terang akibat interferensi. Akibat rotasi bumi, pola ini akan menyapu area langit. Jika suatu obyek langit memancarkan gelombang radio dan tersapu oleh pola ini, maka dari dua teleskop tersebut akan didapat pola sinyal yang naik turun terhadap waktu pengamatan ketika sinyal dari masing-masing teleskop di tambahkan (atau dikalikan).

Bentuk sinyal interferensi yang diterima oleh dua teleskop yang melakukan pengamatan secara simultan. (a) Constructive Interference, obyek pemancar berada tepat diatas dua teleskop sehingga sinyal akan ditangkap secara bersamaan. (b) Destructive Interference, sinyal datang agak kesamping dari titik tegak lurus baseline sehingga sinyal tidak datang secara bersamaan dengan jarak delay setengah lambda. (c) Constructive Interference  akan kembali terjadi jika jarak delay sebesar kelipatan lambdanya. Sumber: Bradt, Astronomy Method.

Masing – masing teleskop dengan jarak baseline (jarak dan orientasi antar teleskop) dapat dinyatakan sebagai titik plot pada suatu bidang 2-D (Fourier Plane) yang biasa dinyatakan dalam x-y. Sinyal yang diterima masing-masing titik dinyatakan sebagai visibility function,V(b),  yang menjadi salah satu komponen dalam ruang fourier sebagai distribusi kecerlangan langit.

Dengan memanfaatkan rotasi bumi, masing – masing titik akan bergeser dalam bidang fourier dan mengisi daerah -daerah kosong dalam bidang fourier tersebut.  Dari transformasi fourier dari fungsi visibilitas diatas didapat nilai pendekatan dari kecerlangan langit. Teknik ini disebut Apperture Synthesis.

Sumber: Bradt, Astronomy Method

Test Oscilloscope dan LO Injection

Trio-Kenwood CS-1830

hari ini sesuai rencana dari kemarin yaitu coba lihat dan mencoba menyalakan oscilloscope yang mati suri di ruang instrument OB. Menurut Pak Asep, teknisi senior OB, katanya barang ini dulunya dipakai dalam kaitannya dengan fotometer. Tapi beliau sendiri belum pernah menggunakannya, hanya beberapa kali melihat osc ini ada di bamberg, kadang di GOTO, dan di tempat lain. Kalau dari data infentarisasi sih tertulis tahun 1981. wah, belum lahir saya…

harusnya sinyal kotak.

Oscilloscope ini ditemukan dalam keadaan tidak ada prob-nya, jadi untuk testing dan kalibrasi menggunakan kabel dan konektor bikin sendiri. setelah mencoba mengkalibrasi sesuai petunjuk, gambar yang ditampilkan tidak membentuk signal kotak. tapi seperti signal kotak yang bagian vertikalnya gak ada. Cuma garis-garis atas bawah atas bawah aja. selain itu sinyalnya juga nampak di batas bawah terus, nggak bisa digeser ke tengah layar.

mencoba putar-putar knop, pencet-pencet tombol, putar pencet putar pencet, tarik masukin sampe beberapa tengah jam kemudian akhirnya putus asa dan berhenti dulu dengan membiarkannya seperti itu…

foto saat testing receiver

Kerjaan akhirnya dilanjutin bikin dua kabel sama panjang yang akan dipake buat sambungan antena ke receiver 1 dan receiver 2. kabel ini akan dipake buat test reciver dan LO injection. Sumber sinyal berasal dari antena AJ-TB2 yang di split ke dua kabel ini dan masuk ke masing2 receiver. setelah antena terpasang, kabel LO-Injection juga terpasang, nyalakan dan coba di audio. Karna audio cuma satu set, terpaksa test audionya gantian. Dari test ini nampaknya audio yang dihasilkan sama. Tapi tunning yang berfungsi cuma tunning di receiver satu. Walaupun audio terpasang di receiver 2, tunning hanya bisa dilakukan dari receiver 1. ya bagus lah, lagian kalau masing2 bisa di tunning malah repot mensinkronkan frekuensinya.

Sebenarnya scope ini bakal dipake buat test V keluaran dari LO-out. tapi karna scopenya “ngadat” jadinya nekat nyambung LO-injection yang katanya harus di attenuate dulu. Hasil test LO-injection yang nggak di attenuate ini agak menggembirakan karena nampak sesuai yang diharapkan yaitu audio keluaran yang sama. Sehingga agak mengobati kekecewaan gara-gara scope “ngadat”. Selanjutnya tinggal test pake scope. Tapi ntah pake scope siapa ntar ….