Science on a Sphere, Peragaan Sistem Pada Bumi

Saya menemukan video unik tentang sistem bumi yang awalnya saya dapat tautan sebelumnya dari FB kolega yang bekerja di LAPAN.

Videonya sangat menarik, yaitu menunjukkan simulasi tiga dimensi tentang dinamika planet bumi. Memperlihatkan bagaimana sistem yang ada pada bumi seperti sistem pergerakan arus laut, sistem pergerakan lempeng bumi, pergerakan awan dan sistem iklim serta perubahan iklim.

Alat peraga ini ditujukan untuk sain dan pendidikan publik, jadi dapat mempermudah pengunjung dalam memahami sistem bumi. Para pengunjung berkeliling di sekitar bula bumi tersebut dan dapat secara langsung melihat dinamika bola bumi yang ada di depannya.

Peragaan sain, museum sain, atau apapun namanya di Indonesia layak untuk memilikinya… 🙂

Pengaturan Canon 60D untuk Video

Kemungkinan saya akan ikut ke Palembang, Sumatera Selatan, untuk mendokumentasikan Forum Group Discussion seperti yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu di Tuban dan Gresik, Jawa Timur. Ada clip-clip video, snapshot, dan gambar yang perlu diambil. Seperti biasa, saya memilih DSLR untuk mendukung tugas ini dan pilihan saya adalah Canon 60D. Waktu ke Jawa Timur, saya tidak sempat mencicipi 60D, oleh sebab itu saya akan berusaha mencari 60D untuk acara kali ini.

Sebelum eksperimen, saya coba cari tips trik singkat untuk mendapat hasil video HD maksimal. Salah satunya dari video berikut ini:

Dari video diatas, bisa diambil point-point penting terkait pengaturan dasar untuk mendapatkan hasil ‘maksimal’.

  1. Movie Exposure pilih manual untuk mendapat hasil yang konsisten.
  2. Shutter speed pilih di angka dua kali frame rate. Misal jika frame rate 24, pilih shutter speed 48 atau yang mendekati seperti 50.
  3. ISO sebisa mungkin yang kecil untuk menghindari noise. Direkomendasikan 160, 250, 320, dan tidak melampaui 1600.
  4. Atur aperture pada posisi paling lebar.
  5. Picture profile: neutral ; Highlight tone priority:Off ; Auto lighting optimizer: Off

Sementara sikian dulu, nanti kalau ada yang baru ditambahkan.

Mencoba Feature Gallery di WordPress

Setelah beberapa waktu pindah dari blogspot ke wordpress, sedikit-sedikit saya mulai eksplore feature-feature yang disediakan. Feature yang menurut saya sangat bagus dan sangat mendukung hoby saya di bidang fotografi adalah feature gallery. Feature ini baru saja saya coba untuk menampilkan hasil-hasil foto ‘pilihan’ yang pernah saya ambil.

Astrophotography Alfan Nasrulloh 2013-04-06 20-30-06Feature gallery ini saya buat pada halaman baru atau ‘page’ dalam wordpress dan muncul sebagai menu baru setara dengan ‘home’. Halaman ini saya beri nama ‘My Photo Works’. Pada menu ini saya buat sub-menu Astrophotography dan Landscape.

Astrophotography akan saya khususkan untuk menampilkan foto-foto yang saya ambil berkaitan dengan benda-benda luar angkasa. Untuk saat ini baru benda-benda yang mudah dilihat oleh mata atau benda-benda yang bisa difoto tanpa menggunakan teleskop.

Sedangkan Landscape saya buat untuk menampilkan foto-foto pemandangan alam maupun foto-foto pemandangan secara umum.

Berikut Link-nya:

My Photo Works

Astrophotography

Landscape

Bersiap Membuat Clip Dokumenter di Gresik dan Tuban

Minggu depan saya dapat tugas ke Gresik dan Tuban, Jawa Timur untuk mendokumentasikan kegiatan  project yang berkaitan dengan pertanian atau agriculture. Target yang ingin saya dapat adalah interaksi expert dengan petani lokal. Hsilnya berupa video dan foto. Foto-foto ini akan menjadi stock publikasi dan dokumentasi kegiatan project. Sedangkan video akan digunakan sebagai media publikasi dan edukasi publik baik di Indonesia maupun Jepang. Temanya mungkin lebih cenderung ke dokumenter.

Pertama, saya harus dapat gambaran tentang medan yang akan saya hadapi. Dari informasi yang ada, saya dapat gambaran bahwa saya akan ambil gambar pada lokasi outdoor. Mungkin akan berada di area persawahan. karena posisi outdoor, ada beberapa faktor lingkungan yang perlu saya perhatikan seperti angin yang bisa mengaburkan suara, hujan yang bisa mengganggu acara dan menjadi ancaman bagi instrumen dan ancaman untuk kesehatan.

Saya akan ambil moment diskusi antara expert dan petani. Saya akan ambil sudut dari sisi expert dengan sedikit memasukkan expert dalam frame dan lebih meng-expose petani dengan latar belakang persawahan. Sesekali saya akan sweep area persawahan dan mencoba menangkap gambaran umum dan hal unik yang bisa saya ambil. Hal unik disini misalnya suatu hal yang tidak umum pada persawahan terutama efek dari perubahan iklim. Ini moment kunci utamanya, dan saya harus mendapat moment ini.

Untuk mendukung tugas ini, saya memilih menggunakan DSLR karena menurut saya sudah sangat mumpuni untuk keperluan diatas. Hasil foto-foto sangat bagus dan professional looks dan hasil video juga tidak kalah dengan kamera professional untuk membuat film. Hasil videonya juga bisa tampak lebih cinematic daripada menggunakan kamera handycam. Bentuknya juga tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa.

List peralatan:

  1. Canon EOS 7D
  2. Tamron 17-50 mm F/2.8
  3. RODE stereo video microphone
  4. Tripod yang bisa monopod

Canon EOS 7D untuk merekam gambar dan video, kamera yang menurut saya cukup canggih dengan dukungan feature yang lengkap, setidaknya jauh lebih lengkap dari kamera saya sendiri (Sony A200). Kamera yang bagus dan harganya lumayan mahal. Dari beberapa review di web dan youtube, kamera ini menghasilkan gambar yang tajam dan hasil video cinematic (bergantung pada lensa juga). Tingkat noise juga relatif rendah dan memiliki rentang sensitifitas ISO yang beragam.

Lensa Tamron 17-50 mm untuk menangkap gambar. Lensa dengan sudut pandang yang lebar untuk menangkap momen dengan cakupan view yang lebar pada jarak yang dekat. Hal ini cukup penting, karena kemungkinan saya akan mengambil gambar dari posisi yang sulit, seperti berdesak-desakan atau berdiri di ‘galengan’ (jalan setapak pembatas petak sawah) bersama-sama dengan petani dan expert. Atau kalau tidak saya harus nyebur ke sawah dimana itu akan merusak persawahan atau sepatu saya yang kotor :). Tapi yang jadi perhatian utama sih rusaknya pertanian. Sedangkan untuk focal ratio atau f-stop F/2.8 saya pikir cukup untuk mendapat DOF (Depth of Field) yang lumayan untuk mempertegas POI (point of interest). Kalau di teleskope astronomi, focal ratio ini menentukan seberapa cepat teleskop. Semakin kecil berarti teleskop semakin cepat mengumpulkan cahaya.

RODE stereo video microphone untuk mengambil suara. Saya agak sangsi dengan kemampuan built-in mic pada EOS karena berdasarkan pengalaman, akan banyak noise suara yang masuk, apalagi saya harus mengambil video pada lokasi outdor dengan kondisi yang seperti saya ceritakan diatas. Oleh sebab itu saya menyiapkan external microphone ini. Dari berbagai review di web dan youtube, hasilnya lumayan bersih dan berbeda jauh dengan yang tidak memakai external microphone ini. Dengan penutup mic yang berbentuk bulu-bulu seperti bulu rubah itu, bisa mengeliminir noise ‘gemrubuk’ yang desebabkan hembusan angin.

Sedangkan yang terakhir yaitu tripod untuk kenyamanan saat mengambil gambar. Sebenarnya saya tidak menyewa, tapi dari persewaan menawarkan gratis ya dipakai saja, lagi pula pasti akan membantu di lapangan. Megang kamera itu pegel juga, apalagi dalam waktu yang lama.

Last of all, Tet’s try..!!!

kapan lagi bisa bereksperimen dengan alat canggih. Walaupun bisa saja saya merekomendasikan untuk sewa orang professional untuk mengerjakan ini, tapi kalau bisa saya kerjakan sendiri dan bisa menambah pengetahuan, pengalaman, dan yang paling penting, enjoyment, Why not?

Jika sukses, saya akan pergi ke palembang untuk hal yang sama.

Ok, Wish me luck..!!!

Nge-random Sampai ke Depok

Berawal dari hanya nganterin Ibuk ke tempat penginapan, kebetulan ibuk sedang ikut study tour dan mampir nginep di tempat saya, saya sekaligus niat untuk tidak balik lagi langsung ke kosan tapi mau ke masjid istiqlal sekaligus nunggu sholat jumat sambil eksplore ada apa saja di sekitaran masjid istiqlal seperti perpustakaan atau yang lain.

Setelah saya pikir-pikir lama juga kalau nunggu solat jumat dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Setelah berjalan beberapa langkah menuju masjid istiqlal, saya melihat papan bertuliskan …*lupa tulisannya (tentang pusat kereta api) yang membuat saya tertarik untuk berbelok ke sana. Beberapa langkah masuk, kok seperti stasiun, dan ternyata memang stasiun sodara-sodara . Saya jadi kepikiran untuk ‘nge-random’ *saya pinjam istilah teman saya* ke depok, ya saya pengen tau seperti apa sih depok itu, seperti apa naek KRL itu (belum pernah naek KRL -_-).

Saya kurang tau alurnya naek KRL, intuitif aja dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dipasang, dan ternyata bener jadi gak mengalami kejadian yang memalukan.

Nunggu agak lama akhirnya kereta datang. Keretanya cukup nyaman, lengang, mungkin karna hari libur dan masih pagi jadi semua orang duduk. Baru pulangnya yang agak ramai sampai berdesak-desakan di dalam. Kalau perjalanan pergi cukup 1 jam sampai stasiun UI, baliknya butuh dua jam untuk sampai stasiun Juanda lagi.

Nyampai di Stasiun UI, jalan-jalan berkeliling menikmati asrinya pohon-pohon dan sejuknya pagi. Duduk-duduk sebentar di pinggir danau, kemudian mampir sebentar di Masjidnya dan balik lagi ke jakarta, karna saya pengen shalat jumat di Istiqlal. Untungnya saya balik jam 9.00 kalau saya balik jam 10.00 sesuai rencana awal, mungkin saya gak cukup waktu sampai di Istiqlal, karna ada masalah sinyal ketika mau masuk atau lewat stasiun gambir jadi agak telat satu jam.

Danau di UI. foto: Alfan Nasrulloh
Danau di UI. Diambil dengan kamera Xperia GO. credit: Alfan Nasrulloh