Pengaturan Canon 60D untuk Video

Kemungkinan saya akan ikut ke Palembang, Sumatera Selatan, untuk mendokumentasikan Forum Group Discussion seperti yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu di Tuban dan Gresik, Jawa Timur. Ada clip-clip video, snapshot, dan gambar yang perlu diambil. Seperti biasa, saya memilih DSLR untuk mendukung tugas ini dan pilihan saya adalah Canon 60D. Waktu ke Jawa Timur, saya tidak sempat mencicipi 60D, oleh sebab itu saya akan berusaha mencari 60D untuk acara kali ini.

Sebelum eksperimen, saya coba cari tips trik singkat untuk mendapat hasil video HD maksimal. Salah satunya dari video berikut ini:

Dari video diatas, bisa diambil point-point penting terkait pengaturan dasar untuk mendapatkan hasil ‘maksimal’.

  1. Movie Exposure pilih manual untuk mendapat hasil yang konsisten.
  2. Shutter speed pilih di angka dua kali frame rate. Misal jika frame rate 24, pilih shutter speed 48 atau yang mendekati seperti 50.
  3. ISO sebisa mungkin yang kecil untuk menghindari noise. Direkomendasikan 160, 250, 320, dan tidak melampaui 1600.
  4. Atur aperture pada posisi paling lebar.
  5. Picture profile: neutral ; Highlight tone priority:Off ; Auto lighting optimizer: Off

Sementara sikian dulu, nanti kalau ada yang baru ditambahkan.

Bersiap Membuat Clip Dokumenter di Gresik dan Tuban

Minggu depan saya dapat tugas ke Gresik dan Tuban, Jawa Timur untuk mendokumentasikan kegiatan  project yang berkaitan dengan pertanian atau agriculture. Target yang ingin saya dapat adalah interaksi expert dengan petani lokal. Hsilnya berupa video dan foto. Foto-foto ini akan menjadi stock publikasi dan dokumentasi kegiatan project. Sedangkan video akan digunakan sebagai media publikasi dan edukasi publik baik di Indonesia maupun Jepang. Temanya mungkin lebih cenderung ke dokumenter.

Pertama, saya harus dapat gambaran tentang medan yang akan saya hadapi. Dari informasi yang ada, saya dapat gambaran bahwa saya akan ambil gambar pada lokasi outdoor. Mungkin akan berada di area persawahan. karena posisi outdoor, ada beberapa faktor lingkungan yang perlu saya perhatikan seperti angin yang bisa mengaburkan suara, hujan yang bisa mengganggu acara dan menjadi ancaman bagi instrumen dan ancaman untuk kesehatan.

Saya akan ambil moment diskusi antara expert dan petani. Saya akan ambil sudut dari sisi expert dengan sedikit memasukkan expert dalam frame dan lebih meng-expose petani dengan latar belakang persawahan. Sesekali saya akan sweep area persawahan dan mencoba menangkap gambaran umum dan hal unik yang bisa saya ambil. Hal unik disini misalnya suatu hal yang tidak umum pada persawahan terutama efek dari perubahan iklim. Ini moment kunci utamanya, dan saya harus mendapat moment ini.

Untuk mendukung tugas ini, saya memilih menggunakan DSLR karena menurut saya sudah sangat mumpuni untuk keperluan diatas. Hasil foto-foto sangat bagus dan professional looks dan hasil video juga tidak kalah dengan kamera professional untuk membuat film. Hasil videonya juga bisa tampak lebih cinematic daripada menggunakan kamera handycam. Bentuknya juga tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa.

List peralatan:

  1. Canon EOS 7D
  2. Tamron 17-50 mm F/2.8
  3. RODE stereo video microphone
  4. Tripod yang bisa monopod

Canon EOS 7D untuk merekam gambar dan video, kamera yang menurut saya cukup canggih dengan dukungan feature yang lengkap, setidaknya jauh lebih lengkap dari kamera saya sendiri (Sony A200). Kamera yang bagus dan harganya lumayan mahal. Dari beberapa review di web dan youtube, kamera ini menghasilkan gambar yang tajam dan hasil video cinematic (bergantung pada lensa juga). Tingkat noise juga relatif rendah dan memiliki rentang sensitifitas ISO yang beragam.

Lensa Tamron 17-50 mm untuk menangkap gambar. Lensa dengan sudut pandang yang lebar untuk menangkap momen dengan cakupan view yang lebar pada jarak yang dekat. Hal ini cukup penting, karena kemungkinan saya akan mengambil gambar dari posisi yang sulit, seperti berdesak-desakan atau berdiri di ‘galengan’ (jalan setapak pembatas petak sawah) bersama-sama dengan petani dan expert. Atau kalau tidak saya harus nyebur ke sawah dimana itu akan merusak persawahan atau sepatu saya yang kotor :). Tapi yang jadi perhatian utama sih rusaknya pertanian. Sedangkan untuk focal ratio atau f-stop F/2.8 saya pikir cukup untuk mendapat DOF (Depth of Field) yang lumayan untuk mempertegas POI (point of interest). Kalau di teleskope astronomi, focal ratio ini menentukan seberapa cepat teleskop. Semakin kecil berarti teleskop semakin cepat mengumpulkan cahaya.

RODE stereo video microphone untuk mengambil suara. Saya agak sangsi dengan kemampuan built-in mic pada EOS karena berdasarkan pengalaman, akan banyak noise suara yang masuk, apalagi saya harus mengambil video pada lokasi outdor dengan kondisi yang seperti saya ceritakan diatas. Oleh sebab itu saya menyiapkan external microphone ini. Dari berbagai review di web dan youtube, hasilnya lumayan bersih dan berbeda jauh dengan yang tidak memakai external microphone ini. Dengan penutup mic yang berbentuk bulu-bulu seperti bulu rubah itu, bisa mengeliminir noise ‘gemrubuk’ yang desebabkan hembusan angin.

Sedangkan yang terakhir yaitu tripod untuk kenyamanan saat mengambil gambar. Sebenarnya saya tidak menyewa, tapi dari persewaan menawarkan gratis ya dipakai saja, lagi pula pasti akan membantu di lapangan. Megang kamera itu pegel juga, apalagi dalam waktu yang lama.

Last of all, Tet’s try..!!!

kapan lagi bisa bereksperimen dengan alat canggih. Walaupun bisa saja saya merekomendasikan untuk sewa orang professional untuk mengerjakan ini, tapi kalau bisa saya kerjakan sendiri dan bisa menambah pengetahuan, pengalaman, dan yang paling penting, enjoyment, Why not?

Jika sukses, saya akan pergi ke palembang untuk hal yang sama.

Ok, Wish me luck..!!!

Hunting Comet PanSTARRS

Posisi comet PanSTARRS (C/2011 L4) dari lokasi pengamat di Lembang, Jawa Barat.
Posisi comet PanSTARRS (C/2011 L4) dari lokasi pengamat di Lembang, Jawa Barat pada tanggal 9 Maret 2013 yang didapat dari software simulasi langit menggunakan Stellarium. credit: stellarium.org

Langsung saja, saya pingin hunting foto comet PanSTARRS ini. Dalam list astrofotografi saya, belum pernah saya mendapat foto comet. Saat ini sepertinya kesempatan yang bagus untuk mendapatkan comet karena comet sangat jarang muncul.

Sebelum mencari tempat hunting, seperti biasa, hal yang harus dilakukan dalam perencanaan pengamatan adalah melihat peta posisi target, lokasi pengamatan, dan kecerlangan objek. Dari ketiga parameter ini nanti kita cari tahu kira-kira dengan resource yang ada, kita bisa melakukan pengamatan atau tidak.

Dengan melihat parameter komet yang ada dan ketersediaan peralatan, komet ini possible untuk diamati dan dipotret terlepas dari faktor mendung yang mungkin saja terjadi saat pengamatan dimana hal ini merupakan faktor diluar batas yang bisa kita upayakan. Walapun faktor gangguan mendung bisa kita minimalisir dengan mencari tempat pengamatan yang cenderung selalu cerah.

Dalam plan ini, saya tidak hanya berencana mendapat only-comet-alone in the wide single frame, but i want to capture comet with fascinating object as foreground. Jadi, yang kepikiran masih di Bosscha. Saya belum cek kira-kira spot mana yang bisa leluasa melihat ke arah komet ini. Ada beberapa titik seperti di bekas menara rukyat, menara radio dengan foreground kupel, bukit panjebolan, atau di tempat dimana saya motret polusi cahaya bandung. Tapi bandung akhir-akhir ini selalu mendung dan hujan tiap sore. wah… to be continued..

Sun Nebulae

Cuaca cerah dengan langit bersih diseluruh area langit. Suatu pemandangan yang sangat jarang terjadi di Bandung, mungkin daerah lain juga.
What do you think? Nebulae?
No, it’s not nebulae but our sun. Efek kabut pelangi dipinggir matahari kemungkinan disebabkan oleh konfigurasi optik yang dipakai. FL lens 18mm + ND Variable Filter. Alfan Nasrulloh

Hunting Perseid

Yang terbentang dari bawah sampai kanan atas seperti kabut adalah galaksi Bima Sakti.
Ekspossure sekitar 15 menit dan disitu terlihat langit begitu terang dibanding dengan bintang – bintang. Bagian bawah adalah arah selatan atau arah ke Kota Bandung
Semua Foto diatas diambil dari lokasi yang sama yaitu dari halaman Balai Van Albada sekitar jam 12.00 malam WIB dengan ekspossure yang berbeda-beda. Foto diolah menggunakan Gimp dengan pengaturan klo gak salah inget cuma di level dan brighnest. Watermark menggunakan TSR Watermark Image Software. Selama sekitar satu jam pemotretan, saya sempat melihat dua meteor tetapi sayangnya tidak muncul saat ekspossure jadi tidak ada meteor yang tertangkap kamera [13 Agustus 2010]. Alfan Nasrulloh