Connecting The Dots

Tulisan ini merupakan cerita kembali dari salah satu bagian pidatonya Steve Jobs di acara wisuda di Stanford. Di salah satu bagian pidatonya dia menyampaikan cerita masa lalunya yang tidak selalu menyenangkan. Banyak peristiwa yang diluar keinginannya dan mengecewakan.

Banyak kehidupan jatuh bangun yang dilaluinya. Pernah merasa drop dan merasa tidak memiliki tujuan di kampus. Merasa tidak berguna dan keluar dari kampus. Memulai usaha baru yang akhirnya dia sendiri harus dikeluarkan oleh perusahaan yang didirikannya. Merasa drop lagi dan jatuh ke titik nol. Mencoba bangun lagi dari nol ditempat lain. Mungkin drop pertama yang dirasakan adalah harus hidup didunia karena ‘kecelakaan’ atau tidak dikehendaki yang akhirnya harus diadopsi oleh orang tua selain orang tua kandungnya.

Semua cerita hidup masa lalu adalah bagaikan membuat titik-titik dalam kertas kehidupan. Setiap peristiwa dan perjalanan hidup yang harus dilalui telah membuat titik tersebut. Setiap titik-titik itu bila kita rangkai dan sambung ternyata bisa mengantarkan ke kondisi kehidupan sekarang yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya. Sebuah kehidupan yang penuh anugrah dan kesyukuran.

Titik-titik itu hanya bisa kuta sambung kearah belakang. Kita tidak bisa menyambung dengan titik-titik ke masa depan. Titik-titik masa depan belum dibuat. Titik-titik masa depan masih ghaib dan hanya Allah SWT yang menetahuinya. Pastinya titik-titik tersebut sudah disiapkan lokasinya pada sebuah catatan di lauh mahfudz.

Kita bisa menggali hubungan dan sambungan ke titik-titik ke belakang. Dimana dengan hubungan itu kita bisa menyadari bahwa apa yang kita dapat sekarang karena kita telah melewati titik-titik sebelumnya. Apa yang kita dapat sekerang bisa jadi suatu keinginan lama yang mungkuin sudah terpendam. Keinginan yang dulu pernah terberseit di kepala kita.

kalau kita tidak melawati titik itu, kita tidak akan bisa ke titik yang sekarang. Bisa jadi pula titik-titik yang telah kita lewati merupakan titik yang sebenarnya tidak kita rencanakan. Titik yang mungkin membuka jalan yang baru tetapi bisa jadi menuju titik akhir yang sama. Suatu titik akhir yang lebih baik dari titik yang bisa kita bayangkan waktu itu.

Mari kita mengambil hikmah dari setiap titik kehidupan yang pernah kita lalui. Kadang memang hikmah itu  hanya bisa dilihat di akhir. Mari kita bersyukur dengan apa yang kita punya. Dan mari kita bersiap dengan titik yang ada di depan.

Tetap Bergerak, Bersyukur dan Berbaik Sangka..!

Bismillah…!

“batu bosok ra iso nompo gelombang!!” :D

Jadi ada yang menarik yang saya cuplik dari pengajian Al-Hikam yang disampaikan oleh KH. Imron Jamil. kira – kira intinya adalah:

” walaupun gelombang radio apik, sing disiarne apik-apik, tapi lek batu radione bosok yo ra iso nompo gelombang”

“walaupun gelombang radio bagus, yang disiarkan bagus-bagus, tapi kalau batrei radionya jelek ya tidak bisa menerima gelombang”

Analogi diatas digunakan untuk menjelaskan didalam kajian bahwa walaupun Gusti Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, Memberikan hikmah-hikmah yang disampaikan kepada manusia, tapi kalau manusia memiliki hati yang kotor, hati yang keras, ya tidak bisa menangkap hikmah-hikmah tersebut.

Hati kotor bisa saja karena banyak dosa, sering iri, sering ria, sombong, merasa benar sendiri, sampai merasa apa yang dilakukan oleh orang lain semua salah. Dan penyakit – penyakit hati lainnya.

Pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil ini merupakan salah satu faforit saya dan keluarga di rumah. Saya pertama mendengarnya waktu SMA dulu ketika pengajian ini diputar di radio tiap pagi. Jadi sambil memulai hari-hari pagi, sambil siap-siap ke sekolah, sambil nyapu halaman, sambil masak, orang-orang di sekitar karesidenan kediri bisa sambil mendengarkan pengajian ini. Pengajian yang mengungkap hikmah-hikmah dari kehidupan, sudut pandang yang lain dalam memaknai kehidupan, tindak-tanduk dan sopan santun dalam beripadah. dll.

*file mp3 kumpulan rekaman pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil di radio bisa ditemukan disini

yeeeeyyyy…postingan ke 100

emang kenapa dengan postingan ke 100?

apalah artinya sebuah angka?

Pak Jokowi saja tidak memperhatikan mau kerja 100 hari, 1000 hari, sejuta hari, yang penting kerja…kerja…

hmmm…., ya mungkin tidak terlalu penting, tapi disisi lain hal itu menunjukkan bahwa sudah banyak tulisan yang penulis buat. tulisan itu sebagai representasi perjalanan pikiran yang dilalui penulis. dari tulisan tersebut bisa digali lagi oleh pembaca dalam hal ini terutama bagi si penulis sendiri bahwa di masa-masa lalu pernah menuliskan tulisan-tulisan tersebut. dari situ bisa diterawang kembali kondisi lingkungan yang dialami penulis waktu itu. walaupun tidak semua dituliskan oleh penulis, namun dari tulisan tersebut, penulis bisa mereka kembali behind the scene dari tulisan tersebut didalam pikirannya.

Dalam postingan ini juga secara khusus saya dedikasikan buat para penjelajah langit malam, para astrophotographer yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk mengabadikan keindahan alam, harmonisasi alam, langit dan bumi, dan membagikannya kepada masyarakat umum agar lebih sadar dengan keindahan alam disekitarnya. sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat umum bisa lebih sadar untuk menjaga alam lingkungan disekitarnya.

Berikut kompilasi hasil foto-foto para master astrophotography yang berasal dari acara photo contest yang diselenggarakan oleh twanight.org, sebuah organisasi nirlaba yang dibentuk pada tahun 2009 bertepatan dengan tahun astronomi internasional. Selamat menikmati…:)

Semoga bermanfaat 🙂

Tata Cara Shalat Jenazah dan Shalat Ghoib

Berawal dari sholat ghoib yang dilakukan setelah shalat jum’at di Istiqlal yang lalu, saya jadi mencari-cari bagaimana bacaan shalat jenazah/ghoib yang bener. Sudah lama saya tidak melakukannya, karna praktis saya tidak pernah melakukannya selama beberapa tahun terakhir ini. Kalau teori sudah dipelajari sejak MI dan MTs bertahun-tahun yang lalu dan praktek-pun sudah lama tidak dilakukan.

Saya menemukan tata cara dan bacaan yang di posting di sini dan saya copy paste di halaman ini:

<————–mulai mengutip——————–>

Syarat-syaratnya :

a. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
b. Letak jenazah sebelah kiblat didepan yang menshalati.
c. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian dan tempat.

Rukun dan cara mengerjakannya.

Shalat jenazah tanpa ruku dan sujud juga tanpa iqamah.

a. Niat

Lafal niat untuk jenazah laki-laki sebagai berikut :

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbiraatin fardlal kifaayati (ma’mumam/imamam) lillahi ta’alaa.”

Artinya : “aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

Lafal niat untuk jenazah perempuan sebagai berikut :

“Ushalli ‘alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiraatin fardlal kifaayati (ma’mumam/imamam) lillahi ta’alaa.”

Artinya : “aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

b. Setelah niat, dilanjutkan takbiratul ihram : Allahu Akbar , setelah itu membaca surat Fatihah, kemudian disambung dengan takbiratul ihram kedua : Allahu Akbar.

c. Setelah takbir kedua membaca shalawat atas nabi Muhammad saw. Minimal:

“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah salawat atas nabi Muhammad”

d. Kemudian takbir ketiga disambung dengan do’a minimal sebagai berikut :

“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu”

Artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia

Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.

e. Setelah itu takbir ke empat, disambung dengan do’a minimal :

“Allahumma la tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu waghfirlanaa walahu.”

Artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”

f. Salam

SHALAT GHAIB (FARDU KIFAYAH).

Yaitu shalat jenazah tetapi tidak dihadapan jenazah (jenazahnya berada ditempat lain atau sudah dimakamkan). Niatnya :

“Ushalli ‘alaa mayyiti (Fulanin) al ghaaibi arba’a takbiraatin fardlal kifaayati lillahi ta’alaa”

Artinya : “aku niat shalat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

Fulanin diganti dengan nama mayat yang dishalati.

Syarat, rukun dan tatacara shalat ghaib sama dengan shalat jenazah

***

Dari berbagai sumber

<———————akhir kutipan———————–>

Tata cara diatas sama dengan apa yang saya ingat ketika belajar di Madrasah dulu. Dan Alhamdulillah masih sedikit ingat ketika shalat ghaib kemarin.

Catatan Khutbah Jumat

Khutbah Jum’at tadi disampaikan oleh khatib yang dulu pernah juga jadi khatib di kantor ini. Saya masih ingat karena materi dan cara beliau menyampaikan sangat menarik dan mudah dicerna. Sama seperti khutbah yang sebelumnya, khutbah ini saya tidak ngantuk dan mendengarkan dari awal sampai selesai.

Salah satu materi yang masih saya ingat yaitu tentang keagungan Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT telah mencontohkan bahwa tidak pernah Allah SWT Memanggil Nabi Muhammad dengan sebutan ya Muhammad, tapi kalau Nabi-Nabi lain banyak seperti ya Isa, ya Musa, dll. Disini kita sudah di contohkan untuk memanggil dengan cara yang lebih sopan, yaitu memanggil sesuai dengan posisi dan perannya, seperti ya Rosululloh.

Materi yang kedua yaitu tentang Mukjizat Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Al-Qur’an. Pak Khatib mengambil contoh dari segi struktur. Beliau menyampaikan yang intinya ada orang yang mengkaji dan memprotes kalau Al-Qur’an yang beredar sekarang bukan Al-Qur’an yang seharusnya. Kata mereka Al-Qur’an yang sekarang adalah Al-Qur’an Usman. *saya jadi teringat dengan mushaf utsmani. kata ini pertama kali saya dengar kalau gak salah waktu ikut dipaksa ikut pondok pesantren bulan puasa di Lirboyo…* . Kata mereka urutan Al-Qur’an itu seharusnya sesuai dengan waktu diturunkannya. Tapi sampai sekarang belum ada struktur urutan Al-Qur’an yang menurut mereka benar itu. Sedangkan urutan Al-Qur’an yang sekarang beredar adalah urutan yang sesuai dengan urutan yang biasa dibaca oleh Rosululloh ketika tadarus yang langsung dibimbing oleh Malaikat Jibril selaku pembawa wahyu, begitu Khatib menambahkan.

Ada lagi yang menarik, yaitu khatib mengutip lagu Ibu Kita Kartini. Saya kira beliau akan menjelaskan tentang perempuan karena hari ini bertepatan dengan hari wanita sedunia *tau dari doodle-nya google. Ternyata beliau tidak menjelaskan tentang itu. “Ibu kita kartini…” dan pada baris terakhir ada kata “…harum namanya”. Jadi namanya harum atau kartini. Beliau menyampaikan, begitu juga dengan kata-kata yang disampaikan dalam kitab jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. “…Ismuhu Ahmad”… disitu bukan berarti namanya Ahmad tapi terjemahkan seluruhnya menjadi “namanya sangat terpuji”,  jadi tidak diterima mentah-mentah sebagai seseorang yang bernama Ahmad, begitu beliau menganalogikan.

Selain diatas masih banyak lagi yang disampaikan, tapi yang saya masih ingat kira-kira seperti diatas walaupun redaksinya tidak sama persis. Kalau ada kesalahan berarti dari saya sendiri kalau ada benarnya itu hanya Dari Allah SWT. Wawlahua’lam