Business Plan?

Saya kadang menemukan ide-ide untuk membuat start-up atau bisnis. Ide ini kadang muncul begitu saja ketika merenung. Atau kadang muncul ketika menemukan suatu masalah dan kepikiran untuk membuat solusinya. Ada juga kadang inspirasi membuat usaha karena terinspirasi dari cerita orang tentang suatu hal.

Ide-ide tentang bisnis ini muncul dan bertahan lama, kadang hilang atau mengendap begitu saja. Bisa juga tergantikan dengan ide baru yang muncul. Nah akhirnya bingung, mana yang mau dilakukan dan akhirnya gak ada yang dilakukan sama sekali.

Hari ini saya menemukan atau lebih tepatnya nyasar ke sebuah video tentang bisnis plan. Kenapa bisnis plan, karena kita bisa mem-break-down ide kita menjadi langkah-langkah apa yang diperlukan untuk mengeksekusi ide kita. Setidaknya bisnis plan ini apa yang diperlukan pertama kali.

Di bisnis plan ini kita mengidentifikasi mulai visi, tujuan, tantangan, resource yang kita punya, resiko, dan langkah-langkah lain.

Dengan bisnis plan ini kita jadi lebih terarah dan terukur. Kita juga lebih mudah untuk cerita ke orang lain yang siapa tau calon investor yang mau mendanai ide bisnis kita.

Mengurangi Polusi Cahaya Dari Aksi Mitigasi Perubahan Iklim

Polusi cahaya adalah masalah utama yang dihadapi semua astronom di seluruh dunia. Cahaya-cahaya berlebih dari lampu-lampu buatan yang menerangi langit menjadikan bintang-bintang yang aslinya sudah redup semakin kalah dengan cahaya dari lampu buatan.

Dalam kaitannya dengan perubahan iklim, ada aktifitas yang menjadi aksi mitigasi perubahan iklim, yaitu green energy. Energi hijau atau pemanfaatan energi dari sumber ramah lingkungan dan dengan cara peningkatan efisiensi, secara tidak langsung juga mendukung penurunan polusi cahaya.

Lalu, pada bagian mananya yang menguntungkan pengurangan polusi cahaya?.

Jawabannya adalah bagian efisiensi.

Efisiensi energi dalam penggunaan lampu jalan, lampu pekarangan rumah, dan lampu papan reklame sangat berpengaruh besar dalam mengurangi polusi cahaya. Penggunaan lampu yang tepat waktu, Tepat Guna dan tepat arah juga sangat mempengaruhi efisiensi dalam penggunaan energi.

Tepat Waktu artinya lampu-lampu tersebut dinyalakan atau dioperasikan pada saat-saat  yang memang dibutuhkan saja. Penggunaan lampu luar ruangan semalaman tentu akan membuang-buang energi dan tidak efisien. Seperti cerita teman yang pernah tinggal di Melbourne, disana kalau malam jarang ada lampu rumah di luar yang nyala. Lampu-lampunya sudah otomatis. Ketika tidak ada aktifitas orang, maka lampu otomatis akan mati.

Tepat Guna memberikan efisiensi penggunaan energi yang disesuaikan dengan kebutuhan pencahayaan. Jalan yang kecil tentu saja tidak perlu diberikan lampu besar dengan daya yang besar pula.

Tepat Arah artinya arah pencahayaan disesuaikan dengan tempat yang benar-benar membutuhkan cahaya. Lampu jalan tentu tidak akan gunanya jika menggunakan lampu bulat yang sebagian besar cahayanya terbuang keatas. Yang paling bagus adalah semua cahaya diarahkan kebawah kearah tanah, tidak ke muka orang atau malah ke langit.

Penggunaan energi yang efisien tentu akan meringankan kerja pembangkit listrik yang akan berpengaruh pula terhadap penghematan atau penurunan emisi CO2 yang merupakan salah satu gas pembentuk gas rumah kaca. Efisiensi dengan cara ini juga bisa mengurangi polusi cahaya.

Film: In the Shadow of the Moon

Poster Film In the Shadow of the Moon. copy from wikipedia.org
Poster Film In the Shadow of the Moon. wikipedia.org

Beberapa hari yang lalu baru selesai heboh-heboh soal bulan, biasa menjelang puasa. Hari minggu ini, puasa yang ke-5, saya bongkar-bongkar isi hardisk dan menemukan film dokumenter tentang bulan juga, yang dulu pernah saya simpan dan dulu saya anggap kurang menarik untuk ditonton. Film dokumenter yang berisi orang ngomong (diinterview) dan beberapa cuplikan video kuno, sangat membosankan, saya pikir waktu itu.

Hari ini ketika saya menonton film ini lagi, saya baru menyadari kalau film ini ternyata sangat menarik. Menceritakan usaha manusia dalam menahlukkan bulan, dalam program antariksa oleh Amerika ketika bersaing dalam perang dingin dengan Uni Soviet, yang disebut dengan program Apollo.

Program Apollo dilaksanakan antara tahun 60-an sampai 70-an awal. Apollo 11 berhasil mendaratkan manusia pertama di Bulan dan Apollo 17 merupakan program Apollo yang terakhir.

Yang membuat tambah menarik adalah ketika para astronot yang dulu pernah ikut dalam program Apollo tersebut ikut berbagi cerita dalam film ini. Mereka menceritakan apa yang mereka alami dan mereka rasakan ketika di perjalanan mengarungi kehampaan ruang angkasa ataupun ketika mereka berada di Bulan yang sepi. Cerita yang mereka sampaikan atau film ini secara keseluruhan ikut membawa saya ke suasana waktu itu.

Ada pesan moral positif yang bisa kita ambil sebagai hikmah penjelajahan manusia ke luar angkasa atau eksplorasi luar angkasa. Kita mempelajari luar angkasa, meninggalkan Bumi untuk sementara, bukan berarti kita mengabaikan Bumi, tapi justru dengan hal itu, kita semakin menghargai dan mensyukuri segala hal yang ada di Bumi. Kita semakin sadar bahwa Bumi ini sangat istimewa. Kita tidak perlu kehilangan Bumi agar kita tersadar bahwa Bumi ini sangat berharga. Kita tergerak untuk menjaga Bumi karena kesadaran penuh akan keistimewaan Bumi. Bukan karena undang-undang atau karena hukuman, tetapi rasa dari dalam diri kita sebagai suatu kesadaran untuk menjaga Bumi dari kerusakan yang diakibatkan oleh ulah kita sendiri.

Bahkan ketidaknyamanan iklim di Bumi tidak ada apa-apanya dibanding kondisi ekstrim luar angkasa. Apalagi cuma soal hujan, tidak seharunya kita mengeluh secara berlebihan. Cukup kita beradaptasi dengan cara kita agar bisa survive tinggal di Bumi yang jauh lebih nyaman daripada tempat lain di luar angkasa.  Keberadaan Bumi ini untuk manusia sudah patut untuk disyukuri. Pesan ini terutama untuk saya sendiri agar lebih mudah bersyukur dan bersabar.

Berikut film “In the Shadow of the Moon” bagi yang ingin menonton:

Connecting The Dots

Tulisan ini merupakan cerita kembali dari salah satu bagian pidatonya Steve Jobs di acara wisuda di Stanford. Di salah satu bagian pidatonya dia menyampaikan cerita masa lalunya yang tidak selalu menyenangkan. Banyak peristiwa yang diluar keinginannya dan mengecewakan.

Banyak kehidupan jatuh bangun yang dilaluinya. Pernah merasa drop dan merasa tidak memiliki tujuan di kampus. Merasa tidak berguna dan keluar dari kampus. Memulai usaha baru yang akhirnya dia sendiri harus dikeluarkan oleh perusahaan yang didirikannya. Merasa drop lagi dan jatuh ke titik nol. Mencoba bangun lagi dari nol ditempat lain. Mungkin drop pertama yang dirasakan adalah harus hidup didunia karena ‘kecelakaan’ atau tidak dikehendaki yang akhirnya harus diadopsi oleh orang tua selain orang tua kandungnya.

Semua cerita hidup masa lalu adalah bagaikan membuat titik-titik dalam kertas kehidupan. Setiap peristiwa dan perjalanan hidup yang harus dilalui telah membuat titik tersebut. Setiap titik-titik itu bila kita rangkai dan sambung ternyata bisa mengantarkan ke kondisi kehidupan sekarang yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya. Sebuah kehidupan yang penuh anugrah dan kesyukuran.

Titik-titik itu hanya bisa kuta sambung kearah belakang. Kita tidak bisa menyambung dengan titik-titik ke masa depan. Titik-titik masa depan belum dibuat. Titik-titik masa depan masih ghaib dan hanya Allah SWT yang menetahuinya. Pastinya titik-titik tersebut sudah disiapkan lokasinya pada sebuah catatan di lauh mahfudz.

Kita bisa menggali hubungan dan sambungan ke titik-titik ke belakang. Dimana dengan hubungan itu kita bisa menyadari bahwa apa yang kita dapat sekarang karena kita telah melewati titik-titik sebelumnya. Apa yang kita dapat sekerang bisa jadi suatu keinginan lama yang mungkuin sudah terpendam. Keinginan yang dulu pernah terberseit di kepala kita.

kalau kita tidak melawati titik itu, kita tidak akan bisa ke titik yang sekarang. Bisa jadi pula titik-titik yang telah kita lewati merupakan titik yang sebenarnya tidak kita rencanakan. Titik yang mungkin membuka jalan yang baru tetapi bisa jadi menuju titik akhir yang sama. Suatu titik akhir yang lebih baik dari titik yang bisa kita bayangkan waktu itu.

Mari kita mengambil hikmah dari setiap titik kehidupan yang pernah kita lalui. Kadang memang hikmah itu  hanya bisa dilihat di akhir. Mari kita bersyukur dengan apa yang kita punya. Dan mari kita bersiap dengan titik yang ada di depan.

Tetap Bergerak, Bersyukur dan Berbaik Sangka..!

Bismillah…!

“batu bosok ra iso nompo gelombang!!” :D

Jadi ada yang menarik yang saya cuplik dari pengajian Al-Hikam yang disampaikan oleh KH. Imron Jamil. kira – kira intinya adalah:

” walaupun gelombang radio apik, sing disiarne apik-apik, tapi lek batu radione bosok yo ra iso nompo gelombang”

“walaupun gelombang radio bagus, yang disiarkan bagus-bagus, tapi kalau batrei radionya jelek ya tidak bisa menerima gelombang”

Analogi diatas digunakan untuk menjelaskan didalam kajian bahwa walaupun Gusti Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, Memberikan hikmah-hikmah yang disampaikan kepada manusia, tapi kalau manusia memiliki hati yang kotor, hati yang keras, ya tidak bisa menangkap hikmah-hikmah tersebut.

Hati kotor bisa saja karena banyak dosa, sering iri, sering ria, sombong, merasa benar sendiri, sampai merasa apa yang dilakukan oleh orang lain semua salah. Dan penyakit – penyakit hati lainnya.

Pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil ini merupakan salah satu faforit saya dan keluarga di rumah. Saya pertama mendengarnya waktu SMA dulu ketika pengajian ini diputar di radio tiap pagi. Jadi sambil memulai hari-hari pagi, sambil siap-siap ke sekolah, sambil nyapu halaman, sambil masak, orang-orang di sekitar karesidenan kediri bisa sambil mendengarkan pengajian ini. Pengajian yang mengungkap hikmah-hikmah dari kehidupan, sudut pandang yang lain dalam memaknai kehidupan, tindak-tanduk dan sopan santun dalam beripadah. dll.

*file mp3 kumpulan rekaman pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil di radio bisa ditemukan disini