Ada Teleskop Radio di X-Men: First Class

Kemaren saya baru nonton film X-Men: First Class di tv cable. Saya gak tau ini  X-Men yang ke berapa, tapi dari cerita di film-nya sepertinya ini yang pertama atau paling tidak yang awal dari film X-Men yang baru rilis beberapa bulan yang lalu.

Disitu ada scene dimana Erik berlatih untuk menggerakkan besi dari jarak jauh. Besi tersebut adalah sebuah parabola raksasa dengan lebar atau diameter sebesar gedung bertingkat puluhan. Ada juga scene dimana salah satu mutan berlatih terbang di parabola tersebut.

Parabola sebesar di film X-Men itu paling tidak untuk teleskop radio. Saya jadi keingat dan agak nostalgic dengan teleskop radio saya dulu. Sudah hampir lima tahun gak berurusan dengan teleskop radio jadi berasa kangen. Masih menjadi mimpi saya untuk ikut membangun teleskop radio besar di Indonesia. Apakah ini hanya sekedar mimpi saja, saya bertanya pada diri sendiri.  🙁

Philae: Halo Bumi, Saya Telah Sampai dan Mendarat di Permukaan Comet Dengan Selamat

Kira-kira begitu kali percakapan pembuka antara Philae dengan ruang kontrol ESA di Bumi setelah berhasil mendarat di permukaan Comet 67P .

[xyz-ihs snippet=”philae-landing-animation-esa”]
Video animation of Philae landing on Comet 67P. Credit: ESA

Philae adalah delegasi manusia pertama yang berkunjung ke sebuah komet dan mendarat di permukaanya. Dia membawa misi untuk mempelajari asal usul tata surya  Dia melakukan perjalanan yang sangat panjang dan lama. Dia menghabiskan perjalanan kurang lebih sepuluh tahun untuk sampai di Comet 67P. Perjalanan yang pendek saja kita kadang tersesat, apalagi perjalanan sepanjang dan selama itu. Tanpa perhitungan yang teliti dan pengawasan yang terus menerus, bisa jadi Rosetta (kendaraan philae) bisa tersesat ntah dimana.

Peta Perjalanan Philae dan Rosetta Menuju Comet P67. Sumber: storiesbywilliams.com
Peta Perjalanan Philae dan Rosetta Menuju Comet P67. Sumber: storiesbywilliams.com

Tantangan yang dihadapi Rosetta adalah dia harus mendatangi suatu benda dimana bendanya sendiri juga bergerak. Kalau Rosetta punya bahan bakar yang tidak terbatas atau bisa terbang secepat kilat sih gak masalah, yang jadi masalah adalah rosetta juga memiliki keterbatasan kecepatan dan bahan bakar, selain itu rosetta juga disetir oleh supir yang ada di Bumi yang memiliki response delay.

Response delay ini gambarannya misalnya kita ingin menyuruh rosetta geser dikit karna agak salah jalur. Nah, perintah nyuruh geser ini harus dikirim beberapa waktu sebelumnya. Setidaknya ada beberapa saat jeda sebelum rosetta bertindak sesuai dengan yang kita perintahkan di Bumi.

Agar tidak sering gesar-geser posisi berarti kita harus betul-betul cermat menghitung lintasannya. Kita juga harus cermat menghitung lintasan target. Setelah itu ditentukan pula lokasi pencegatan cometnya.

Dari gambar lintasan diatas, rosetta butuh ancang-ancang sampai empat kali berputar di sekitar orbit Bumi sebelum loncat ke Comet target. Kalau loncatannya gak pas bisa gak nyampai target. Misalnya  terlalu kenceng bisa kelewat atau terlalu lemah jadi gak sampai target.

Inilah menariknya mempelajari trayektori atau lintasan benda di luar angkasa… 😀

BBC Space Race (2005): Perlombaan Menakhlukkan Luar Angkasa

Saya mungkin sudah lebih dari sepuluh kali nonton film dokumenter ini. Film dokumenter dari BBC yang menceritakan perlombaan antara Uni Soviet dan Amerika dalam menakhlukkan luar angkasa. Perlombaan untuk menunjukkan kepada dunia siapa yang paling berkuasa atau siapa yang paling adi daya. Saat itulah kemudian disebut perang dingin antara kedua negara tersebut, karena sebenarnya mereka bukan musuhan. Hanya saja diam-diam ingin lebih unggul dan tidak terasa saling mencurigai satu sama lain.

Yang membuat saya menonton berkali-kali film ini adalah karena kegigihan tokoh yang diceritakan dalam film ini, ikut memberikan semangat dan inspirasi untuk terus maju dan gigih dalam mengejar cita-cita atau mimpi. Ada dua tokoh utama yang sangat menonjol disorot dalam film ini, yaitu Wernher Von Braun dan Sergei Korolev. Beliau berdua mewakili masing-masing negara adi kuasa tersebut.

Beberapa hari ini saya kembali nonton karena Von Braun tidak sengaja disebut dalam buku “Habibie dan Ainun” yang saya baca. Dalam buku itu Pak Habibie bercerita pernah kerja bareng dengan Engineer yang dulu pernah bekerja dengan Von Braun membangun roket V2 di Penemunde saat Perang Dunia II. Saya akhirnya mencari di Youtube dan menemukan full film dengan total empat episode.

Sebenarnya film ini sudah menjadi salah satu diantara koleksi dokumenter saya di harddisk, tapi entah kenapa dulu kok tiba-tiba hilang. Tapi gak apa-apa, yang penting sudah ketemu penggantinya.


Episode one: Race For Rockets (1944–1949)

We see the results of Wernher von Braun’s work on the V-2 for the Nazis at Mittelwerk and Peenemünde, and his final activities within Germany during the last years of the Second World War, as both American and Soviet forces race to capture German rocket technology. When the Americans gain the upper hand by recovering von Braun and most of his senior staff, along with all their technical documents and much other materiel, we see Sergei Korolev’s release from the Gulag to act as the Soviets’ rocketry expert alongside former colleague Valentin Glushko, and how he is set to work bringing Soviet rocket technology up to date with that of von Braun, working with what material and personnel are left after von Braun’s escape to the US. (wikipedia.org)

Episode two: Race For Satellites (1953–1958)

As the Cold War intensifies, Korolev is asked to build a rocket capable of carrying a five-ton warhead to America – he designs and constructs the R-7 Semyorka, the first ICBM, and is later allowed to use it to launch the first satellite, Sputnik 1, quickly following up with the rushed Sputnik 2. Meanwhile, von Braun struggles to persuade the US government to allow him to launch his own satellite – after Sputnik’s launch and the failure of the US Navy to launch a Vanguard satellite, he is finally allowed to launch the first American satellite, Explorer 1. Korolev announces that the Americans have evened the score and that they are in a space race which they intend to win. At the end of the episode we see the silhouettes of two men walking down a corridor, one appears to be in a space-suit. This could be Yuri Gagarin. (wikipedia.org)

Episode three: Race For Survival (1959–1961)

Both the Americans and Soviets are planning manned space flight, and we see both sides preparing to do so with the development of the Vostok programme (USSR) and Project Mercury (USA). As well as basic details about the capsules and their delivery vehicles, we also see some of the selection and training of the Russian cosmonauts, and rather less of that of their counterparts in the US. After difficulties and failures on both sides, including a side story about a catastrophic failure of one of the first Russian ballistic missiles, the Soviets succeed in putting Yuri Gagarin into space first, with the Americans putting Alan Shepard up shortly afterwards.(wikipedia.org)

Episode four: Race For The Moon (1964–1969)

Both sides now plan to put a man on the Moon – the Americans pull ahead in the space race with Project Gemini, but then suffer a disaster with the Apollo 1 fire. Meanwhile, despite a few notable successes such as the first space walk by Alexei Leonov, the Soviet space programme struggles to keep up amid internal strife. Glushko and Korolev permanently fall out in an argument about fuel; Korolev turns to Nikolai Kuznetsov to develop engines instead. Kuznetsov delivers the NK-33, very efficient but much less powerful than the Americans’ F-1. The Soviet program suffers further blows when Korolev dies during surgery, Gagarin dies in a jet crash, Soyuz 1 crashes and kills Vladimir Komarov, and the prototype booster for the moon shot, the N-1 rocket, fails to successfully launch. In America, von Braun has continuing difficulties with the Saturn V, especially combustion instability in the large F-1 engine, but these are ultimately overcome almost by brute force at great expense, and the rocket successfully launches the first manned lunar mission, Apollo 8, and the first manned lunar landing, Apollo 11. The final episode finishes with brief textual summaries of the remaining careers of the various people involved.(wikipedia.org)


Wernher Von Braun, Sergei Korolev, dan Pak Habibie adalah beberapa dari orang-orang yang menjadi idola saya. Semoga hasil karya-karya beliau menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya dan menjadi alat untuk mengenal dan menjaga alam di sekitar kita serta untuk kedamaian tentunya.

Film: In the Shadow of the Moon

Poster Film In the Shadow of the Moon. copy from wikipedia.org
Poster Film In the Shadow of the Moon. wikipedia.org

Beberapa hari yang lalu baru selesai heboh-heboh soal bulan, biasa menjelang puasa. Hari minggu ini, puasa yang ke-5, saya bongkar-bongkar isi hardisk dan menemukan film dokumenter tentang bulan juga, yang dulu pernah saya simpan dan dulu saya anggap kurang menarik untuk ditonton. Film dokumenter yang berisi orang ngomong (diinterview) dan beberapa cuplikan video kuno, sangat membosankan, saya pikir waktu itu.

Hari ini ketika saya menonton film ini lagi, saya baru menyadari kalau film ini ternyata sangat menarik. Menceritakan usaha manusia dalam menahlukkan bulan, dalam program antariksa oleh Amerika ketika bersaing dalam perang dingin dengan Uni Soviet, yang disebut dengan program Apollo.

Program Apollo dilaksanakan antara tahun 60-an sampai 70-an awal. Apollo 11 berhasil mendaratkan manusia pertama di Bulan dan Apollo 17 merupakan program Apollo yang terakhir.

Yang membuat tambah menarik adalah ketika para astronot yang dulu pernah ikut dalam program Apollo tersebut ikut berbagi cerita dalam film ini. Mereka menceritakan apa yang mereka alami dan mereka rasakan ketika di perjalanan mengarungi kehampaan ruang angkasa ataupun ketika mereka berada di Bulan yang sepi. Cerita yang mereka sampaikan atau film ini secara keseluruhan ikut membawa saya ke suasana waktu itu.

Ada pesan moral positif yang bisa kita ambil sebagai hikmah penjelajahan manusia ke luar angkasa atau eksplorasi luar angkasa. Kita mempelajari luar angkasa, meninggalkan Bumi untuk sementara, bukan berarti kita mengabaikan Bumi, tapi justru dengan hal itu, kita semakin menghargai dan mensyukuri segala hal yang ada di Bumi. Kita semakin sadar bahwa Bumi ini sangat istimewa. Kita tidak perlu kehilangan Bumi agar kita tersadar bahwa Bumi ini sangat berharga. Kita tergerak untuk menjaga Bumi karena kesadaran penuh akan keistimewaan Bumi. Bukan karena undang-undang atau karena hukuman, tetapi rasa dari dalam diri kita sebagai suatu kesadaran untuk menjaga Bumi dari kerusakan yang diakibatkan oleh ulah kita sendiri.

Bahkan ketidaknyamanan iklim di Bumi tidak ada apa-apanya dibanding kondisi ekstrim luar angkasa. Apalagi cuma soal hujan, tidak seharunya kita mengeluh secara berlebihan. Cukup kita beradaptasi dengan cara kita agar bisa survive tinggal di Bumi yang jauh lebih nyaman daripada tempat lain di luar angkasa.  Keberadaan Bumi ini untuk manusia sudah patut untuk disyukuri. Pesan ini terutama untuk saya sendiri agar lebih mudah bersyukur dan bersabar.

Berikut film “In the Shadow of the Moon” bagi yang ingin menonton:

Science on a Sphere, Peragaan Sistem Pada Bumi

Saya menemukan video unik tentang sistem bumi yang awalnya saya dapat tautan sebelumnya dari FB kolega yang bekerja di LAPAN.

Videonya sangat menarik, yaitu menunjukkan simulasi tiga dimensi tentang dinamika planet bumi. Memperlihatkan bagaimana sistem yang ada pada bumi seperti sistem pergerakan arus laut, sistem pergerakan lempeng bumi, pergerakan awan dan sistem iklim serta perubahan iklim.

Alat peraga ini ditujukan untuk sain dan pendidikan publik, jadi dapat mempermudah pengunjung dalam memahami sistem bumi. Para pengunjung berkeliling di sekitar bula bumi tersebut dan dapat secara langsung melihat dinamika bola bumi yang ada di depannya.

Peragaan sain, museum sain, atau apapun namanya di Indonesia layak untuk memilikinya… 🙂