Berkunjung ke BPS

BPS atau Badan Pusat Statistik ternyata memiliki koleksi yang bisa dilihat oleh Publik. Kebetulan minggu ini saya berkesempatan berkunjung kesana.

Kita sebagai pelajar atau umum bisa datang dan melihat kumpulan data tentang Indonesia yang terus diperbarui. Bagi orang yang suka data, berkunjung ke BPS seperti berwisata ke plosok-plosok Indonesia.

Pengunjung bisa masuk secara gratis ke ruang Perpustakaan di Gedung 2 Lantai 1. Kalau kurang menemukan yang dicari bisa ke Galery Buku atau ke ruang konsultasi data untuk mendapatkan data survey atau data statistik yang lain.

Kalau kita melihat informasi dari website BPS (akses sep 14), disana tercantum ada tiga jenis data berdasarkan cara kita memperolehannya. Yang pertama yaitu free untuk masyarakat umum, kedua nol rupiah untuk lembaga internasional atau perwakilan negara lain, dan yang ketiga yang berbayar.

Kalau biasanya orang sekarang lagi trend backpacking ke plosok-plosok Indonesia untuk mengeksplore negeri, mungkin akan lebih baik kalau kita main dulu ke BPS untuk memberikan gambaran tentang suatu daerah. Sehingga ketika berkunjung kita bisa lebih menikmati kekayaan pengetahuan dan mendapatkan feelnya mengeksplore… 😀

Kenapa Kita tidak Ke Bulan Lagi?

Katanya manusia sudah pernah berhasil mendarat di Bulan. Kalau Benar kenapa kita tidak ke Bulan lagi?.

Pertanyaan itu mungkin sering kita dengar oleh orang-orang di sekeliling kita. Setidaknya saya beberapa kali menerima pertanyaan tersebut.

Jawaban yang sederhana adalah karena alasan “Dana”

Ya, dana adalah alasan utama dan sangat masuk akal selain alasan politik atau alasan – alasan yang lain.

Pada saat itu memang dua blok barat (AS) dan blok timur(Soviet) sedang gencar menyebarkan pengaruh, propaganda, dan unjuk kekuatan satu sama lain yang berbentuk perang dingin. Muara utamanya adalah penakhlukan luar angkasa.

Segala sumber daya kedua negara berfokus pada penakhlukan luar angkasa, mana yang paling kuat. Segala upaya dikerahkan untuk mendukung hal itu, sehingga kekuatan politik, ekonomi, dan pengetahuan negara dikerahkan.

Pergi ke Bulan adalah perjalanan yang sangat mahal, bahkan untuk sekelas negara. Saya kutipkan dari wikipedia tentang Cost program Apollo yang mengantarkan manusia ke Bulan:

The final cost of project Apollo was reported to Congress as $25.4 billion in 1973.[82] It took up the majority of NASA’s budget while it was being developed. For example, in 1966 it accounted for about 60 percent of NASA’s total $5.2 billion budget.[83] A single Saturn V launch in 1969 cost up to $375 million, compared to the National Science Foundation‘s fiscal year 1970 budget of $440 million – wikipedia(program cost)

Dari kutipan diatas bisa kita lihat untuk peluncuran satu roket Saturn V saja membutuhkan dana yang hampir sama dengan budget salah satu lembaga national, apalagi untuk beberapa kali peluncuran atau percobaan peluncuran. Dan dana tersebut habis dalam beberapa detik untuk dibakar.

Para pengambil kebijakan dan pemerintah AS sangat masuk akal jika tidak menjalankan program itu lagi setelah perang dingin selesai karna prioritas programnya juga berbeda, apalagi menggunakan anggaran belanja negara.

BBC Space Race (2005): Perlombaan Menakhlukkan Luar Angkasa

Saya mungkin sudah lebih dari sepuluh kali nonton film dokumenter ini. Film dokumenter dari BBC yang menceritakan perlombaan antara Uni Soviet dan Amerika dalam menakhlukkan luar angkasa. Perlombaan untuk menunjukkan kepada dunia siapa yang paling berkuasa atau siapa yang paling adi daya. Saat itulah kemudian disebut perang dingin antara kedua negara tersebut, karena sebenarnya mereka bukan musuhan. Hanya saja diam-diam ingin lebih unggul dan tidak terasa saling mencurigai satu sama lain.

Yang membuat saya menonton berkali-kali film ini adalah karena kegigihan tokoh yang diceritakan dalam film ini, ikut memberikan semangat dan inspirasi untuk terus maju dan gigih dalam mengejar cita-cita atau mimpi. Ada dua tokoh utama yang sangat menonjol disorot dalam film ini, yaitu Wernher Von Braun dan Sergei Korolev. Beliau berdua mewakili masing-masing negara adi kuasa tersebut.

Beberapa hari ini saya kembali nonton karena Von Braun tidak sengaja disebut dalam buku “Habibie dan Ainun” yang saya baca. Dalam buku itu Pak Habibie bercerita pernah kerja bareng dengan Engineer yang dulu pernah bekerja dengan Von Braun membangun roket V2 di Penemunde saat Perang Dunia II. Saya akhirnya mencari di Youtube dan menemukan full film dengan total empat episode.

Sebenarnya film ini sudah menjadi salah satu diantara koleksi dokumenter saya di harddisk, tapi entah kenapa dulu kok tiba-tiba hilang. Tapi gak apa-apa, yang penting sudah ketemu penggantinya.


Episode one: Race For Rockets (1944–1949)

We see the results of Wernher von Braun’s work on the V-2 for the Nazis at Mittelwerk and Peenemünde, and his final activities within Germany during the last years of the Second World War, as both American and Soviet forces race to capture German rocket technology. When the Americans gain the upper hand by recovering von Braun and most of his senior staff, along with all their technical documents and much other materiel, we see Sergei Korolev’s release from the Gulag to act as the Soviets’ rocketry expert alongside former colleague Valentin Glushko, and how he is set to work bringing Soviet rocket technology up to date with that of von Braun, working with what material and personnel are left after von Braun’s escape to the US. (wikipedia.org)

Episode two: Race For Satellites (1953–1958)

As the Cold War intensifies, Korolev is asked to build a rocket capable of carrying a five-ton warhead to America – he designs and constructs the R-7 Semyorka, the first ICBM, and is later allowed to use it to launch the first satellite, Sputnik 1, quickly following up with the rushed Sputnik 2. Meanwhile, von Braun struggles to persuade the US government to allow him to launch his own satellite – after Sputnik’s launch and the failure of the US Navy to launch a Vanguard satellite, he is finally allowed to launch the first American satellite, Explorer 1. Korolev announces that the Americans have evened the score and that they are in a space race which they intend to win. At the end of the episode we see the silhouettes of two men walking down a corridor, one appears to be in a space-suit. This could be Yuri Gagarin. (wikipedia.org)

Episode three: Race For Survival (1959–1961)

Both the Americans and Soviets are planning manned space flight, and we see both sides preparing to do so with the development of the Vostok programme (USSR) and Project Mercury (USA). As well as basic details about the capsules and their delivery vehicles, we also see some of the selection and training of the Russian cosmonauts, and rather less of that of their counterparts in the US. After difficulties and failures on both sides, including a side story about a catastrophic failure of one of the first Russian ballistic missiles, the Soviets succeed in putting Yuri Gagarin into space first, with the Americans putting Alan Shepard up shortly afterwards.(wikipedia.org)

Episode four: Race For The Moon (1964–1969)

Both sides now plan to put a man on the Moon – the Americans pull ahead in the space race with Project Gemini, but then suffer a disaster with the Apollo 1 fire. Meanwhile, despite a few notable successes such as the first space walk by Alexei Leonov, the Soviet space programme struggles to keep up amid internal strife. Glushko and Korolev permanently fall out in an argument about fuel; Korolev turns to Nikolai Kuznetsov to develop engines instead. Kuznetsov delivers the NK-33, very efficient but much less powerful than the Americans’ F-1. The Soviet program suffers further blows when Korolev dies during surgery, Gagarin dies in a jet crash, Soyuz 1 crashes and kills Vladimir Komarov, and the prototype booster for the moon shot, the N-1 rocket, fails to successfully launch. In America, von Braun has continuing difficulties with the Saturn V, especially combustion instability in the large F-1 engine, but these are ultimately overcome almost by brute force at great expense, and the rocket successfully launches the first manned lunar mission, Apollo 8, and the first manned lunar landing, Apollo 11. The final episode finishes with brief textual summaries of the remaining careers of the various people involved.(wikipedia.org)


Wernher Von Braun, Sergei Korolev, dan Pak Habibie adalah beberapa dari orang-orang yang menjadi idola saya. Semoga hasil karya-karya beliau menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya dan menjadi alat untuk mengenal dan menjaga alam di sekitar kita serta untuk kedamaian tentunya.

Jas Merah, Jangan Pernah Melupakan Sejarah

Sekarang-sekarang ini saya mulai tertarik dengan sejarah. Saya mulai menikmati cerita perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu. Mulai menghayati dan  menangkap kondisi peristiwa yang terjadi pada masa itu. Terutama sejarah pembentukan Indonesia dan tokoh – tokoh yang terlibat di dalamnya. Meminjam istilah Bung Karno yaitu, Jas Merah, Jangan pernah melupakan sejarah.

Kadang saya juga mulai menghubungkan dengan apa yang saya lihat sekarang dan apa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya ketika melewati Jalan Sudirman, Jakarta, dan melihat patung Jendral Sudirman, saya jadi teringat dengan perjuangan beliau ketika mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bergerilya dari hutan ke hutan untuk memukul mundur tentara Belanda saat agresi militer. Bagaimana semangat Beliau dalam menjalankan tugas negara dan militansi Beliau dalam menjalankan misi. Jendral Sudirman yang dulunya seorang guru yang kemudian bergabung menjadi tentara dan mengabdikan diri untuk negara.

Di Gramedia tadi saya menemukan buku sejarah yang cukup menarik, yaitu tentang banjir Jakarta dari masa kerajaan sampai Gubernur Jokowi sekarang. Banjir Jakarta tidak lepas dari sejarah pembentukan Kota Jakarta. Sejak zaman kerajaan Tarumanegara, tahun 1500-an (lupa tanggal pastinya) , ternyata jakarta sudah dilanda banjir. Bukti sejarahnya ada dalam prasasti tugu yang sekarang disimpan di kawasan Kota Tua, Jakarta. Ketika ke Kota Tua dulu, saya tidak begitu menangkap esensi dari prasasti tersebut. Begitu membaca sejarah, saya akhirnya bisa menemukan jalan ceritanya dan bisa menghubungkan objek-objek tersebut,”oooh… ternyata prasasti itu berhubungan dengan banjir toh…”.

Ada satu buku lagi yang tadi pingin saya baca tapi sayangnya masih tersegel semua, belum ada yang terbuka, jadi gak sempet baca. Tapi dari tulisan cover belakang sih tampaknya menarik. Judulnya kalau gak salah inget “Wong Ndeso itu Militan” (agak kurang yakin sih dengan judulnya, maaf kalau salah). Mungkin karna saya juga wong ndeso jadi tertarik untuk membacanya :D. Secara umum, dari tulisan cover belakang, sepertinya berupa tulisan yang akan memberikan motivasi dan semangat. Yaa.., semoga lain waktu ada kesempatan untuk membacanya.