Teleskop Radio Tidak Peduli Mendung

Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011.
Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011. Alfan Nasrulloh

Tulisan ini merupakan posting ulang dari artikel yang pernah saya post di blog itb.

Salah satu yang saya suka dari teleskop radio adalah bisa digunakan untuk pengamatan walaupun cuaca mendung. Selain itu teleskop radio juga bisa digunakan pada waktu siang atau malam.

Pada suatu waktu saya mendeteksi semburan radio dari matahari saat terjadinya ledakan Matahari yaitu flare kelas x2 yang terjadi pada tanggal 15 Februari 2011 yang lalu. Saat itu cuaca sedang mendung rata dan saya berhasil mendeteksinya. Suatu anugrah yang sangat besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebenarnya ada satu hal dari cuaca yang menjadi musuh teleskop radio, setidaknya untuk teleskop radio JOVE di Observatorium Bosscha, yaitu “PETIR”. Ya petir, petir yang suka muncul waktu hujan itu, bukan penghuni terakhir ya. Kalau petir menyambar peralatan, bisa meleduk nih alat.

Ya tentu hanya fenomena antariksa tertentu saja yang bisa diamati menggunakan teleskop radio. tidak semua hal yang menarik menurut teleskop optik bisa diamati di radio. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

2 thoughts on “Teleskop Radio Tidak Peduli Mendung”

  1. salam kenal, saya termasuk yang menyukai radio astronomi, saya dirumaah memiliki antena parabola dan komputer. bisakah saya menggunakan alat2 ini untuk mengamati benda langit. terima kasih

    1. Salam kenal juga Pak Ahmad. Secara umum semua antena bisa digunakan dalam mengamati benda langit dalam panjang gelombang radio karena antena memang alat utamanya. Tetapi seperti halnya panjang gelombang lain atau pada radio pada umumnya, ada satu parameter penting yang harus kita perhatikan, yaitu Frekuensi atau panjang gelombang. Dari yang kita tahu, bentuk antena akan dibuat optimal sesuai dengan frekuensi yang akan kita pancarkan atau terima. Untuk kasus diatas, saya menggunakan antena dipole dengan panjang ~7m , yang secara optimal digunakan untuk menangkap gelombang radio dengan frekuensi ~20,1 MHz.

      Selain antena ada receiver yang digunakan untuk merubah sinyal yang ditangkap oleh antena menjadi informasi lanjutan. Informasi ini akan kita rekam atau tampilkan dalam monitor yang akan dilakukan oleh komputer atau peralatan yang lain sesuai. Jika kita ingin menggunakan antena parabola yang banyak tersedia di pasaran, kita perlu mengatur receiver dan antena agar sesuai dengan frekuensi benda langit yang akan kita amati. Jika tidak “pas” bisa jadi yang kita terima bukan sinyal dari matahari tetapi sinyal siaran televisi, radar, atau radio lokal. Kira-kira begitu Pak…

Leave a Reply to Alfan Nasrulloh Cancel reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.