Cara Synchronize Dropbox dengan Amazon S3

Amazon Web Services
Amazon Web Services

Beberapa hari terakhir saya dipusingkan dengan ide saya sendiri tentang bagaimana mensinkronkan antara Dropbox dengan Amazon S3.

Kenapa harus di sinkronkan?

Dropbox memberikan fasilitas penyimpanan berbasis awan secara gratis dengan kapasitas 2GB. Dengan mreferensikan pengguna baru ke Dropbox, kita mendapat tambahan penyimpanan gratis hingga 21.5 GB. Suatu kapasitas yang cukup untuk digunakan menyimpan dokumen kerja sehari-hari.

Masalahnya muncul ketika  kapasitas dropbox mulai berkurang oleh foto-foto yang saya ambil dengan Smartphone tersinkronisasi dengan dropbox. Kapasitas mulai cepat habis. Selain itu karna semakin banyaknya device yang tersambung dengan account dropbox yang sama sangat banyak, membuat file didalam dropbox kurang secure. Sementara saya tidak ingin foto-foto tersebut atau file yang lain tidak terarsipkan dengan baik.

Saya ingin semua file dalam dropbox atau di folder tertentu bisa secara otomatis ter-backup di Amazon S3 punya kita sendiri tanpa ikut terhapus ketika file di dalam dropbox kita terhapus.

Solusi yang saya pakai adalah kita bangun EC2 di AWS dan kita install dropbox di dalamnya. Kemudian dari EC2 tersebut kita jalankan script secara otomatis untuk backup dari folder dropbox ke Amazon S3 menggunakan AWS CLI (Command Line Interface). Dalam script tersebut juga saya buat pengiriman email otomatis setelah proses backup selesai sebagai media untuk memonitor backup tersebut.

Dengan cara ini kita telah menambah satu lapis lagi backup terhadap file kita di cloud storage.

 

Philae: Halo Bumi, Saya Telah Sampai dan Mendarat di Permukaan Comet Dengan Selamat

Kira-kira begitu kali percakapan pembuka antara Philae dengan ruang kontrol ESA di Bumi setelah berhasil mendarat di permukaan Comet 67P .

[xyz-ihs snippet=”philae-landing-animation-esa”]
Video animation of Philae landing on Comet 67P. Credit: ESA

Philae adalah delegasi manusia pertama yang berkunjung ke sebuah komet dan mendarat di permukaanya. Dia membawa misi untuk mempelajari asal usul tata surya  Dia melakukan perjalanan yang sangat panjang dan lama. Dia menghabiskan perjalanan kurang lebih sepuluh tahun untuk sampai di Comet 67P. Perjalanan yang pendek saja kita kadang tersesat, apalagi perjalanan sepanjang dan selama itu. Tanpa perhitungan yang teliti dan pengawasan yang terus menerus, bisa jadi Rosetta (kendaraan philae) bisa tersesat ntah dimana.

Peta Perjalanan Philae dan Rosetta Menuju Comet P67. Sumber: storiesbywilliams.com
Peta Perjalanan Philae dan Rosetta Menuju Comet P67. Sumber: storiesbywilliams.com

Tantangan yang dihadapi Rosetta adalah dia harus mendatangi suatu benda dimana bendanya sendiri juga bergerak. Kalau Rosetta punya bahan bakar yang tidak terbatas atau bisa terbang secepat kilat sih gak masalah, yang jadi masalah adalah rosetta juga memiliki keterbatasan kecepatan dan bahan bakar, selain itu rosetta juga disetir oleh supir yang ada di Bumi yang memiliki response delay.

Response delay ini gambarannya misalnya kita ingin menyuruh rosetta geser dikit karna agak salah jalur. Nah, perintah nyuruh geser ini harus dikirim beberapa waktu sebelumnya. Setidaknya ada beberapa saat jeda sebelum rosetta bertindak sesuai dengan yang kita perintahkan di Bumi.

Agar tidak sering gesar-geser posisi berarti kita harus betul-betul cermat menghitung lintasannya. Kita juga harus cermat menghitung lintasan target. Setelah itu ditentukan pula lokasi pencegatan cometnya.

Dari gambar lintasan diatas, rosetta butuh ancang-ancang sampai empat kali berputar di sekitar orbit Bumi sebelum loncat ke Comet target. Kalau loncatannya gak pas bisa gak nyampai target. Misalnya  terlalu kenceng bisa kelewat atau terlalu lemah jadi gak sampai target.

Inilah menariknya mempelajari trayektori atau lintasan benda di luar angkasa… 😀

Tool Buat Convert Dokumen dari Ms. Word ke Clean HTML

Ceritanya kita sedang ingin mengkonversi dokumen dari Microsoft Word ke clean html agar bisa dibuka di browser secara efisien.

Kenapa harus dikonversi dan kenapa harus clean?

Sebenarnya Ms Word menyediakan feature untuk menyimpan langsung kedalam format html, tatapi hasil simpanan dokumen tersebut, walaupun bisa dibuka di browser, memiliki kode html yang terlalu boros dan banyak kode yang sebenarnya kurang diperlukan.

Dokumen yang disimpan langsung dari Ms. Word, memiliki kode format bawaan Ms Word. Kode  ini kadang tidak kompatible dengan browser-browser yang biasa digunakan oleh pengguna internet. Sehingga, tampilan yang dihasilkan tidak menunjukkan tampilan yang seragam antara browser satu dengan yang lain.

Sedangkan dokumen yang disimpang dengan clean html akan memberikan tmpilan yang lebih seragam antara satu browser dengan browser yang lain. Ini disebabkan oleh kode atau script yang tertulis lebih murni html (tanpa embel-embel kode dari Microsoft yang hanya dimengerti oleh Microsoft sendiri) dan lebih sesuai dengan standar penuslisan html.

Untuk keperluan konversi ini, saya pakai tool online di http://word2cleanhtml.com/.  Dokumen html yang dihasilkan lebih clean tanpa embel-embel kode Microsoft. Kekurangannya ada sedikit bagian yang perlu dikoreksi pada hasil konversinya, seperti bullet yang kurang seragam. Tetapi secara keseluruhan sangat memuaskan.

Memasang Google Analytics Pada Blog WordPress.com

Google Analytics
Google Analytics

Anda mungkin merasa kesulitan ketika ingin memasang kode Google Analytics di blog yang menggunakan nama domain .wordpress.com atau blog yang terpasang di hosting milik WordPress.

Google Analytics adalah layanan free dari Google untuk menjejak aktifitas pengunjung yang mengunjungi website kita. Feature analisis pengunjung sangat lengkap, penuh dengan data pengunjung mulai dari halaman yang dikunjungi paling banyak hingga statistik lokasi asal pengunjung berdasarkan IP address. Data yang ada disampaikan dalam bentuk tabel dan berbagai chart seperti pie chart, bar chart, dan juga dalam bentuk peta geografis. Sangat memudahkan dalam memahami performa website yang kita kelola.

Layanan blogging WordPress free dan hosting yang nebeng di server WordPress tidak mengizinkan pengguna untuk merubah kode blog atau template yang ada. Dengan kebijakan WordPress itu, kita tidak bisa menyisipkan kode Google Analytics untuk menjejak semua aktifitas pengunjung yang mengunjungi blog kita.

Untuk mengatasi masalah diatas, kita bisa menggunakan layanan Cloudflare sebagai terminal dimana kita pasang kode Google Analytics. Idenya adalah ketika ada permintaan akses pengunjung ke website atau blog kita, traffik akan dilewatkan ke terminal ini untuk dijejak dan dicatat oleh Google Analytics setelah itu baru diteruskan ke website atau blog kita.

Selain sebagai pihak penjejak, CloudFlare juga mengklaim dirinya sebagai layanan penghemat bandwidth akses dan pemercepat akses web kita. Idenya adalah CloudFlare bertindak sebagai CDN (Content Distribution Network), menyimpan sementara beberapa konten web kita di server mereka yang tersebar di beberapa tempat di seluruh dunia. Jadi kalau ada pengunjung dari luar benua yang posisinya jauh relatif terhadap server, akan mengakses lebih cepat.

Tapi kalau pengunjung cuma dari Indonesia misalnya, mungkin gak begitu berpengaruh. Mungkin bisa jadi relatif lebih lambat karena CDN-nya ada di Singapura. Jadi setiap akses dari Indonesa, harus lewat Singapura dulu.

Anyway, sebenarnya saya kurang mempedulikan layanan CDN atau layanan yang lain dari CloudFlare, karena layanan yang saya butuhkan adalah layanan intercept traffic oleh Google Analytics. Jadi kalau mau pasang Google Analytics di blog berbasis wordpress.com (bukan wordpress.org) silahkan pakai CloudFlare secara gratis.