Bulan Penghitaman Kulit

Bulan Maret kemarin rasanya seperti bulan penghitaman kulit  Bagaimana tidak, beberapa kali dalam sebulan kemarin dan juga awal bulan ini saya mendapat tugas luar ke site atau site visit ke tempat-tempat yang mengharuskan diri untuk berpanas-panas di terik matahari.

Tugas pertama yaitu ke gresik dan tuban, yaitu mendokumentasikan kegiatan sosialisasi dan focus group discussion bersama petani mengenai asuransi pertanian. Dalam tugas ini kebetulan tidak ke tempat luar, padahal sudah menyiapkan sunblok.

Tugas kedua ke gempol. Nah, ini baru ke sawah-sawah. Mengambil gambar tentang sawah yang terdampak oleh perubahan iklim. Sunblock yang saya bawapun lupa dipake, alhasil selama beberapa jam terpapar sinar matahari.

Tugas ketiga ke palembang. Dalam tugas ini juga berjam-jam berpanas-panas di bawah terik matahari. Mengambil beberapa gambar tentang lingkungan bersama mitra pemerintah lokal. Sunblock lupa dibawa, jadilah tidak pakai pelindung kulit.

Yang terakhir ini bukan tugas, tapi jalan-jalan ke bromo sambil mengamati gerhana matahari. Pada kesempatan ini akhirnya sunblock saya terpakai, setelah sekian lama beli untuk siap-siap menghadapi matahari. Tapi udah terlanjur item kayaknya.

Yah, pemutihan diri selama bertahun-tahun hilang karena terpapar sinar matahari beberapa hari :D.

Jadi bertanya, sebenarnya sunblock itu menghindari penghitaman oleh matahari gak ya? 🙂

Nge-random Sampai ke Depok

Berawal dari hanya nganterin Ibuk ke tempat penginapan, kebetulan ibuk sedang ikut study tour dan mampir nginep di tempat saya, saya sekaligus niat untuk tidak balik lagi langsung ke kosan tapi mau ke masjid istiqlal sekaligus nunggu sholat jumat sambil eksplore ada apa saja di sekitaran masjid istiqlal seperti perpustakaan atau yang lain.

Setelah saya pikir-pikir lama juga kalau nunggu solat jumat dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Setelah berjalan beberapa langkah menuju masjid istiqlal, saya melihat papan bertuliskan …*lupa tulisannya (tentang pusat kereta api) yang membuat saya tertarik untuk berbelok ke sana. Beberapa langkah masuk, kok seperti stasiun, dan ternyata memang stasiun sodara-sodara . Saya jadi kepikiran untuk ‘nge-random’ *saya pinjam istilah teman saya* ke depok, ya saya pengen tau seperti apa sih depok itu, seperti apa naek KRL itu (belum pernah naek KRL -_-).

Saya kurang tau alurnya naek KRL, intuitif aja dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dipasang, dan ternyata bener jadi gak mengalami kejadian yang memalukan.

Nunggu agak lama akhirnya kereta datang. Keretanya cukup nyaman, lengang, mungkin karna hari libur dan masih pagi jadi semua orang duduk. Baru pulangnya yang agak ramai sampai berdesak-desakan di dalam. Kalau perjalanan pergi cukup 1 jam sampai stasiun UI, baliknya butuh dua jam untuk sampai stasiun Juanda lagi.

Nyampai di Stasiun UI, jalan-jalan berkeliling menikmati asrinya pohon-pohon dan sejuknya pagi. Duduk-duduk sebentar di pinggir danau, kemudian mampir sebentar di Masjidnya dan balik lagi ke jakarta, karna saya pengen shalat jumat di Istiqlal. Untungnya saya balik jam 9.00 kalau saya balik jam 10.00 sesuai rencana awal, mungkin saya gak cukup waktu sampai di Istiqlal, karna ada masalah sinyal ketika mau masuk atau lewat stasiun gambir jadi agak telat satu jam.

Danau di UI. foto: Alfan Nasrulloh
Danau di UI. Diambil dengan kamera Xperia GO. credit: Alfan Nasrulloh