Cara Panggil REST API di Client Menggunakan PHP dan cURL

POST

$url = "url yang jadi interface";    
$content = json_encode("data body yang di post dalam bentuk php array");

$curl = curl_init($url);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HEADER, false);
curl_setopt($curl, CURLOPT_RETURNTRANSFER, true);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HTTPHEADER, array("Content-type: application/json"));
curl_setopt($curl, CURLOPT_POST, true);
curl_setopt($curl, CURLOPT_POSTFIELDS, $content);

$json_response = curl_exec($curl);

curl_close($curl);

$response = json_decode($json_response, true);

GET

$url = "url yang jadi interface";    

$curl = curl_init($url);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HEADER, false);
curl_setopt($curl, CURLOPT_RETURNTRANSFER, true);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HTTPHEADER, array("Content-type: application/json"));
curl_setopt($curl, CURLOPT_HTTPGET, 1)

$json_response = curl_exec($curl);

curl_close($curl);

$response = json_decode($json_response, true);

untuk menambahkan authentikasi pada saat memanggil API menggunakan bearer atau token authentication, bisa ditambahkan di dalam komponen array sejajar dengan “Content-type”

misalnya seperti

$url = "url yang jadi interface";    

$curl = curl_init($url);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HEADER, false);
curl_setopt($curl, CURLOPT_RETURNTRANSFER, true);
curl_setopt($curl, CURLOPT_HTTPHEADER, array("Content-type: application/json", "authorization: Bearer <token>"));
curl_setopt($curl, CURLOPT_HTTPGET, 1)

$json_response = curl_exec($curl);

curl_close($curl);

$response = json_decode($json_response, true);

 

 

Drupal 7: Menggunakan Drupal API pada external Script

Kasus lagi dimana kita ingin menggunakan Drupal API untuk script yang dibangun diluar system drupal, tapi ingin kita gunakan untuk berinteraksi dengan system drupal. Salah satu kegunaannya adalah untuk menggunakan fungsi-fungsi database seperti db_query()  loading data users dll.

Dalam kasus saya, ingin digunakan pada script yang  menggunakan ajax

Setelah googling ke beberapa sumber, dari forum drupal, dokumentasi, dll, berikut kira-kira kode yang bisa kita gunakan

<?php 
//set the working directory relative to the script
$drupal_path='../../../';
chdir($drupal_path);
define('DRUPAL_ROOT', getcwd());

//Load Drupal API
require_once './includes/bootstrap.inc';
drupal_bootstrap(DRUPAL_BOOTSTRAP_FULL);
?>

Tambahkan pada baris teratas script.

Dropbox Pro atau Amazon Glacier

Dropbox
Dropbox

Saya pernah menyebut harga Dropbox yang mahal dibanding Amazon Glacier di tulisan saya sebelumnya soal Mencoba Amazon Web Service EC2, S3, dan Glacier. Disitu saya menyebut kalau harga Amazon Glacier lebih murah dari Dropbox Pro.

Saya baru ingat ketika saya membuka kembali Dropbox Pro untuk pengguna personal satu account, Dropbox telah memberikan kapasitas 10 kali lebih besar dari kapasitas penyimpanan sebelumnya tanpa meningkatkan harganya. Jadi sekarang dengan harga sekitar 1 juta-an per tahun, kita bisa menyimpan data kita di Dropbox hingga 1TB. Setidaknya itu yang di janjikan Dropbox.

Harga Dropbox diatas kira-kira hampir sama dengan Amazon Glacier dengan kapasitas yang sama,bahkan bisa jadi lebih murah. Masalah kemudahan juga Dropbox memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses data, karena datanya juga tersimpan lokal di device kita, jadi setiap kita buka file tidak perlu download lagi.

Sepertinya memang Dropbox sedang berkompetisi dengan para penyedia layanan penyimpanan cloud dengan para pemain yang lain yang semakin menjamur. Ada mozy, azzure, dll. Walaupun Dropbox sendiri juga menyimpan datanya di fasilitas milik Amazon.

Cuma, saya pikir, masalah utama dari teknologi penyimpanan cloud public seperti Dropbox, Amazon, Mozy, Azzure, dan yang lainnya adalah infrastruktur koneksi internet. Kalau koneksi internet lambat ya manfaat cloud kurang optimal. Mungkin bisa jadi malah menghambat produktifitas karna filenya belum synchronize, atau downloadnya belum selesai.

 

Membludaknya Informasi Di Internet

Pada kondisi sekarang ini, informasi sangat banyak sekali. informasi sekarang sangat membludak. tantangan yang terjadi pada zaman sekarang ini bukan lagi kekurangan informasi, tetapi kebanyakan informasi yang beredar. Informasi yang beredarpun bisa jadi informasi yang benar bahkan bisa jadi informasi yang tidak benar. Informasi ini bisa bercampur baur menjadi satu.

Buat informasi yang bercampur antara yang benar dan tidak benar, tantangan kita adalah memfilter mana informasi yang benar dan tidak. salah satu cara adalah saling cross cek dengan sumber informasi yang satu dengan yang lain. karna banyaknya informasi yang beredar, kita bisa mencari berbagai sumber informasi untuk satu jenis informasi yang sama yang kita terima.

Sedangkan untuk informasi yang benar, bukan berarti tidak ada tantangan. Tantangan selanjutnya adalah membuat trend dari informasi tersebut untuk membuat suatu kesimpulan. Selain itu, informasi yang kita olah-pun bisa jadi terus menerus terbarui dari waktu-kewaktu. Bisa jadi kita belum selesai mencerna infomasi yang satu, sudah datang lagi informasi yang lain. jadi kecepatan mengolah ini melawan datangya data yang baru bisa menjadi tantangan tersendiri.

Menurut informasi yang saya cuplik dari computerworld, yang dicuplik dari hasil penelitian di University of Southern California, manusia sudah menyimpan data sebanyak 295.000.000 GB sejak 1986 hingga 2007. Masih dari situs yang sama, para ilmuan juga menyimpulkan bahwa tahun 2002 bisa dianggap sebagai tahun dimulainya era digital (digital age)yang ditandai dengan total kapasitas penyimpanan digital telah melebihi tingkat kapasitas penyimpanan data analog yang ada di seluruh dunia. Tentunya dengan berbagai kondisi yang telah diketahui sebelumnya.

Nah, bagaimana dengan kondisi data dimasa kini dan masa datang?. Saya mendapat infographic yang menarik dari dari blog cisco. Didalam artikel berjudul “The Dawn of The Zettabyte Era [Infographic]” secara umum menjelaskan volume data yang ada sekarang dan yang akan datang. Berikut informasinya:

sumber: http://blogs.cisco.com/news/the-dawn-of-the-zettabyte-era-infographic/
sumber: http://blogs.cisco.com/news/the-dawn-of-the-zettabyte-era-infographic/

Suasana pilpress sekarang ini, dari sudut pandang terentu juga ada nilai positifnya terhadap sikap masyarakat indonesia, terutama masyarakat digital indonesia. Masyarakat menjadi lebih aware untuk bicara berdasarkan data (bukan berarti sebelumnya tidak aware). terlepas dari benar atau tidaknya data yang dipakai sebagai ‘senjata’. ditambah lagi kebiasaan membagikan informasi dari sumber yang kurang bisa kredibel. Di zaman digital ini semua orang bisa membuat konten digitalnya masing-masing termasuk konten dalam blog ini.

Dalam menanggapi survey juga, tampaknya beberapa bagian dari masyarakat kita belum terlalu memperhitungkan metode atau kondisi atau asumsi yang digunakan dalam mengumpulkan dan menyimpulkan kumpulan data. hal ini terlihat dari mati-matiannya mereka dalam membela kesimpulan pengolahan data yang didapat tanpa melihat detail metode dan kondisi yang dipakai dan tingkat kesalahan yang digunakan. belum lagi masalah benar tidaknya pengambilan data yang dilakukan.

sepertinya kedepan, cara memaknai kumpulan data, khususnya data aktifitas sosial akan menjadi peluang dan tantangan tersendiri. generasi kedepan bisa memanfaatkan celah ini untuk berperan dan berkontribusi.

Presentasi Menarik dari Dr. George Djorgovski: Big Data Science in the 21st Century: Lessons and Experiences from Astronomy

Ada presentasi menarik yang disampaikan oleh Dr. George Djorgovski dari Caltech tentang fenomena Big Data yang juga terjadi di Astronomi. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh astronom sekarang, terutama di negara maju yang memiliki fasilitas instrument yang lengkap. Dengan fasilitas instrument itu, data dengan cepat dan besar diproduksi secara massive sehingga kita menjadi kelimpungan menganalisis data yang datang begitu cepat dan besar tanpa sempat menganalisis data yang sudah ada.

Kalau dulu orang yang punya data bisa mengerjakan pekerjaan science, sekarang data begitu membludak dan sebagian besar tersedia secara gratis di internet. Karna banyaknya data tersebut, para ilmuan membagi data tersebut di internet agar orang juga bisa ikut membantu menganalisis. Banyak pekerjaan Tugas Akhir atau Skripsi mahasiswa Astronomi yang melakukan analisis terhadap data-data dari instrument luar yang memang sangat banyak sekali tersedia.

Yang menarik bagi saya adalah tentang fenomena membludaknya data ini dan perubahan paradigma pendekatan sains dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang ilmu dasar. Kalau dulu orang menjawab pertanyaan-pertanyaan sains dengan Experiment dan Theory, sekarang sudah muncul Pendekatan Komputasi atau simulasi, dan kemudian muncul lagi pendekatan Data atau Data Driven Paradigm (menurut presentasi ini). Pendekatan data ini secara garis  besar ingin menemukan pengetahuan baru dari sekumpulan data yang tersedia atau dalam bahasa lain yaitu Knowledge Discovery on Data (KDD).

Berikut video secara lengkap Presentasi Dr. George Djorgovski