Pengamatan Radio Matahari Partisipatif

Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011.
Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011. Image by Alfan Nasrulloh via blog.alfannas.com

Saya sangat terinspirasi dengan ide pengamatan radio dari matahari secara partisipatif. Ide tersebut dituangkan dalam sebuah project oleh NASA dalam Project RADIO JOVE. Dalam project itu, NASA membagikan desain teleskop radio sederhana yang bisa dengan mudah dipahami oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Project juga menyediakan kit yang bisa dibeli dan dipasang oleh masarakat umum, terutama sekolah-sekolah setingkat SMA maupun SMP. Masyarakat bisa memasukkan datanya ke database project yang dikelola oleh NASA Goddard Space Flight Center.

Kegiatan ini bisa menumbuhkan simbiosis mutualisme antara Ilmuan, Pelajar, Pendidik, Sekolah, dan Radio Amatir. Kegiatan ini juga bisa men-trigger untuk dilakukannya pemerataan pembangunan infrastruktur sampai ke daerah – daerah. Kebutuhan koneksi internet untuk berdiskusi dan bertukar data tidak dapat dielakkan. Pembangunan infrastruktur internet dan komunikasi daerah sangat dibutuhkan. Atas rasa keingintahuan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan disekitarnya bisa digunakan energi untuk pembangunan infrastruktur ini.

Bagi Ilmuan
Project ini bisa menyediakan data bagi ilmuan tentang data matahari yang dikumpulkan oleh para peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang membentang cukup panjang dari timur ke barat, sehingga kemungkinan mendapat banyak data dari rentang tersebut sangat besar. Waktu penyinaran yang diterima Indonesia oleh Matahari juga cukup panjang. Jadi halangan mendapatkan data karena cuaca buruk bisa diminimalisir karena lokasi pengamatan yang tersebar. Tentunya kurasi data yang diterima juga diperlukan disini untuk mendapatkan data yang layak untuk diikutkan dalam penelitian.

Bagi Pendidik atau Sekolah
Guru dan Sekolah bisa menggunakan project ini sebagai contoh kongkret kegunaan dari pelajaran fisika, matematika, atau sains pada umumnya, yang bisa diberikan kepada siswa. Sekolah juga bisa saling bertukar pengethauan dengan sekolah lain maupun dengan para ilmuan. Project ini bisa dikerjakan oleh multidisiplin dari kegiatan extrakurikuler elektronika, astronomi, karya ilmiah remaja (KIR) dan atau radio amatir sekolah. Data dari pengamatan bisa dikumpulkan secara nasional sebagai bahan bagi para ilmuan, astronom professional, untuk bahan penelitian matahari atau mungkin bisa jadi bahan untuk penelitian perubahan iklim. Tentu saja data yang dimasukkan kedalam database nasional perlu memenuhi standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kita juga bisa berpartisipasi secara internasional.

Bagi Masyarakat Umum
Masyarakat umum khususnya yang memiliki hobi elektronika atau radio amatir bisa menyelesaikan tantangan-tantangan teknis dalam mendeteksi radio derau atau noise yang dipancarkan matahari yang dalam kesehariannya tidak berguna dalam komunikasi bisa memiliki makna fisis. Jadi selain sebagai volunteer yang sangat berperan besar dalam bidang komunikasi ketika bencana, komunitas radio amatir bisa juga berpartisipasi dalam hal sains.

Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan sains potensial yang bisa dilakukan oleh semua orang dengan berbagai latar belakang dan hobby. Kegiatan ini juga berpotensi untuk men-trigger pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara kolektif. Tentu saja masih banyak ide lain yang bisa dikembangkan lagi dari sini.

 

Antara Astronomi Radio dan Big Data?

Pengamatan radio frekuensi rendah akan terus dilakukan di observatorium bosscha. Peralatan penerima radio terus diuji coba. Data pengamatan terus dikumpulkan. Data interferensi akan terus dicatat. Pesan-pesan dari matahari dan jupiter akan terus kita ‘dengarkan’.

Saya menyadari, data pengamatan model seperti ini akan terus bertambah dan berevolusi terus baik bentuk, maupun jumlahnya. Perlu dilakukan penanganan data yang baik dan sesuai agar data pengamatan yang telah dilakukan bisa diambil insight atau penemuan pengetahuan dari data yang telah terkumpul.

Karena data yan didapat dari sensor seperti ini atau dari peralatan yang ‘unik’, maka management datanya juga akan unik. Mungkin penanganan data menggunakan metode basis data relasional akan membutuhkan banyak ‘penyesuaian’. Sementara data akan terus berevolusi. Dari sini saya mulai ‘melihat’ big data. Suatu metode dan teknologi atau pendekatan baru dalam menangani data yang tidak terstrukture . Bisa juga untuk data yang terstrukture atau gabungan dari keduanya.

Terus tarang saya belum punya gambaran detail tentang apa dan bagaimana big data ini bisa berperan. Tapi saya melihat bahwa ‘big data’ adalah salah satu future approaches.

Continue reading “Antara Astronomi Radio dan Big Data?”

Big Data???

Ya, apa itu big data…???

Beberapa hari terakhir ini, dunia saya sedikit teralihkan dengan term big data ini. Apa sih big data ini?. sepertinya isu big data mulai diungkapkan ke permukaan semenjak orang sadar kalau kita kebanjiran data. apalagi sejak 2.0 mulai menjalar kemana-mana.

saya melihat film dokumenter di youtube, BBC Horizon 2013 The Age of Big Data, dimana data secara massive di-‘create’ baik oleh individu maupun lembaga. Salah satu lembaga yang akan berkontribusi adalah lembaga di bidang astronomi (dan tentu lembaga sains yang lain).

Dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas survey langit seperti LSST (Large Synoptic Sky Survey) yang akan menghasilkan data kira-kira sampai 30 TB per malam, atau SKA ( Square Kilometer Array), sebuah system pengamatan teleskop radio rame-rame secara serentak, yang pasti juga menghasilkan data yang tidak main-main setiap malam.

SKA (Square Kilometer Array), system teleskop radio rame-rame yang digunakan untuk mengamati langit secara serentak bersama-sama. Image Credit: SPDO/Swinburne Astronomy Productions, Sumber: http://astrocompute.wordpress.com

Era media social seperti sekarang ini, setiap orang bisa menghasilkan data. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi orang bisa menghasilkan data. Bangun tidur cek socmed, update socmed. Saat tidur-pun gadget terus mengupdate data.

Bagaimana pegelola mengelola data tersebut?. Bagaimana data tersebut disimpan dan bagaimana memanfaatkan data-data tersebut.

Sepertinya big data juga akan melanda sektor climate change. Sebagaimana kita tahu bahwa perubahan iklim tidak lepas dari data-data lingkungan. Data iklim dan data kondisi bumi dan sekitarnya. Bagaimana mengelola data ini sehingga menyebabkan kebermanfaatan data yang lebih luas. Bagaimana agar masyarakat luas bisa mendapat manfaat dari data iklim ini.

Ada juga apache hadoop, sebuah framework untuk mengelola data. ada juga HDFS, Hadoop Disrtibuted File System. Seperti apa semua system ini?

Jadi, apa itu big data? apakah kita terkena imbas oleh big data?… hmmm….

catatan pengamatan radio matahari,18 mei 2013

radio2013mei
Pengamatan Radio Matahari 18 Mei 2013, Observatorium Bosscha. credit: Alfan Nasrulloh

Weekend minggu lalu saya ke bandung dengan niat ke Observatorium Bosscha untuk refreshing melakukan cek teleskop radio jove yang ada di bosscha, terutama interferometer dua elemen. tujuan sampingannya sih untuk menyepi dari hiruk pikuk kota besar seperti jakarta ini, hehe. bosscha memang tempat yang nyaman, tempatnya hijau dan asri, udaranya sejuk, dan walaupun demikian, bosscha berisi penuh dengan keilmuan terkini. Teknologi yang tidak mainstream banyak ditemukan disini, perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang tidak biasa dan tidak ada di tempat lain, tempat baca dengan suasana sepi dengan pemandangan lingkungan yang adem di mata. Kadang kabut turun dan menyelimuti pepohonan. rerumputan juga mendominasi landscape bosscha.

Checking…checking… ternyata komputernya baru :D. ok dan ternyata software pengamatannya-pun belum ada jadinya install softwarenya dulu. kira-kira berikut softwarenya:

  1. Radio Sky-Pipe. software utama untuk merekam data pengamatan
  2. Jupiter Pro. software pendukung pengamatan matahari dan jupiter
  3. Audacity. untuk merekam suara.

selain itu saya juga merancang sistem pengelolaan data hasil pengamatan agar semua data pengamatan terinventarisir dengan baik dan bisa dengan mudah diatur seperti diurutkan, ditata kembali, mudah untuk dicari, dan enak dilihat.

berikut kira-kira sketsa alur penanganan data untuk radio jove yang saya buat dengan bantuan antipapernote apps di Thinkpad tablet:

Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh
Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh

Solar Eclipse Observed from Bromo Tengger Semeru National Park

Solar eclipse observation result from Bromo Tengger Semeru National Park, East Java, Indonesia. Observation site was in “Puncak Penanjakan 1”, one of the best site with best view of sunrise and Bromo crater.

Mount Bromo also well known to traveler and backpacker around the world and have beautiful sunrise view. People already standby here from 04.00 am or 1-2 hours before sunrise.