Ide Pembentukan Group Astronomi Radio

center
Image source: webastronomi.com

Ide ini sebenarnya sudah lama tercetus di pikiran, mungkin sudah berbulan-bulan yang lalu, hampir satu tahun berlalu. Sempat naik dan tenggelam dari pikiran saya karena kesibukan pekerjaan dan lain-lain. Namun, ide ini kembali muncul setelah berdiskusi dengan beberapa teman di Himastron ITB (Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB) malam minggu yang lalu ketika saya ke Bandung. Walaupun hampir lebih dari dua tahun lulus dan meninggalkan kampus, tapi kita masih akrab dengan para mahasiswa astronomi dari berbagai angkatan karena memang jumlah mahasiswa astronomi sedikit.

Salah satu teman diskusi santai saya adalah Anton TJ, Mahasiswa Magister Astronomi ITB. Dia kebetulan akan bertugas dalam tim RFI (Radio Frequency Interference) di kupang untuk men-survey tingkat gangguan radio di site yang akan dibangun Observatorium Baru. Survey ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar gangguan sinyal radio yang akan dialami teleskop radio nanti jika dipasang di tempat tersebut.

Topik yang kita bahas selain update situasi terkini, kami membahas tentang teleskop radio JOVE yang ada di Observatorium Bosscha. Teleskop radio JOVE adalah instrumen pengamatan gelombang radio dari benda-benda langit, khususnya Matahari dan Jupiter. Teleskop radio ini adalah hasil rintisan saya dan pembimbing saya Dr. Taufiq Hidayat di Observatorium Bosscha. Dari diskusi santai ini, ide pembentukan grup astronomi radio ini muncul kembali. Nah, saat itulah ide ini mulai saya sampaikan lebih luas.

Grup ini nantinya seperti working group yang dalam bayangan saya akan aktif memanfaatkan dan mengembangkan astronomi radio di Indonesia yang akan kita mulai dari Observatorium Bosscha. Sudah ada beberapa gambaran aktifitas yang bisa kita kerjakan, tapi setidaknya kita mulai dari membentuk wadah dulu untuk mengumpulkan kekuatan SDM dan infrastruktur. Pak Taufiq tentu mungkin sudah punya gambaran rencana yang lebih detail dan lebih jauh, tapi kita juga akan berinisiatif memulainya juga secara militansi.

Science on a Sphere, Peragaan Sistem Pada Bumi

Saya menemukan video unik tentang sistem bumi yang awalnya saya dapat tautan sebelumnya dari FB kolega yang bekerja di LAPAN.

Videonya sangat menarik, yaitu menunjukkan simulasi tiga dimensi tentang dinamika planet bumi. Memperlihatkan bagaimana sistem yang ada pada bumi seperti sistem pergerakan arus laut, sistem pergerakan lempeng bumi, pergerakan awan dan sistem iklim serta perubahan iklim.

Alat peraga ini ditujukan untuk sain dan pendidikan publik, jadi dapat mempermudah pengunjung dalam memahami sistem bumi. Para pengunjung berkeliling di sekitar bula bumi tersebut dan dapat secara langsung melihat dinamika bola bumi yang ada di depannya.

Peragaan sain, museum sain, atau apapun namanya di Indonesia layak untuk memilikinya… 🙂

Pilihan Karir Masa Depan

Setelah melakukan pemikiran lagi tentang proyeksi masa depan, saya terbayang tentang langkah-langkah keputusan yang bisa saya ambil. Dalam hal ini saya akan berusaya melibatkan background pendidikan saya di bidang sains pada tingkat sarjana yaitu di bidang astronomi. Saya akan coba menggabungkannya dengan Teknologi Informasi. Ada celah yang ingin saya isi, yaitu penanganan data dalam sains atau sains data management atau dalam lingkup yang lebih luas yaitu teknologi informasi dalam sains.

Kalau Teknologi Informasi dalam industri atau bisnis sudah banyak sekali sampai ada vendor-vendor yang khusus menawarkan servis dan sertifikasi dalam pengelolaan informasi dalam industri yang tentu saja orientasinya adalah profit materi bagi perusahaan. Sertifikasi untuk menguasai service tersebut bisa mahal sekali dan memiliki bagian-bagian level tersendiri, isalnya tentang SAP, COBIT, ITIL, dll. Terus terang saya tidak ahli dalam istilah – istilah yang baru saya sebutkan tadi, hanya ada sedikit gambaran umum saja, jadi mohon maaf kalau salah, nanti akan saya cari lebih lanjut. Tapi dari contoh-contoh judul thesis dan karya ilmiah yang menggunakan tools tersebut, kebanyakan studi kasusnya untuk perusahaan, jadi hipotesis saya bahwa tools tersebut memang sejak awal didesain untuk keperluan industri. Walaupun bisa jadi tools tersebut bisa diaplikasikan untuk keperluan sains atau penelitian.

Lalu apa yang dimaksud keperluan sains. Ok, jadi gambaran saya adalah suatu system support untuk mengorganisir scientific information atau scientific data dalam sebuah institusi penelitian sehingga bisa memangatur aset sains yang berharga tersebut menjadi produk sains atau bahan-bahan informasi  dalam sebuah penelitian.

Sebenarnya sudah ada magister sains komputasi di ITB yang baru dibuka. Tetapi sepertinya fokus utama pendidikan tersebut lebih diarakan ke proses pengambilan kesimpulan sains berdasarkan metode ketiga dalam sains. Jadi ada satu metode baru selain teoritik dan eksperimen, yaitu metode komputasi. Salah satu metode yang digunakan adalah simualsi.  Seperti yang kita tau, metode saintifik kan kira-kira secara garis besarnya adalah dari identifikasi masalah-hipotesis-pengujian hipotesis-kesimpulan, walaupun bisa jadi kenyataannya bisa lebih kompleks. Nah, yang menjadi concern saya adalah bukan di metodenya tersebut, tapi dalam lingkup teknologi informasi yang lebih luas. Kalau ingat himpunan matematika, concern yang ingin saya pelajari adalah pada semesta himpunan yang lebih luas, yaitu pengorganisasian informasi secara keseluruhan menurut standar yang baku. Maksud saya baku adalah yang terstruktur, efisien, dan memberikan kontribusi dalam aktifitas sains.

Mimpi dan referensi saya sebenarnya muncul dari masuknya zaman pada era digital sekarang ini. Fenomena ini tentu saja ikut mempengaruhi pengelolaan aset sains berupa data-data saintifik yang semakin hari semakin bertambah banyak dan tidak terkontrol. Kalau saya pernah baca dalam sebuah paper astroinformatik, mereka menyebutnya data flooding. Mereka menyebutkan kalau data flooding ini terjadi di semua bidang sains. Saya ambil contoh dari bidang astronomi, data pengamatan dari sebuah teleskop survei yang aktif melakukan pengamatan, bisa menghasilkan data  beberapa Terabyte per hari. Bayangkan jika data ini tidak ditangani dan diatur secara sistematis, bisa jadi data ini ridak terkontrol dan kurang memberikan manfaat yang maksimal. Mereka juga menyebut sama untuk bidang-bidang sains yang lain. Saya pikir ada benarnya juga apalagi untuk keperluan yang lagi hangat seperti sekarang ini seperti climate change.

Saya pikir sekarang adalah titik kritis masalah ini di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan tentang minimnya pengelolaan terhadap data-data nasional dalam berbagai workshop climate change. Saya juga mengalami hal ini ketika di Observatorium Bosscha, dimana dalam satu dekade lebih observatorium bosscha memasuki era ddigital dengan mulai merubah detektor-detektornya menjadi detektor digital, mssih belum mempunyai prosedur baku dalam menangani data digital. Berawal dari latar belakang ini saya akan memproyeksikan masa depan karir saya dibidang penanganan data saintifik tersebut.

Bandung, 09032013
1443 WordPress for Android in TPT

Pendidikan Astronomi Sejak Dini

Ilustrasi Pendidikan. Sumber gambar: http://log.viva.co.id
Ilustrasi Pendidikan. Sumber gambar: http://log.viva.co.id

Tadinya saya hanya melihat-lihat apa yang temen-temen tulis di facebook dan melihat-lihat status update dari page Observatorium Bosscha. Setelah saya perhatikan sejenak, saya renungi sebentar, saya lihat interaksi yang ada, saya jadi kepikiran untuk menulis opini ini. Segera saja saya tulis karena kalau nunggu-nunggu ntar bisa hilang.

Ok, jadi ada suatu pelajaran yang saya ambil dari aktifitas sejenak diatas. Saat ini adalah zaman digital, anak-anak sekarang sangat hafal dan lihai dengan aktifitas digital. Begitu pula dengan generasi-generasi yang akan datang. Yang menjadi konsen saya adalah bahwa saya sangat mendukung aktifitas Observatorium Bosscha yang sudah merambah dunia digital facebook dan twitter. Termasuk kultwit tentang #komet apa aja yang terlihat di tahun 2013  yang baru-baru ini dilakukan oleh Observatorium Bosscha di sini.

Ada  300 view (update 26/01/13) pengunjung yang telah melihat kultwit tersebut dan jumlah tersebut  saya kira merupakan jumlah yang tidak sedikit. Dari para pengunjung tersebut, saya yakin umurnya pun juga beragam, tapi mungkin mayoritas anak muda. Latar belakang profesi dan latar belakang lingkungan juga beragam. Untuk keberagaman wilayah saya kurang yakin, karna berdasar pengalaman memantau pengunjung yang mengunjungi web Obs. Bosscha, mayoritas adalah jakarta, bandung, jawa barat, baru wilayah-wilayah lain di Indonesia. Ketimpangan jumlah pengunjungpun sangat besar diantara daerah-daerah yang saya sebut diatas.

Kultwit diatas juga bisa merupakan salah satu jenis pendidikan astronomi yang bisa dilakukan Obs. Bosscha untuk masyarakat. Pendidikan yang perlu dilakukan sejak dini. Kata “dini” disini saya gunakan untuk menyatakan perlunya dilakukan sekarang juga, dan tidak hanya sejak kecil saja. Kita tidak tahu dari para generasi muda yang telah mendapat pendidikan astronomi ini akan menjadi apa selanjutnya, tapi yang pasti mereka akan menjadi penerus generasi-generasi sebelumnya. Mereka akan menempati posisi-posisi strategis dalam masyarakat dan pemerintahan. Ada juga mungkin yang akan menjadi ilmuan.

Para generasi penerus yang telah menerima pendidikan astronomi ini harusnya bisa menempatkan astronomi di indonesia pada porsi yang tepat. Astronomi sekarang mungkin kurang mendapat prioritas di kebijakan pemerintah. Itu terjadi mungkin karena memang astronomi mungkin dinilai kurang aplikatif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari masyarakat indonesia. Tapi astronomi adalah ilmu pengetahuan murni yang memang kegunaannya bisa jadi intangible atau tidak kelihatan tapi pengaruhnya besar  bagi kehidupan dan awareness terhadap lingkungan *kita bahas di lain kesempatan . Negara juga memiliki alokasi dana pendidikan. Memang diperlukan political will dari para astronom atau para pemangku kepentingan untuk memperjuangkan pendidikan astronomi di Indonesia.

Ilmu ini penting, kita tidak hanya tinggal di bundaran bola bumi saja, tapi alam semesta yang luasnya tak terkira. Dengan mempelajari alam semesta sebenarnya kita sedang mempelajari diri kita sendiri. Peran dan posisi kita di alam semesta, termasuk kesadaran untuk menjaga bumi yang kita tinggali ini. Kesadaran untuk menjaga keberlangsungan lingkungan kehidupan di Bumi. Kesadaran untuk tidak merusak bumi, dan kesadaran untuk menjaga bumi untuk anak cucu kita…

Jakarta, 26 Januari 2013
Sabtu, 07.10 WIB

Keberuntungan yang Melancarkan Tugas Akhir/Skripsi

Sebenarnya kejadiannya sudah dua tahun yang lalu (kalender islam). Tepat pada hari yang sama pada kalender islam dan bertepatan pula dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Akibat kejadian yang langka ini, saya semakin percaya diri menjelaskan ke smua orang apa lagi kepada tim penguji, pembimbing, staff Observatorium Bosscha, Mahasiswa Astronomi, dan semua yang terkait.

Fenomena apa itu?

Ceritanya berawal ketika saya sedang mengerjakan skripsi atau kalau di ITB biasa disebut TA (Tugas Akhir). Tugas akhir saya lebih cenderung ke instrumentasi. Instrumentasi menjadi hal yang saya minati karena mungkin memang bawaan lahir saya menyukai mesin atau peralatan, walaupun kuliah saya di bidang sains. Waktu kecil, kira-kira umuran TK, atau malah belum sekolah saya agak lupa, ketika diajak orang tua atau tetangga pergi ke hajatan kondangan di kampung, saya selalu merengek untuk melihat diesel atau genset yang digunakan untuk menyuplay listrik. Diesel gensetnya tidak sebagus yang tertutup semuanya berbentuk kotak persegi seperti yang digunakan sekarang ini, tetapi diesel umum, ada roda-roda dan tali yang menghubungkan untuk memutar generator. Apa yang saya lakukan disana? duduk manis diam saja melihat roda-roda itu berputar dan terpesona dengan suara dan lampu yang bisa nyala dari diesel itu. Bahkan saya tidak peduli dengan hajatan yang diselenggarakan, makanannya dan orang-orang yang hadir. Lagi pula saya tidak suka daging. Kata nenek, saya akan nangis dan tidak akan diam sebelum melihat genset itu.:D.

Oke, kembali ke tugas akhir, ya jadi tugas akhir saya adalah Pengembangan Teleskop Radio dan Interferometer Radio JOVE di Observatorium Bosscha *wiihhh masih apal euy…:D. Misi saya adalah mengimplementasikan teleskop radio JOVE dan mengembangkannya menjadi interferometer untuk dipasang sebagai alat pengamatan benda langit dalam panjang gelombang radio dengan frekuensi 20,1 MHz di Observatorium Bosscha. Teleskop Radio JOVE sendiri sudah lama dikembangkan oleh beberapa orang dari NASA Goddard Space Flight Center sebagai project untuk tingkat sekolah maupun umum. Saya tertarik dan saya melihat kalau project ini feasible untuk dilakukan di Observatorium Bosscha. Kebetulan Dosen pembimbing saya, Dr. Taufiq Hidayat, juga memiliki keinginan atau rencana yang sama dalam mengembangkan teleskop radio atau observatorium multiwavelength di Observatorium Bosscha atau Indonesia pada umumnya. Kebetulan juga waktu itu Pak Taufiq juga sedang menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha. Untungnya lagi setelah kepala Bosscha diganti oleh Pak Hakim ( Dr. Hakim L. Malasan), Teleskop radio JOVE masih didukung dengan beberapa support yang diberikan pada masa pengembangannya. Ini semua adalah keberuntungan yang pertama.

Keberuntungan kedua yaitu ketika saya hendak melakukan percobaan alat penerima setelah diganti yang baru karena yang lama dinilai rusak. Pada waktu itu saya sebernarnya tidak berencana untuk ke Bosscha karna memang saya sedang tidak ada jadwal penting untuk ke Bosscha seperti menerima kunjungan atau hal lain dan memang sedang libur Maulid Nabi, tapi saya akhirnya ke Bosscha juga. Sesampai di Bosscha saya tidak langsung melakukan percobaan, tetapi keliling dulu sambil menikmati udara sejuk pegunungan lembang tempat Observatorium Bosscha berada.Pada saat berkeliling, saya sempat bertemu dengan Pak Muji (Dr. Moedji Raharto) dan sempat ngobrol banyak tentang hilal, tentang Bosscha, sampai pengalaman beliau di Jepang.

Saya masuk ke ruang radio dan mulai melakukan  serangkaian proses untuk melakukan testing dan pengamatan sinyal radio dari matahari. Dimulai dengan mengukur nilai tegangan power supply untuk sumber noise buatan (sumber noise buatan untuk kalibrasi penerima gelombang radio), pasang soundcard sebagai Analog-to-Digital Converter, malkukan kalibrasi sistem, dan akhirnya standby dalam pengamatan radio, dan memantau pergerakan sinyal yang diterima. O iya, cuaca waktu itu mendung cukup tebal merata disegala arah.

Ketika memonitor suara dari speaker sambil melakukan hal yang lain, karena memang kita bisa memantau sinyal radio disini menggunakan speaker, saya mendengar suara yang sangat khas. Ya, suara ini adalah suara karakter semburan radio dari matahari yang tidak bisa diperediksi itu. Saya langsung bangun dan memperhatikan monitor. Begitu tegangnya saya waktu itu karena bisa jadi ini adalah semburan terbaik yang bisa dideteksi dengan keyakinan sampai 100%. Saya langsung rekam suaranya dan langsung capture grafik sinyal yang ditampilkan di monitor. Saya langsung cek dengan berita dari spaceweather.com dan dengan situs cuaca antariksa yang lain. Saya langsung konfirmasi ke Pak Taufiq mengenai fenomena ini. Pak Dhani (Dr. Dhani Herdiwidjaya) yang juga seorang peneliti matahari ketika saya konfimasi langsung menyarankan untuk cek ke situs pemantauan X-Ray matahari menggunakan satelit untuk cross-check. Dan memang dipasetikan ada semburan matahari pada selang menit tersebut. Intensitasnya cukup tinggi, bahkan yang tertinggi pertama sejak beberapa tahun terakhir. Kejadiannya sekitar jam 12.00 siang WIB.

Flare Besar 15 Februari 2011 ( Maulid Nabi Muhammad SAW) menimbulkan semburan radio yang cukup kuat
Flare Besar 15 Februari 2011 ( Maulid Nabi Muhammad SAW) menimbulkan semburan radio yang cukup kuat

Fenomena inilah yang menjadi keberuntungan saya yang kedua. Ketika semua peralatan tengah diuji coba, semua telah selesai di persiapkan dan kalibrasi, telah siap dan sedang melakukan pengamatan, semburan radio dari matahari muncul dan terdeteksi. Padahal semburan ini sulit untuk diprediski dan kejadiaanya cuma beberapa menit.

Cross-check dengan hasil pengamatan dari satelit GOES X-Ray
Cross-check dengan hasil pengamatan dari satelit GOES X-Ray

Setelah kejadian itu, saya bisa merasakan rasa syukur yang dalam kepada Allah SWT. yang telah Menuntun untuk melakukan semua kegiatan pada hari itu dan saya merasa semua telah Direncanakan semuanya… Alhamdulillah… segala Puji Bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam semesta…

Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011.
Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011.