Membuat Modul IoT Membaca Banyak Device dengan RS485

Postingan ini sebenarnya sudah ada judulnya dari beberapa bulan lalu, tapi baru sempet menulis isinya sekarang. Saat itu, sistem PLTS saya baru ada inverter dan baterai, belum ada panel surya, sehingga saya fokus pada komponen IoT-nya dulu.

Saya sudah membuat desain jalur kabel dan flow arusnya. Mulai dari string panel surya yang sudah saya persiapkan menjadi dua string, sampai arah inverter dan baterai. Tiap titik bagian sudah saya rencanakan akan dipasang sensor untuk mengetahui parameter yang akan saya ukur. Salah satu parameter misalnya voltase dan energi dari baterai ke inverter. Ini sudah bisa saya implementasikan sebelum menunggu panel surya terpasang.

Pada tahap awal ini, saya akan memasang 4 sensor, dua untuk memantau arus DC dan dua lagi untuk memantau arus AC. Dua arus DC adalah dari SCC ke inverter serta baterai dan satu lagi dari baterai dan SCC ke inverter. Dua sensor ini untuk memantau berapa banyak energi yang dipanen dari SCC dan berapa besar energi yang terpakai. Sedangkan untuk arus AC, saya memasang sensor untuk arus dari PLN dan satu lagi untuk memantau arus keluaran dari Inverter. Ini untuk memantau berapa besar energi PLN dan PLTS yang terpakai.

Saya menggunakan PZEM016 dan PZEM017. Dua alat ini memiliki interface RS485 sehingga saya membutuhkan modul RS485. Untuk modul kontrolernya saya menggunakan ESP dari keluarga ESP8266 yaitu ESP Wemos D1 Mini. Saya berencana membuat satu modul ini untuk memantau banyak device RS485.

Sat, 29 Nov 2025

Pengalaman Setup Printer Canon G2010 untuk Mac dalam Jaringan

1. Setup Awal: Wavlink + Windows = Lancar Jaya

Awalnya, printer Canon G2010 saya terhubung ke jaringan lokal menggunakan print server Wavlink. Di lingkungan Windows, semuanya berjalan mulus: printer terdeteksi otomatis, driver tersedia, dan proses cetak berlangsung cepat tanpa hambatan. Ini solusi ideal untuk rumah atau kantor kecil yang ingin berbagi printer tanpa harus colok langsung ke satu komputer.

2. Masuk Mac: Driver Ada, Tapi Lemot dan Gagal

Masalah muncul saat mencoba mencetak dari MacBook. Saya menambahkan printer lewat System Preferences → Printers & Scanners, memilih driver Canon G2000 series (karena G2010 tidak muncul). Awalnya, printer bisa menerima job dan mulai mencetak. Tapi…

  • Proses cetak sangat lambat
  • Sering berhenti di tengah jalan
  • Kadang hang total dan harus restart printer

Setelah frustrasi berkali-kali, saya cek langsung ke situs resmi Canon — dan ternyata: Canon G2010 memang tidak mendukung macOS secara resmi. Tidak ada driver native, dan solusi workaround tidak stabil.

3. Jalan Alternatif: CUPS + Raspberry Pi

Karena saya sudah punya Raspberry Pi yang standby di jaringan, saya coba eksperimen: jadikan Pi sebagai print server berbasis CUPS (Common Unix Printing System).

Langkah-langkahnya:

  • Install CUPS di Raspberry Pi:bashsudo apt update && sudo apt install cups printer-driver-gutenprint
  • Tambahkan user ke grup lpadmin dan aktifkan sharing
  • Akses web interface CUPS di http://raspberrypi.local:631
  • Tambahkan printer Canon G2010 menggunakan driver dari Gutenprint

Hasilnya?

  • Printer bisa ditambahkan ke Mac via IPP (Internet Printing Protocol)
  • Proses cetak berhasil sampai selesai
  • Masih agak lambat, tapi jauh lebih stabil dibanding metode sebelumnya

Struktur Direktori Ci4 Docker

Sekarang saya pakai docker dalam pengembangan web dengan framework Ci4. Sebelumnya saya sering pakai environment lengkap seperti xampp ataupun Laragon. Tetapi karena saya memiliki beberapa project legacy yang masih pakai dependency lama, seperti php 7 atau yang lain, sehingga kadang kesulitan menyesuaikan atau mengganti dependency jika pakai Xampp atau Laragon. Apalagi kalau ada project paralel yang harus pakai dua versi php yang berbeda.

Dengan pengembangan berbasis kontainer seperti Docker, kita bisa mengatur lingkungan yang berbeda setiap project. Lingkungan pengembangan satu project bisa kita buat independen terhadap project lain. Kita juga bisa jalankan dua project itu secara bersamaan tanpa mengganggu project yang lain.

Untuk kasus Ci4 dan bisa juga untuk framework lain sejenis, kita bisa pisahkan direktori untuk public dan private. Tujuannya diantaranya untuk keamanan dan konsistensi git workflow.

Misalhnya kita bisa buat struktur direktori seperti berikut:

project_directory
|- docker-compose.yml
|- Dockerfile
|- src
|-- private
|-- public

Kita bisa masukkan semua code ci4 di direktori private. Kemudian copy isi dari direktori public dalam ci4 ke src/public. Kemudian kita mapping src/public ke document root dalam kontainer. Kita map juga direktori private ke server.

Berikut docker compose nya:

name: 'ci4zuriah'

services:
  app:
    build:
      context: .
      dockerfile: Dockerfile
    container_name: zuriah_app
    ports:
      - "8080:80"
    volumes:
      - ./src/public:/var/www/html
      - ./src/private:/var/www/private
      - ./docker/php.ini:/usr/local/etc/php/php.ini
    depends_on:
      - db
    networks:
      - ci4net

  db:
    image: arm64v8/mysql:9.4.0-oracle
    container_name: zuriah_db
    restart: always
    environment:
      MYSQL_ROOT_PASSWORD: rootpass
      MYSQL_DATABASE: ci4db
      MYSQL_USER: ci4user
      MYSQL_PASSWORD: ci4pass
    ports:
      - "3356:3306"
    volumes:
      - dbdata:/var/lib/mysql
    networks:
      - ci4net

  phpmyadmin:
    image: arm64v8/phpmyadmin:5.2
    container_name: zuriah_myadmin
    restart: always
    ports:
      - "8051:80"
    environment:
      PMA_HOST: db
      MYSQL_ROOT_PASSWORD: rootpass
      UPLOAD_LIMIT: 10M
    depends_on:
      - db
    networks:
      - ci4net

volumes:
  dbdata:

networks:
  ci4net:

Dockerfile

FROM php:8.3-apache

# Install dependencies
RUN apt-get update && apt-get install -y \
    libicu-dev \
    libpq-dev \
    libpng-dev \
    libjpeg-dev \
    libfreetype6-dev \
    unzip \
    curl \
    zip 

# Install Composer
RUN curl -sS https://getcomposer.org/installer | php -- \
    && mv composer.phar /usr/local/bin/composer

# Aktifkan ekstensi PHP
RUN docker-php-ext-configure gd \
    --with-freetype \
    --with-jpeg \
    && docker-php-ext-install \
    gd \
    intl \
    mysqli \
    pdo \
    pdo_mysql

# Aktifkan mod_rewrite Apache
RUN a2enmod rewrite

# Restart Apache agar perubahan berlaku
RUN service apache2 restart

Kediri, 20 oct 2025

Dockerfile untuk Ci4 dengan Composer

Dengan case ingin menjalankan composer didalam container php dengan apache

FROM php:8.1-apache

# Install dependencies
RUN apt-get update && apt-get install -y \
    libicu-dev \
    libpq-dev \
    unzip \
    curl \
    zip \

# Install Composer
RUN curl -sS https://getcomposer.org/installer | php -- \
    && mv composer.phar /usr/local/bin/composer

# Aktifkan ekstensi PHP Intl 
RUN docker-php-ext-install intl mysqli pdo pdo_mysql

# Aktifkan mod_rewrite Apache
RUN a2enmod rewrite

# Restart Apache agar perubahan berlaku
RUN service apache2 restart

p9, 2 Oct 2025

Emulator Android Studio Tidak Mau Jalan

Saya baru saja pindah laptop dari yang sebelumnya pakai thinkpad x200 dan macbook ke thinkpad t480s, saya pikir menjalankan emulator Android adalah hal sepele yang langsung jalan seperti sebelumnya. Ternyata tidak. Di tengah proses pengujian aplikasi, saya justru terjebak dalam masalah yang membuat saya hampir menyerah: emulator Android tidak mau jalan sama sekali.

Berikut kronologi dan poin-poin kesulitan yang saya hadapi, serta bagaimana akhirnya saya bisa menemukan solusi yang bekerja.

⚠️ 1. Emulator Selalu Berhenti Saat Proses Start

Setiap kali saya mencoba menjalankan emulator dari Android Studio, proses hanya sampai tahap “starting emulator” lalu berhenti begitu saja. Tidak ada error fatal, hanya pesan samar seperti “started new renderthread total 17” sebelum jendela emulator hilang tanpa jejak. Tidak ada log yang jelas, tidak ada crash report. Hanya mati begitu saja dengan pesan terminated.

🔧 2. Virtualization Sudah Diaktifkan di BIOS

Langkah pertama tentu saya cek BIOS. Di ThinkPad T480s, saya pastikan Intel Virtualization Technology dan VT-d sudah aktif. Tapi emulator tetap tidak bisa dijalankan. Ini membuat saya curiga bahwa masalahnya bukan di level BIOS, melainkan di lapisan software atau driver.

📦 3. Install Semua Komponen Emulator di SDK Manager

Saya buka Android Studio → SDK Manager → SDK Tools. Di sana saya install semua yang berkaitan dengan emulator:

  • Android Emulator
  • Emulator Hypervisor Driver
  • Platform SDK terbaru

Namun, hasilnya nihil. Emulator tetap tidak bisa dijalankan. Bahkan mencoba versi SDK yang lebih lama pun tidak membantu.

🧪 4. Coba Buat AVD Berbasis ARM—Tetap Gagal

Saya cari referensi dan menemukan mungkin masalahnya ada di image x86_64, jadi saya coba buat AVD berbasis ARM64 + Google APIs. AVD tidak berhasil dibuat karena setelah berbagai cara tidak ditemukan versi ARM.

🎛️ 5. Uji Coba Mode Grafis: Automatic, Hardware, Software

Saya mulai bereksperimen dengan konfigurasi grafis di AVD Manager:

  • Automatic → emulator tetap mati
  • Hardware → muncul warning bahwa GPU tidak mendukung Vulkan
  • Software → akhirnya emulator bisa jalan!

✅ 6. Solusi: Mode Software adalah Penyelamat

Setelah semua upaya gagal, saya ubah mode grafis emulator ke Software. Hasilnya? Emulator akhirnya bisa berjalan stabil. Memang performanya tidak secepat hardware acceleration, tapi cukup untuk debugging dan pengujian UI.

🎯 Kesimpulan

Masalah emulator Android yang tidak mau jalan bisa berasal dari banyak lapisan: BIOS, driver GPU, SDK configuration, bahkan mode grafis. Dalam kasus saya, mode grafis hardware (Vulkan/OpenGL) tidak kompatibel dengan GPU Intel UHD, dan hanya mode software yang bisa menyelamatkan.

Jika kamu mengalami hal serupa, jangan menyerah. Coba ubah mode grafis, pastikan virtualisasi aktif, dan jangan ragu untuk bereksperimen dengan AVD berbasis ARM atau x86_64. Kadang solusi paling sederhana—seperti memilih mode software—adalah yang paling efektif.

P9, 29 Agustus 2025