Mencoba Sphider PHP Search Engine

Kemarin saya menemukan search engine yang dibuat menggunakan bahasa php dan database MySQL. search engine ini digunakan untuk meng-index website yang kita definisikan dan dia akan meng-index halaman-halaman website yang telah kita definisikan sebelumnya. Halaman yang diindex berdasarkan link dan title yang ada dari halaman-halaman tersebut.

Indexing-nya ditrigger dengan cara manual oleh admin, jadi admin harus melakukan indexing secara periodik agar informasi up to date. Jika kita memiliki akses terhadap cron job, mungkin bisa dilakukan indexing secara otomatis dengan periode tertentu juga.

Sistem juga memiliki record tentang keyword yang pernah dicari oleh pengunjung. Dengan record ini kita juga bisa memantau kata kunci apa yang paling sering dicari. Dengan begitu kita bisa mendapat masukan untuk kebijakan pengembangan yang akan datang.

Setelah mencobanya, saya cukup terkesan dengan aplikasi ini. search engine ini memiliki feel dan tampilan mirip google tapi dengan view dan sistem yang lebih sederhana atau mirip google zaman dulu. Orang bisa mengetikkan kata kunci pada search box dan sistem bisa memberikan sugesti kata yang sering dicari atau yang ada dalam index sistem.

Awalnya saya ingin membuat search engine sendiri untuk mencari dokumen yang ada dalam website, namun ketika saya menggunakan search engine google untuk mencari referensi tentang search engine, saya menemukan search engine sphider ini. Dan saya pikir untuk kebutuhan saat ini sudah mencukupi menggunakan search engine ini. Untuk menghormati dan menghargai jerih payah tenaga, waktu, dan pikiran pengembang, tentu tidak enak jika menggunakannya secara cuma-cuma. Juga sebagai rasa terima kasih, saya ikut memberikan kontribusi donasi, walaupun jumlahnya mungkin sangat kecil sekali.

Setelah mencoba mencari tau pengembangnya, ternyata dia seorang Phd yang sudah bekerja di skype Lab. wah, luar biasa..! :). Publikasi ilmiahnya juga lumayan banyak, terutama berkaitan dengan machine learning dan artificial intelligent.

mari kita eksplore lagi…! 🙂

Big Data???

Ya, apa itu big data…???

Beberapa hari terakhir ini, dunia saya sedikit teralihkan dengan term big data ini. Apa sih big data ini?. sepertinya isu big data mulai diungkapkan ke permukaan semenjak orang sadar kalau kita kebanjiran data. apalagi sejak 2.0 mulai menjalar kemana-mana.

saya melihat film dokumenter di youtube, BBC Horizon 2013 The Age of Big Data, dimana data secara massive di-‘create’ baik oleh individu maupun lembaga. Salah satu lembaga yang akan berkontribusi adalah lembaga di bidang astronomi (dan tentu lembaga sains yang lain).

Dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas survey langit seperti LSST (Large Synoptic Sky Survey) yang akan menghasilkan data kira-kira sampai 30 TB per malam, atau SKA ( Square Kilometer Array), sebuah system pengamatan teleskop radio rame-rame secara serentak, yang pasti juga menghasilkan data yang tidak main-main setiap malam.

SKA (Square Kilometer Array), system teleskop radio rame-rame yang digunakan untuk mengamati langit secara serentak bersama-sama. Image Credit: SPDO/Swinburne Astronomy Productions, Sumber: http://astrocompute.wordpress.com

Era media social seperti sekarang ini, setiap orang bisa menghasilkan data. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi orang bisa menghasilkan data. Bangun tidur cek socmed, update socmed. Saat tidur-pun gadget terus mengupdate data.

Bagaimana pegelola mengelola data tersebut?. Bagaimana data tersebut disimpan dan bagaimana memanfaatkan data-data tersebut.

Sepertinya big data juga akan melanda sektor climate change. Sebagaimana kita tahu bahwa perubahan iklim tidak lepas dari data-data lingkungan. Data iklim dan data kondisi bumi dan sekitarnya. Bagaimana mengelola data ini sehingga menyebabkan kebermanfaatan data yang lebih luas. Bagaimana agar masyarakat luas bisa mendapat manfaat dari data iklim ini.

Ada juga apache hadoop, sebuah framework untuk mengelola data. ada juga HDFS, Hadoop Disrtibuted File System. Seperti apa semua system ini?

Jadi, apa itu big data? apakah kita terkena imbas oleh big data?… hmmm….

catatan pengamatan radio matahari,18 mei 2013

radio2013mei
Pengamatan Radio Matahari 18 Mei 2013, Observatorium Bosscha. credit: Alfan Nasrulloh

Weekend minggu lalu saya ke bandung dengan niat ke Observatorium Bosscha untuk refreshing melakukan cek teleskop radio jove yang ada di bosscha, terutama interferometer dua elemen. tujuan sampingannya sih untuk menyepi dari hiruk pikuk kota besar seperti jakarta ini, hehe. bosscha memang tempat yang nyaman, tempatnya hijau dan asri, udaranya sejuk, dan walaupun demikian, bosscha berisi penuh dengan keilmuan terkini. Teknologi yang tidak mainstream banyak ditemukan disini, perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang tidak biasa dan tidak ada di tempat lain, tempat baca dengan suasana sepi dengan pemandangan lingkungan yang adem di mata. Kadang kabut turun dan menyelimuti pepohonan. rerumputan juga mendominasi landscape bosscha.

Checking…checking… ternyata komputernya baru :D. ok dan ternyata software pengamatannya-pun belum ada jadinya install softwarenya dulu. kira-kira berikut softwarenya:

  1. Radio Sky-Pipe. software utama untuk merekam data pengamatan
  2. Jupiter Pro. software pendukung pengamatan matahari dan jupiter
  3. Audacity. untuk merekam suara.

selain itu saya juga merancang sistem pengelolaan data hasil pengamatan agar semua data pengamatan terinventarisir dengan baik dan bisa dengan mudah diatur seperti diurutkan, ditata kembali, mudah untuk dicari, dan enak dilihat.

berikut kira-kira sketsa alur penanganan data untuk radio jove yang saya buat dengan bantuan antipapernote apps di Thinkpad tablet:

Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh
Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh

Pilihan Karir Masa Depan

Setelah melakukan pemikiran lagi tentang proyeksi masa depan, saya terbayang tentang langkah-langkah keputusan yang bisa saya ambil. Dalam hal ini saya akan berusaya melibatkan background pendidikan saya di bidang sains pada tingkat sarjana yaitu di bidang astronomi. Saya akan coba menggabungkannya dengan Teknologi Informasi. Ada celah yang ingin saya isi, yaitu penanganan data dalam sains atau sains data management atau dalam lingkup yang lebih luas yaitu teknologi informasi dalam sains.

Kalau Teknologi Informasi dalam industri atau bisnis sudah banyak sekali sampai ada vendor-vendor yang khusus menawarkan servis dan sertifikasi dalam pengelolaan informasi dalam industri yang tentu saja orientasinya adalah profit materi bagi perusahaan. Sertifikasi untuk menguasai service tersebut bisa mahal sekali dan memiliki bagian-bagian level tersendiri, isalnya tentang SAP, COBIT, ITIL, dll. Terus terang saya tidak ahli dalam istilah – istilah yang baru saya sebutkan tadi, hanya ada sedikit gambaran umum saja, jadi mohon maaf kalau salah, nanti akan saya cari lebih lanjut. Tapi dari contoh-contoh judul thesis dan karya ilmiah yang menggunakan tools tersebut, kebanyakan studi kasusnya untuk perusahaan, jadi hipotesis saya bahwa tools tersebut memang sejak awal didesain untuk keperluan industri. Walaupun bisa jadi tools tersebut bisa diaplikasikan untuk keperluan sains atau penelitian.

Lalu apa yang dimaksud keperluan sains. Ok, jadi gambaran saya adalah suatu system support untuk mengorganisir scientific information atau scientific data dalam sebuah institusi penelitian sehingga bisa memangatur aset sains yang berharga tersebut menjadi produk sains atau bahan-bahan informasi  dalam sebuah penelitian.

Sebenarnya sudah ada magister sains komputasi di ITB yang baru dibuka. Tetapi sepertinya fokus utama pendidikan tersebut lebih diarakan ke proses pengambilan kesimpulan sains berdasarkan metode ketiga dalam sains. Jadi ada satu metode baru selain teoritik dan eksperimen, yaitu metode komputasi. Salah satu metode yang digunakan adalah simualsi.  Seperti yang kita tau, metode saintifik kan kira-kira secara garis besarnya adalah dari identifikasi masalah-hipotesis-pengujian hipotesis-kesimpulan, walaupun bisa jadi kenyataannya bisa lebih kompleks. Nah, yang menjadi concern saya adalah bukan di metodenya tersebut, tapi dalam lingkup teknologi informasi yang lebih luas. Kalau ingat himpunan matematika, concern yang ingin saya pelajari adalah pada semesta himpunan yang lebih luas, yaitu pengorganisasian informasi secara keseluruhan menurut standar yang baku. Maksud saya baku adalah yang terstruktur, efisien, dan memberikan kontribusi dalam aktifitas sains.

Mimpi dan referensi saya sebenarnya muncul dari masuknya zaman pada era digital sekarang ini. Fenomena ini tentu saja ikut mempengaruhi pengelolaan aset sains berupa data-data saintifik yang semakin hari semakin bertambah banyak dan tidak terkontrol. Kalau saya pernah baca dalam sebuah paper astroinformatik, mereka menyebutnya data flooding. Mereka menyebutkan kalau data flooding ini terjadi di semua bidang sains. Saya ambil contoh dari bidang astronomi, data pengamatan dari sebuah teleskop survei yang aktif melakukan pengamatan, bisa menghasilkan data  beberapa Terabyte per hari. Bayangkan jika data ini tidak ditangani dan diatur secara sistematis, bisa jadi data ini ridak terkontrol dan kurang memberikan manfaat yang maksimal. Mereka juga menyebut sama untuk bidang-bidang sains yang lain. Saya pikir ada benarnya juga apalagi untuk keperluan yang lagi hangat seperti sekarang ini seperti climate change.

Saya pikir sekarang adalah titik kritis masalah ini di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan tentang minimnya pengelolaan terhadap data-data nasional dalam berbagai workshop climate change. Saya juga mengalami hal ini ketika di Observatorium Bosscha, dimana dalam satu dekade lebih observatorium bosscha memasuki era ddigital dengan mulai merubah detektor-detektornya menjadi detektor digital, mssih belum mempunyai prosedur baku dalam menangani data digital. Berawal dari latar belakang ini saya akan memproyeksikan masa depan karir saya dibidang penanganan data saintifik tersebut.

Bandung, 09032013
1443 WordPress for Android in TPT

Soft Launching Blog DNPI

Setup Blog untuk DNPI sudah selesai. Setting-setting dasar untuk keperluan blogging sudah dilakukan. Setting tampilan juga sudah, paling tinggal mempercantik tampilan dengan dilakukan beberapa kali percobaan untuk mendapat tampilan yang lebih menarik dan dinamis. Jadi ingat quote dari seseorang yang saya lupa namanya ” Design is persistence trying” .

Jika kita membuka blog DNPI tersebut, kita akan tahu kalau blog tersebut menggunakan aplikasi WordPress, sama juga dengan blog yang saya gunakan ini. Dari pengamatan yang lumayan gak begitu lama dan tidak juga mendalam, saya lihat bahwa wordpress ini memang sangat powerful untuk blogging. Fasilitas-fasilitasnya juga sangat lengkap. Dukungan komunitas juga sangat banyak. Sudah banyak orang yang menggunakan wordpress baik untuk personal blog dengan domain gratis dari wordpress maupun blog yang bernuansa institusi seperti Blog ITB. Jadi dengan segala kelebihan tersebut, saya pikir wordpress merupakan tool yang tepat untuk Blog DNPI. Learning curve untuk personil DNPI juga lebih singkat *harapannya, karena wordpress ini merupakan tool blogging yang umum digunakan sehingga transfer ilmunya lebih gampang bagi para personal DNPI yang akan menjadi kontributor.

Blog DNPI akan menjadi tempat sharing dari para aktor aksi-aksi perubahan iklim di Indonesia. Ide apa saja mengenai aksi perubahan iklim diharapkan bisa mengalir ringan di blog tersebut. Baik aksi yang bersifat ilmiah, teknis, policy, maupun aksi-aksi negosiasi internasional menjadi materi yang bisa dibagi kepada publik indonesia.

Akhir kata, semoga Blog DNPI bisa hidup dinamis dan berjalan sesuai fungsinya dengan lancar dan memberikan manfaat kepada masyarakat banyak.

Jakarta, 15 Desember 2012
20.20 WIB