Repost: Center of Milky Way

Postingan ini merupakan postingan ulang dari tulisan yang pernah saya post di blog ITB disini:

Center of Milky Way. © Alfan Nasrulloh/Observatorium Bosscha
Center of Milky Way. © Alfan Nasrulloh/Observatorium Bosscha

Center of Milky Way
single frame
sony A 200
exp 127s
25 Juni 2011 02:45 WIB
Obs. Bosscha

Foto ini diambil pada tanggal 25 Juni 2011 jam 02:45 WIB, dini hari di Observatorium Bosscha. Kamera yang digunakan adalah kamera DSLR Sony Alpha 200 + lensa kit s0ny 18-70 mm. Cuaca pada saat itu sangat cerah dan kering, kondisi yang cukup langka dan berharga.

Sebenarnya agak malas keluar ruangan karna cuacanya sangat dingin, dan angin tumben kenceng malam itu. tapi setelah lihat milky way tampak membentang jelas, seperti “memangil-manggil” untuk difoto, akhirnya ngeluarin kamera dan tripod. Cek sebentar hasilnya lumayan, tapi sayang bintangnya

nge-trail (tampak membentuk garis karena efek gerak rotasi bumi yang terekam kamera dengan ekspossure tinggi).

Karena kurang puas dengan hasil bintang yang ngetrail, akhirnya diputuskan untuk pakai mounting (motor tracking teleskop) vixen sphinx. Set-up tripod dan mountingnya, cari-cari attachment yang pas buat masang kamera langsung yang tanpa harus masang tabung teropong, akhirnya nemu attachment buat tabung teropong William Optic yang biasa dipakai untuk pengamatan hilal. Ternyata attachment ini pas dengan lubang screw di kamera.

Set-up selesai, atur kira-kira berapa ekspossure yang akan dipakai, liat jam, tekan tombol kamera,

tungguin sampai waktu ekspossure selesai, dan lepas tombol kamera. Untuk gambar ini waktu eskpossurenya 127 detik atau sekitar dua menit, dan ini yang agak membosankan. Nungguin kamera bekerja mengumpulkan cahaya, tidak ada yang dilakukan selain mondar-mandir disekitar sambil dengerin lagu di kegelapan. Setelah waktu ekspossure selesai, masih harus menunggu lagi kamera bekerja mengolah cahaya yang baru saja dikumpulkan tadi.

Olah digital di level, color, crop dll. didapat foto diatas. Yah, lumayan lah, walaupun akhirnya besoknya flu, tapi masih ada sekenario konfigurasi instrumen lain yang ingin dicoba. Yang paling susah adalah mensinkronkan waktu, cuaca yang cerah, dan obyek yang tampak.

Teleskop Radio Tidak Peduli Mendung

Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011.
Kondisi ruang radio dan peralatan pengamatan teleskop radio saat teramatinya semburan radio kelas X2 yang terjadi tanggal 15 Februari 2011. Alfan Nasrulloh

Tulisan ini merupakan posting ulang dari artikel yang pernah saya post di blog itb.

Salah satu yang saya suka dari teleskop radio adalah bisa digunakan untuk pengamatan walaupun cuaca mendung. Selain itu teleskop radio juga bisa digunakan pada waktu siang atau malam.

Pada suatu waktu saya mendeteksi semburan radio dari matahari saat terjadinya ledakan Matahari yaitu flare kelas x2 yang terjadi pada tanggal 15 Februari 2011 yang lalu. Saat itu cuaca sedang mendung rata dan saya berhasil mendeteksinya. Suatu anugrah yang sangat besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebenarnya ada satu hal dari cuaca yang menjadi musuh teleskop radio, setidaknya untuk teleskop radio JOVE di Observatorium Bosscha, yaitu “PETIR”. Ya petir, petir yang suka muncul waktu hujan itu, bukan penghuni terakhir ya. Kalau petir menyambar peralatan, bisa meleduk nih alat.

Ya tentu hanya fenomena antariksa tertentu saja yang bisa diamati menggunakan teleskop radio. tidak semua hal yang menarik menurut teleskop optik bisa diamati di radio. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

Astroinformatics

Receiver Jove

Astroinformatik gampangnya menggabungkan antara ilmu astronomi yang mempelajari lingkungan di luar angkasa dengan teknik-teknik dari informatika untuk mendukung atau memudahkan bahkan menjadi cabang dari metode-metode yang digunakan dalam astronomi (definisi saya sendiri…hahaha). Sebenarnya kata astroinformatik ini sedah lama saya dengar atau bahkan menjadi keseharian pekerjaan saya. Atau malah pada awalnya agak aneh dulu ketika saya mulai tertarik dengan komputer, network, website, programming ketika saya sedang belajar dengan mayor astronomi. Tapi belakangan ini (satu atau dua tahun terakhir) saya menyadari ada istilah astroinformatik yang klo kata anak jaman sekarang, gue banget… (walaupun sebenarnya gak jago – jago amat juga), bahkan ada professor  in astronomical information technology di Universitas Groningen yaitu Professor Velentijn. Saya pernah melihat nama beliau berafiliasi dengan Institut Astronomi dan ilmu komputer di website Universitas Groningen.

Salah satu projeect beliau adalah Astro-WISE. Projeect ini intinya adalah untuk menangani, memroses, menganalisis, menyimpan, dan data mining pada database astronomi yang memiliki skala ukuran Petabytes. Ide yang sama sebenarnya pernah saya pikirkan, desain, dan coba bangun di Observatorium Bosscha sebelum saya mengenal yang namanya Astro-WISE ini. Idenya adalah mengumpulkan semua data pengamatan dari berbagai teleskop dan instrumen di Observatorium Bosscha di satu tempat agar mudah dikontrol aset data yang ada. Sebenarnya apa yang saya kerjakan dulu masih jauh dari implementasi, tapi konsepnya masih terus dikembangkan. Sayangnya pekerjaan ini belum sempat terdokumentasi dengan baik dan apalagi sekarang sudah tidak in touch lagi dengan intens setelah sebagian besar waktu saya berada di Jakarta. Walaupun demikian, sebagian porsi pikiran saya masih memikirkan konsep database atau yang dulu dinamai datawarehouse atau apalah dulu itu namanya.

Sebagian besar pekerjaan utama saya adalah berkutat dengan pengaturan alur informasi yang ada di website projeect perubahan iklim, pengaturan informasi perencanaan aksi perubahan iklim, database, Web Programming, dan akhir-akhir ini mulai merambah ke ranah GIS dan WebGIS memakai mapserver. Di saat luang, saya masih memikirkan (atau lebih tepatnya melamun) bagaimana pemanfaatan teknologi informasi didalam astronomi khususnya di Observatorium Bosscha, termasuk project-project yang pernah saya kerjakan dulu. Dan tempat yang biasanya sangat nyaman untuk melamun adalah di TOL jakata-cikampek dan TOL cipularang saat perjalanan Jkt-Bdg atau sebaliknya. Biasanya semua informasi mengendap muncul semua ke permukaan.

jkt, 29 Sep 2012

Nge-jove dan beberapa rencana

jove kali ini sudah bisa beroperasi kembali setelah beberapa waktu lalu power supply jebol dan soundcard tidak terdeteksi. hari ini sudah bisa lagi walaupun belum tau penyebabnya. dari catatan sebelumnya disebutkan kalau sound tidak terdeteksi.

saya pernah mengalami sebelumnya dengan masalah pada pemilihan soundcardnya di menu options. hari ini setelah soundcard dipasang lagi dan tiset option soundcardnya, semua berjalan normal. ya, setidaknya sekarang sudah berfungsi. kalau ada masalah lagi, sama atau beda, kita catat dulu, lihat polanya, baru diputuskan nanti mau diapain. upload real time juga sudah bisa dijalankan lagi.

selanjugnya ada beberapa project system yang sudah direncanakan.
– menampilkan citra matahari terbaru dari teripong surya
– menata ulang halaman tampilan
– menata ulang data jove
– menata data jove yang diupload untuk bisa diakses kembali berdasarkan waktu
– menata data sky brigthness agar bisa diakses kembali berdasarkan waktu
– menata data surya

Link Astronomy Related Data Management

  • http://adsabs.harvard.edu/abs/1996Msngr..84…30Q
  • http://www.eso.org/observing/dfo/quality/
  • http://java.sun.com/products/java-media/jai/success/eso.html
  • http://m.sybase.com/detail?id=1041711
  • —————————
  • http://archive.eso.org/eso/eso_archive_main.html
  • http://archive.eso.org/cms/tools-documentation/visual-archive-browser
  • ————————–
  • http://www.rug.nl/target/kennis/publicaties/RECPUB2 <——- paper target related
  • http://www.strw.leidenuniv.nl/~jarle/IAC/ <— Modern data mining in Astronomy – Course
  • http://www.rug.nl/fmns-research/kapteyn/areas/vo-datacenter <—– VO and Datacenter

ini dulu, kalau ada lagi ditambah…