[Explore Jakarta] Kebun Binatang Ragunan

Explore Jakarta edisi kali ini adalah naik Transjakarta (Untuk selanjutnya, Transjakarta saya sebut busway) ke Ragunan . Saya mulai naik busway dari sekitaran kuningan ke arah Ragunan menggunakan busway jurusan Dukuh Atas- Ragunan. Hari sabtu siang tidak terlalu rame penumpang yang menuju ke arah Ragunan.

Target explore kali ini sebenarnya cuma sampai terminal ragunan dan mencari sebuah baut dan mur sepasang untuk kipas angin trus balik lagi. Tetapi begitu sampai Ragunan, ternyata saya mulai tertarik dengan kebun binatang yang letaknya tidak jauh dengan halte busway Ragunan. Bahkan lokasinyapun satu area.

Begitu sampai pintu masuk kebun binatang, pengunjung diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp.4.500,00 untuk Dewasa dan kalau gak salah Rp. 3.500,00 untuk anak-anak . Dengan mengantri tidak terlalu lama, akhirnya saya bisa masuk dan mulai mengexplore kebun binatang yang ada di Jakarta ini.

Saya masuk dari pintu utara. Dari pintu masuk, saya langsung menuju ke tempat Pelikan. Tempatnya terbuka bagian atasnya, apa burung ini tidak terbang ya. Dari sini saya langsung merasakan asrinya kebun binatang dan banyaknya pohon-pohon yang jarang saya temui di hari-hari biasanya.

Setelah dari Pelikan, saya lanjut ke kompleks ikan. Kebanyakan berisi Arowana, dan ada juga Piranha sih, tapi cuma satu. Setelah itu lanjut ke Primata kemudian ke area Burung atau Aves. Adzan Ashar mampir dulu ke mushola (atau masjid ya, gede soalnya). Lanjut lagi ke Banteng, Unta, Harimau, Gajah, dan lain-lain. Lebih lengkapnya lihat saja album di bawah ini.

Secara umum, kebun binatang Ragunan sudah cukup baik pengaturannya, setidaknya lebih baik dari kebun binatang Bandung yang sempat saya kunjungi sekitar tahun 2008. Hanya saja ada tempat yang penuh sampah seperti di salah satu foto diatas dan ada perilaku pengunjung yang masih membuang sampah sembarangan.

Solar Eclipse Observed from Bromo Tengger Semeru National Park

Solar eclipse observation result from Bromo Tengger Semeru National Park, East Java, Indonesia. Observation site was in “Puncak Penanjakan 1”, one of the best site with best view of sunrise and Bromo crater.

Mount Bromo also well known to traveler and backpacker around the world and have beautiful sunrise view. People already standby here from 04.00 am or 1-2 hours before sunrise.

Pengaturan Canon 60D untuk Video

Kemungkinan saya akan ikut ke Palembang, Sumatera Selatan, untuk mendokumentasikan Forum Group Discussion seperti yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu di Tuban dan Gresik, Jawa Timur. Ada clip-clip video, snapshot, dan gambar yang perlu diambil. Seperti biasa, saya memilih DSLR untuk mendukung tugas ini dan pilihan saya adalah Canon 60D. Waktu ke Jawa Timur, saya tidak sempat mencicipi 60D, oleh sebab itu saya akan berusaha mencari 60D untuk acara kali ini.

Sebelum eksperimen, saya coba cari tips trik singkat untuk mendapat hasil video HD maksimal. Salah satunya dari video berikut ini:

Dari video diatas, bisa diambil point-point penting terkait pengaturan dasar untuk mendapatkan hasil ‘maksimal’.

  1. Movie Exposure pilih manual untuk mendapat hasil yang konsisten.
  2. Shutter speed pilih di angka dua kali frame rate. Misal jika frame rate 24, pilih shutter speed 48 atau yang mendekati seperti 50.
  3. ISO sebisa mungkin yang kecil untuk menghindari noise. Direkomendasikan 160, 250, 320, dan tidak melampaui 1600.
  4. Atur aperture pada posisi paling lebar.
  5. Picture profile: neutral ; Highlight tone priority:Off ; Auto lighting optimizer: Off

Sementara sikian dulu, nanti kalau ada yang baru ditambahkan.

Mencoba Feature Gallery di WordPress

Setelah beberapa waktu pindah dari blogspot ke wordpress, sedikit-sedikit saya mulai eksplore feature-feature yang disediakan. Feature yang menurut saya sangat bagus dan sangat mendukung hoby saya di bidang fotografi adalah feature gallery. Feature ini baru saja saya coba untuk menampilkan hasil-hasil foto ‘pilihan’ yang pernah saya ambil.

Astrophotography Alfan Nasrulloh 2013-04-06 20-30-06Feature gallery ini saya buat pada halaman baru atau ‘page’ dalam wordpress dan muncul sebagai menu baru setara dengan ‘home’. Halaman ini saya beri nama ‘My Photo Works’. Pada menu ini saya buat sub-menu Astrophotography dan Landscape.

Astrophotography akan saya khususkan untuk menampilkan foto-foto yang saya ambil berkaitan dengan benda-benda luar angkasa. Untuk saat ini baru benda-benda yang mudah dilihat oleh mata atau benda-benda yang bisa difoto tanpa menggunakan teleskop.

Sedangkan Landscape saya buat untuk menampilkan foto-foto pemandangan alam maupun foto-foto pemandangan secara umum.

Berikut Link-nya:

My Photo Works

Astrophotography

Landscape

Bersiap Membuat Clip Dokumenter di Gresik dan Tuban

Minggu depan saya dapat tugas ke Gresik dan Tuban, Jawa Timur untuk mendokumentasikan kegiatan  project yang berkaitan dengan pertanian atau agriculture. Target yang ingin saya dapat adalah interaksi expert dengan petani lokal. Hsilnya berupa video dan foto. Foto-foto ini akan menjadi stock publikasi dan dokumentasi kegiatan project. Sedangkan video akan digunakan sebagai media publikasi dan edukasi publik baik di Indonesia maupun Jepang. Temanya mungkin lebih cenderung ke dokumenter.

Pertama, saya harus dapat gambaran tentang medan yang akan saya hadapi. Dari informasi yang ada, saya dapat gambaran bahwa saya akan ambil gambar pada lokasi outdoor. Mungkin akan berada di area persawahan. karena posisi outdoor, ada beberapa faktor lingkungan yang perlu saya perhatikan seperti angin yang bisa mengaburkan suara, hujan yang bisa mengganggu acara dan menjadi ancaman bagi instrumen dan ancaman untuk kesehatan.

Saya akan ambil moment diskusi antara expert dan petani. Saya akan ambil sudut dari sisi expert dengan sedikit memasukkan expert dalam frame dan lebih meng-expose petani dengan latar belakang persawahan. Sesekali saya akan sweep area persawahan dan mencoba menangkap gambaran umum dan hal unik yang bisa saya ambil. Hal unik disini misalnya suatu hal yang tidak umum pada persawahan terutama efek dari perubahan iklim. Ini moment kunci utamanya, dan saya harus mendapat moment ini.

Untuk mendukung tugas ini, saya memilih menggunakan DSLR karena menurut saya sudah sangat mumpuni untuk keperluan diatas. Hasil foto-foto sangat bagus dan professional looks dan hasil video juga tidak kalah dengan kamera professional untuk membuat film. Hasil videonya juga bisa tampak lebih cinematic daripada menggunakan kamera handycam. Bentuknya juga tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa.

List peralatan:

  1. Canon EOS 7D
  2. Tamron 17-50 mm F/2.8
  3. RODE stereo video microphone
  4. Tripod yang bisa monopod

Canon EOS 7D untuk merekam gambar dan video, kamera yang menurut saya cukup canggih dengan dukungan feature yang lengkap, setidaknya jauh lebih lengkap dari kamera saya sendiri (Sony A200). Kamera yang bagus dan harganya lumayan mahal. Dari beberapa review di web dan youtube, kamera ini menghasilkan gambar yang tajam dan hasil video cinematic (bergantung pada lensa juga). Tingkat noise juga relatif rendah dan memiliki rentang sensitifitas ISO yang beragam.

Lensa Tamron 17-50 mm untuk menangkap gambar. Lensa dengan sudut pandang yang lebar untuk menangkap momen dengan cakupan view yang lebar pada jarak yang dekat. Hal ini cukup penting, karena kemungkinan saya akan mengambil gambar dari posisi yang sulit, seperti berdesak-desakan atau berdiri di ‘galengan’ (jalan setapak pembatas petak sawah) bersama-sama dengan petani dan expert. Atau kalau tidak saya harus nyebur ke sawah dimana itu akan merusak persawahan atau sepatu saya yang kotor :). Tapi yang jadi perhatian utama sih rusaknya pertanian. Sedangkan untuk focal ratio atau f-stop F/2.8 saya pikir cukup untuk mendapat DOF (Depth of Field) yang lumayan untuk mempertegas POI (point of interest). Kalau di teleskope astronomi, focal ratio ini menentukan seberapa cepat teleskop. Semakin kecil berarti teleskop semakin cepat mengumpulkan cahaya.

RODE stereo video microphone untuk mengambil suara. Saya agak sangsi dengan kemampuan built-in mic pada EOS karena berdasarkan pengalaman, akan banyak noise suara yang masuk, apalagi saya harus mengambil video pada lokasi outdor dengan kondisi yang seperti saya ceritakan diatas. Oleh sebab itu saya menyiapkan external microphone ini. Dari berbagai review di web dan youtube, hasilnya lumayan bersih dan berbeda jauh dengan yang tidak memakai external microphone ini. Dengan penutup mic yang berbentuk bulu-bulu seperti bulu rubah itu, bisa mengeliminir noise ‘gemrubuk’ yang desebabkan hembusan angin.

Sedangkan yang terakhir yaitu tripod untuk kenyamanan saat mengambil gambar. Sebenarnya saya tidak menyewa, tapi dari persewaan menawarkan gratis ya dipakai saja, lagi pula pasti akan membantu di lapangan. Megang kamera itu pegel juga, apalagi dalam waktu yang lama.

Last of all, Tet’s try..!!!

kapan lagi bisa bereksperimen dengan alat canggih. Walaupun bisa saja saya merekomendasikan untuk sewa orang professional untuk mengerjakan ini, tapi kalau bisa saya kerjakan sendiri dan bisa menambah pengetahuan, pengalaman, dan yang paling penting, enjoyment, Why not?

Jika sukses, saya akan pergi ke palembang untuk hal yang sama.

Ok, Wish me luck..!!!