Weekend minggu lalu saya ke bandung dengan niat ke Observatorium Bosscha untuk refreshing melakukan cek teleskop radio jove yang ada di bosscha, terutama interferometer dua elemen. tujuan sampingannya sih untuk menyepi dari hiruk pikuk kota besar seperti jakarta ini, hehe. bosscha memang tempat yang nyaman, tempatnya hijau dan asri, udaranya sejuk, dan walaupun demikian, bosscha berisi penuh dengan keilmuan terkini. Teknologi yang tidak mainstream banyak ditemukan disini, perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang tidak biasa dan tidak ada di tempat lain, tempat baca dengan suasana sepi dengan pemandangan lingkungan yang adem di mata. Kadang kabut turun dan menyelimuti pepohonan. rerumputan juga mendominasi landscape bosscha.
Checking…checking… ternyata komputernya baru :D. ok dan ternyata software pengamatannya-pun belum ada jadinya install softwarenya dulu. kira-kira berikut softwarenya:
Radio Sky-Pipe. software utama untuk merekam data pengamatan
Jupiter Pro. software pendukung pengamatan matahari dan jupiter
Audacity. untuk merekam suara.
selain itu saya juga merancang sistem pengelolaan data hasil pengamatan agar semua data pengamatan terinventarisir dengan baik dan bisa dengan mudah diatur seperti diurutkan, ditata kembali, mudah untuk dicari, dan enak dilihat.
berikut kira-kira sketsa alur penanganan data untuk radio jove yang saya buat dengan bantuan antipapernote apps di Thinkpad tablet:
Ide ini sebenarnya sudah lama tercetus di pikiran, mungkin sudah berbulan-bulan yang lalu, hampir satu tahun berlalu. Sempat naik dan tenggelam dari pikiran saya karena kesibukan pekerjaan dan lain-lain. Namun, ide ini kembali muncul setelah berdiskusi dengan beberapa teman di Himastron ITB (Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB) malam minggu yang lalu ketika saya ke Bandung. Walaupun hampir lebih dari dua tahun lulus dan meninggalkan kampus, tapi kita masih akrab dengan para mahasiswa astronomi dari berbagai angkatan karena memang jumlah mahasiswa astronomi sedikit.
Salah satu teman diskusi santai saya adalah Anton TJ, Mahasiswa Magister Astronomi ITB. Dia kebetulan akan bertugas dalam tim RFI (Radio Frequency Interference) di kupang untuk men-survey tingkat gangguan radio di site yang akan dibangun Observatorium Baru. Survey ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar gangguan sinyal radio yang akan dialami teleskop radio nanti jika dipasang di tempat tersebut.
Topik yang kita bahas selain update situasi terkini, kami membahas tentang teleskop radio JOVE yang ada di Observatorium Bosscha. Teleskop radio JOVE adalah instrumen pengamatan gelombang radio dari benda-benda langit, khususnya Matahari dan Jupiter. Teleskop radio ini adalah hasil rintisan saya dan pembimbing saya Dr. Taufiq Hidayat di Observatorium Bosscha. Dari diskusi santai ini, ide pembentukan grup astronomi radio ini muncul kembali. Nah, saat itulah ide ini mulai saya sampaikan lebih luas.
Grup ini nantinya seperti working group yang dalam bayangan saya akan aktif memanfaatkan dan mengembangkan astronomi radio di Indonesia yang akan kita mulai dari Observatorium Bosscha. Sudah ada beberapa gambaran aktifitas yang bisa kita kerjakan, tapi setidaknya kita mulai dari membentuk wadah dulu untuk mengumpulkan kekuatan SDM dan infrastruktur. Pak Taufiq tentu mungkin sudah punya gambaran rencana yang lebih detail dan lebih jauh, tapi kita juga akan berinisiatif memulainya juga secara militansi.
Sebenarnya kejadiannya sudah dua tahun yang lalu (kalender islam). Tepat pada hari yang sama pada kalender islam dan bertepatan pula dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Akibat kejadian yang langka ini, saya semakin percaya diri menjelaskan ke smua orang apa lagi kepada tim penguji, pembimbing, staff Observatorium Bosscha, Mahasiswa Astronomi, dan semua yang terkait.
Fenomena apa itu?
Ceritanya berawal ketika saya sedang mengerjakan skripsi atau kalau di ITB biasa disebut TA (Tugas Akhir). Tugas akhir saya lebih cenderung ke instrumentasi. Instrumentasi menjadi hal yang saya minati karena mungkin memang bawaan lahir saya menyukai mesin atau peralatan, walaupun kuliah saya di bidang sains. Waktu kecil, kira-kira umuran TK, atau malah belum sekolah saya agak lupa, ketika diajak orang tua atau tetangga pergi ke hajatan kondangan di kampung, saya selalu merengek untuk melihat diesel atau genset yang digunakan untuk menyuplay listrik. Diesel gensetnya tidak sebagus yang tertutup semuanya berbentuk kotak persegi seperti yang digunakan sekarang ini, tetapi diesel umum, ada roda-roda dan tali yang menghubungkan untuk memutar generator. Apa yang saya lakukan disana? duduk manis diam saja melihat roda-roda itu berputar dan terpesona dengan suara dan lampu yang bisa nyala dari diesel itu. Bahkan saya tidak peduli dengan hajatan yang diselenggarakan, makanannya dan orang-orang yang hadir. Lagi pula saya tidak suka daging. Kata nenek, saya akan nangis dan tidak akan diam sebelum melihat genset itu.:D.
Oke, kembali ke tugas akhir, ya jadi tugas akhir saya adalah Pengembangan Teleskop Radio dan Interferometer Radio JOVE di Observatorium Bosscha *wiihhh masih apal euy…:D. Misi saya adalah mengimplementasikan teleskop radio JOVE dan mengembangkannya menjadi interferometer untuk dipasang sebagai alat pengamatan benda langit dalam panjang gelombang radio dengan frekuensi 20,1 MHz di Observatorium Bosscha. Teleskop Radio JOVE sendiri sudah lama dikembangkan oleh beberapa orang dari NASA Goddard Space Flight Center sebagai project untuk tingkat sekolah maupun umum. Saya tertarik dan saya melihat kalau project ini feasible untuk dilakukan di Observatorium Bosscha. Kebetulan Dosen pembimbing saya, Dr. Taufiq Hidayat, juga memiliki keinginan atau rencana yang sama dalam mengembangkan teleskop radio atau observatorium multiwavelength di Observatorium Bosscha atau Indonesia pada umumnya. Kebetulan juga waktu itu Pak Taufiq juga sedang menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha. Untungnya lagi setelah kepala Bosscha diganti oleh Pak Hakim ( Dr. Hakim L. Malasan), Teleskop radio JOVE masih didukung dengan beberapa support yang diberikan pada masa pengembangannya. Ini semua adalah keberuntungan yang pertama.
Keberuntungan kedua yaitu ketika saya hendak melakukan percobaan alat penerima setelah diganti yang baru karena yang lama dinilai rusak. Pada waktu itu saya sebernarnya tidak berencana untuk ke Bosscha karna memang saya sedang tidak ada jadwal penting untuk ke Bosscha seperti menerima kunjungan atau hal lain dan memang sedang libur Maulid Nabi, tapi saya akhirnya ke Bosscha juga. Sesampai di Bosscha saya tidak langsung melakukan percobaan, tetapi keliling dulu sambil menikmati udara sejuk pegunungan lembang tempat Observatorium Bosscha berada.Pada saat berkeliling, saya sempat bertemu dengan Pak Muji (Dr. Moedji Raharto) dan sempat ngobrol banyak tentang hilal, tentang Bosscha, sampai pengalaman beliau di Jepang.
Saya masuk ke ruang radio dan mulai melakukan serangkaian proses untuk melakukan testing dan pengamatan sinyal radio dari matahari. Dimulai dengan mengukur nilai tegangan power supply untuk sumber noise buatan (sumber noise buatan untuk kalibrasi penerima gelombang radio), pasang soundcard sebagai Analog-to-Digital Converter, malkukan kalibrasi sistem, dan akhirnya standby dalam pengamatan radio, dan memantau pergerakan sinyal yang diterima. O iya, cuaca waktu itu mendung cukup tebal merata disegala arah.
Ketika memonitor suara dari speaker sambil melakukan hal yang lain, karena memang kita bisa memantau sinyal radio disini menggunakan speaker, saya mendengar suara yang sangat khas. Ya, suara ini adalah suara karakter semburan radio dari matahari yang tidak bisa diperediksi itu. Saya langsung bangun dan memperhatikan monitor. Begitu tegangnya saya waktu itu karena bisa jadi ini adalah semburan terbaik yang bisa dideteksi dengan keyakinan sampai 100%. Saya langsung rekam suaranya dan langsung capture grafik sinyal yang ditampilkan di monitor. Saya langsung cek dengan berita dari spaceweather.com dan dengan situs cuaca antariksa yang lain. Saya langsung konfirmasi ke Pak Taufiq mengenai fenomena ini. Pak Dhani (Dr. Dhani Herdiwidjaya) yang juga seorang peneliti matahari ketika saya konfimasi langsung menyarankan untuk cek ke situs pemantauan X-Ray matahari menggunakan satelit untuk cross-check. Dan memang dipasetikan ada semburan matahari pada selang menit tersebut. Intensitasnya cukup tinggi, bahkan yang tertinggi pertama sejak beberapa tahun terakhir. Kejadiannya sekitar jam 12.00 siang WIB.
Fenomena inilah yang menjadi keberuntungan saya yang kedua. Ketika semua peralatan tengah diuji coba, semua telah selesai di persiapkan dan kalibrasi, telah siap dan sedang melakukan pengamatan, semburan radio dari matahari muncul dan terdeteksi. Padahal semburan ini sulit untuk diprediski dan kejadiaanya cuma beberapa menit.
Setelah kejadian itu, saya bisa merasakan rasa syukur yang dalam kepada Allah SWT. yang telah Menuntun untuk melakukan semua kegiatan pada hari itu dan saya merasa semua telah Direncanakan semuanya… Alhamdulillah… segala Puji Bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam semesta…
Tulisan ini merupakan posting ulang dari artikel yang pernah saya post di blog itb.
Salah satu yang saya suka dari teleskop radio adalah bisa digunakan untuk pengamatan walaupun cuaca mendung. Selain itu teleskop radio juga bisa digunakan pada waktu siang atau malam.
Pada suatu waktu saya mendeteksi semburan radio dari matahari saat terjadinya ledakan Matahari yaitu flare kelas x2 yang terjadi pada tanggal 15 Februari 2011 yang lalu. Saat itu cuaca sedang mendung rata dan saya berhasil mendeteksinya. Suatu anugrah yang sangat besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebenarnya ada satu hal dari cuaca yang menjadi musuh teleskop radio, setidaknya untuk teleskop radio JOVE di Observatorium Bosscha, yaitu “PETIR”. Ya petir, petir yang suka muncul waktu hujan itu, bukan penghuni terakhir ya. Kalau petir menyambar peralatan, bisa meleduk nih alat.
Ya tentu hanya fenomena antariksa tertentu saja yang bisa diamati menggunakan teleskop radio. tidak semua hal yang menarik menurut teleskop optik bisa diamati di radio. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.
jove kali ini sudah bisa beroperasi kembali setelah beberapa waktu lalu power supply jebol dan soundcard tidak terdeteksi. hari ini sudah bisa lagi walaupun belum tau penyebabnya. dari catatan sebelumnya disebutkan kalau sound tidak terdeteksi.
saya pernah mengalami sebelumnya dengan masalah pada pemilihan soundcardnya di menu options. hari ini setelah soundcard dipasang lagi dan tiset option soundcardnya, semua berjalan normal. ya, setidaknya sekarang sudah berfungsi. kalau ada masalah lagi, sama atau beda, kita catat dulu, lihat polanya, baru diputuskan nanti mau diapain. upload real time juga sudah bisa dijalankan lagi.
selanjugnya ada beberapa project system yang sudah direncanakan. – menampilkan citra matahari terbaru dari teripong surya – menata ulang halaman tampilan – menata ulang data jove – menata data jove yang diupload untuk bisa diakses kembali berdasarkan waktu – menata data sky brigthness agar bisa diakses kembali berdasarkan waktu – menata data surya