Flare Besar 15 Feb 2011

FIRST X-FLARE OF THE NEW SOLAR CYCLE: Sunspot 1158 has unleashed the strongest solar flare in more than four years. The eruption, which peaked at 0156 UT on Feb. 15th, registered X2 on the Richter scale of solar flares. NASA’s Solar Dynamics Observatory recorded an intense flash of extreme ultraviolet radiation, circled below:

X-flares are the strongest type of solar flare, and this is the first such eruption of new Solar Cycle 24. In addition to flashing Earth with UV radiation, the explosion also hurled a coronal mass ejection (CME) in our direction. The expanding cloud may be seen in this movie from NASA’s STEREO-B spacecraft. Geomagnetic storms are possible when the CME arrives 36 to 48 hours hence. Stay tuned for updates.(spaceweather.com)

Berikut hasil pengamatan radio dengan menggunakan Teleskop Radio JOVE, Observatorium Bosscha – ITB

Chart Pengamatan Radio JOVE 20,1 MHz 15 Februari 2011 jam 11:35:08 – 11:37:08 WIB Pada sekitar  04:36 UT atau jam 11:36 WIB tercatat ada semburan yang sangat besar. Perhatikan perbandingannya dengan level normal sebelum dan sesudahnya. Peningkatannya sekitar 7 kali lipat Kondisi langit berawan rata dan cukup tebal saat pengamatan. Garis merah vertikal adalah interferensi lokal.

Selain data diatas, sempat pula direkam suara dari semburan radio ini. Hasil ini merupakan milestone atau tonggak sejarah yang besar dalam pengembangan teleskop Radio JOVE di Observatorium Bosscha. Dengan hasil ini, saya yakin Observatorium Bosscha bisa terlibat aktif di radio (frekuensi rendah) untuk “menyambut” siklus aktifitas matahari ke-24 dengan puncak aktifitas matahari sekitar 2012-2014 dalam bentuk solar patrol.

Ada beberapa keberuntungan di balik data diatas:

  1. Flare muncul saat matahari masuk dalam range deteksi antena (beam).
  2. Kejadian muncul saat pengamat konsentrasi pada chart pengamatan.
  3. Kejadian muncul saat audio speaker sedang aktif..
  4. Kejadian muncul saat software audio sedang aktif merekam.
  5. Kejadian muncul beberapa saat dilakukan kalibrasi instrument.

Sebagai catatan, ini merupakan pengamatan dan kalibrasi pertama sejak Sound Card yang bertugas sebagai Analog-to-Digital Converter (ADC) diganti dengan yang baru karena rusak.

Hasil Dari X-Ray Satelit GOES

Belajar dari Pengangkut Batu Belerang

meliat acara TVone
ada orang yang bekerja
mengangkut batu belerang di kawah ijen
banyuwangi

batu itu harus diangkat di pundak
berjalan jauh
melewai jalan-jalan pegunungan
yang naik turun
dengan beban seberat 80 kg di pundak
dihargai 600 rupiah per kg

Ya Alloh…
Pundaknya sampe luka-luka begitu
jadi ingat hadits nabi yang isinya kira2
orang yang bekerja untuk menafkahi
anak dan istrinya lillahitaala
maka dicatat seperti amalan
orang yang berjihad atau berjuang di jalan Alloh.

bahkan ada anak muda yang berusia 18 tahun
sudah harus bekerja seperti itu
saya lebih bangga pada mereka
daripada anak2 muda yang suka
trek-trekan, kongkow2 yang gak jelas

sebagai orang yang memiliki
rizki yang cukup
sudah seharusnya kita lebih banyak bersyukur
dan bekerja lebih keras lagi
tidak bermalas-malasan.
Semoga kita bisa melaksanakan
amanah waktu, tenaga, pikiran,
dan rizki yang tidak selalu berbentuk harta ini
dengan baik.aamiin

Testing Interferometer

Testing 12 Jam pengamatan

Hari kemarin, 06 November 2010 merupakan hari dimana didapatkan first light Interferometer radio. Setelah bingung beberapa saat, akhirnya diputusin untuk testing interferometer aja langsung. Gak usah di attenuate dulu LO-nya, karena pada testing osc dan LO-Injection kemarin udah didapat keluaran audio yang sama dari dua receiver dan rasanya gak akan rusak jika langusng menginjeksi LO dari receiver 1 langsung ke mixer di receiver 2. Karena pada dasarnya LO dan Mixer di masing masing receiver juga langsung di injeksi begitu saja. Nanti kalau ada masalah baru dipikirkan lagi.

jam 23.15-04:56

Gambar diatas adalah hasil pengamatan selama 12 jam pengamatan. Sebenarnya maunya lebih karena waktu jam ke-12 kemarin itu jam 11 malam dan udah diniatin nginep. Tapi tiba-tiba sinyal malah drop dua-duanya dan hasil korelasi juga drop. Coba mencari penyebabnya sampai restart komputer segala, dan nyoba ganti input di microphon. Karena sinyal berubah drastis dan keburu panik duluan akhirnya milih di microphone. Karena di microphone sinyal kembali naik. Habis itu agak tenang sedikit dan ditinggal tidur. Pas bangun sekitar jam 3 pagi, coba dilihat malah gak karuan hasilnya (maksudnya tidak sesuai yang diharapkan). Sampai sekarang masih misteri…

Soundcard Oszilloscop

Pagi-pagi coba mengerjakan yang lain. teringat tentang Soundcard Oscilloscope yang dibicarakan di fringes akhirnya nyari-nyari yang gratisan dapet. Langsung dicoba buat lihat sinyal dari masing2 receiver didapat perbedaan phase 180 derajat. coba dilihat di pola x-y Lissajous memang terlihat perbedaan phase 180 derajat. Setelah dihitung berdasarkan persamaan kalibrasi, didapat bahwa diperlukan kabel adjusment 6,1XX m. Langusng teringat kabel feedline AJ-TB2 memiliki panjang segitu juga. artinya panjang kabel kurang setengah lambda. Pada awalnya mengira ini penyebab perbedaan Phase ini. Tapi setelah coba test tanpa antenna, sinyal masih tidak bergeming dengan pendiriannya berfase 180 derajat. Kecurigaan langsung mengarah ke receiver dan lebih tepatnya LO-Injection. Apa ini penyebabnya? misteri… Akan kucoba kau lain waktu. Tapi kau adalah perhatian pertamaku nanti.

Tadinya gak mau nginep, tapi setelah malem agak gerimis dan kabel udah terlanjur terpasang, males buat nggulung lagi ditambah baca notes FB seseorang sukarelawan Merapi dari link temen akhirnya diputusin nginep aja. Notesnya itu menceritakan kondisi yang memprihatinkan di pengungsian. Yang di pengungsian aja semangat walaupun dengan keterbatasan, disini yang lebih mendingan masak gak semangat.

Minggu,07 Nov 2010
Ruang Kontrol Teleskop Radio

Interferometry

Astronom radio telah belajar bagaimana mengatasi keterbatasan resolusi pada teleskop radio dengan interferometry, yaitu menggunakan dua teleskop untuk mengamati obyek yang sama dalam waktu yang sama pula. Beam dari dua teleskop membentuk fringe pattern di langit, yaitu pola gelap terang akibat interferensi. Akibat rotasi bumi, pola ini akan menyapu area langit. Jika suatu obyek langit memancarkan gelombang radio dan tersapu oleh pola ini, maka dari dua teleskop tersebut akan didapat pola sinyal yang naik turun terhadap waktu pengamatan ketika sinyal dari masing-masing teleskop di tambahkan (atau dikalikan).

Bentuk sinyal interferensi yang diterima oleh dua teleskop yang melakukan pengamatan secara simultan. (a) Constructive Interference, obyek pemancar berada tepat diatas dua teleskop sehingga sinyal akan ditangkap secara bersamaan. (b) Destructive Interference, sinyal datang agak kesamping dari titik tegak lurus baseline sehingga sinyal tidak datang secara bersamaan dengan jarak delay setengah lambda. (c) Constructive Interference  akan kembali terjadi jika jarak delay sebesar kelipatan lambdanya. Sumber: Bradt, Astronomy Method.

Masing – masing teleskop dengan jarak baseline (jarak dan orientasi antar teleskop) dapat dinyatakan sebagai titik plot pada suatu bidang 2-D (Fourier Plane) yang biasa dinyatakan dalam x-y. Sinyal yang diterima masing-masing titik dinyatakan sebagai visibility function,V(b),  yang menjadi salah satu komponen dalam ruang fourier sebagai distribusi kecerlangan langit.

Dengan memanfaatkan rotasi bumi, masing – masing titik akan bergeser dalam bidang fourier dan mengisi daerah -daerah kosong dalam bidang fourier tersebut.  Dari transformasi fourier dari fungsi visibilitas diatas didapat nilai pendekatan dari kecerlangan langit. Teknik ini disebut Apperture Synthesis.

Sumber: Bradt, Astronomy Method