Nge-random Sampai ke Depok

Berawal dari hanya nganterin Ibuk ke tempat penginapan, kebetulan ibuk sedang ikut study tour dan mampir nginep di tempat saya, saya sekaligus niat untuk tidak balik lagi langsung ke kosan tapi mau ke masjid istiqlal sekaligus nunggu sholat jumat sambil eksplore ada apa saja di sekitaran masjid istiqlal seperti perpustakaan atau yang lain.

Setelah saya pikir-pikir lama juga kalau nunggu solat jumat dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Setelah berjalan beberapa langkah menuju masjid istiqlal, saya melihat papan bertuliskan …*lupa tulisannya (tentang pusat kereta api) yang membuat saya tertarik untuk berbelok ke sana. Beberapa langkah masuk, kok seperti stasiun, dan ternyata memang stasiun sodara-sodara . Saya jadi kepikiran untuk ‘nge-random’ *saya pinjam istilah teman saya* ke depok, ya saya pengen tau seperti apa sih depok itu, seperti apa naek KRL itu (belum pernah naek KRL -_-).

Saya kurang tau alurnya naek KRL, intuitif aja dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang dipasang, dan ternyata bener jadi gak mengalami kejadian yang memalukan.

Nunggu agak lama akhirnya kereta datang. Keretanya cukup nyaman, lengang, mungkin karna hari libur dan masih pagi jadi semua orang duduk. Baru pulangnya yang agak ramai sampai berdesak-desakan di dalam. Kalau perjalanan pergi cukup 1 jam sampai stasiun UI, baliknya butuh dua jam untuk sampai stasiun Juanda lagi.

Nyampai di Stasiun UI, jalan-jalan berkeliling menikmati asrinya pohon-pohon dan sejuknya pagi. Duduk-duduk sebentar di pinggir danau, kemudian mampir sebentar di Masjidnya dan balik lagi ke jakarta, karna saya pengen shalat jumat di Istiqlal. Untungnya saya balik jam 9.00 kalau saya balik jam 10.00 sesuai rencana awal, mungkin saya gak cukup waktu sampai di Istiqlal, karna ada masalah sinyal ketika mau masuk atau lewat stasiun gambir jadi agak telat satu jam.

Danau di UI. foto: Alfan Nasrulloh
Danau di UI. Diambil dengan kamera Xperia GO. credit: Alfan Nasrulloh

Tata Cara Shalat Jenazah dan Shalat Ghoib

Berawal dari sholat ghoib yang dilakukan setelah shalat jum’at di Istiqlal yang lalu, saya jadi mencari-cari bagaimana bacaan shalat jenazah/ghoib yang bener. Sudah lama saya tidak melakukannya, karna praktis saya tidak pernah melakukannya selama beberapa tahun terakhir ini. Kalau teori sudah dipelajari sejak MI dan MTs bertahun-tahun yang lalu dan praktek-pun sudah lama tidak dilakukan.

Saya menemukan tata cara dan bacaan yang di posting di sini dan saya copy paste di halaman ini:

<————–mulai mengutip——————–>

Syarat-syaratnya :

a. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
b. Letak jenazah sebelah kiblat didepan yang menshalati.
c. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian dan tempat.

Rukun dan cara mengerjakannya.

Shalat jenazah tanpa ruku dan sujud juga tanpa iqamah.

a. Niat

Lafal niat untuk jenazah laki-laki sebagai berikut :

“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbiraatin fardlal kifaayati (ma’mumam/imamam) lillahi ta’alaa.”

Artinya : “aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

Lafal niat untuk jenazah perempuan sebagai berikut :

“Ushalli ‘alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiraatin fardlal kifaayati (ma’mumam/imamam) lillahi ta’alaa.”

Artinya : “aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

b. Setelah niat, dilanjutkan takbiratul ihram : Allahu Akbar , setelah itu membaca surat Fatihah, kemudian disambung dengan takbiratul ihram kedua : Allahu Akbar.

c. Setelah takbir kedua membaca shalawat atas nabi Muhammad saw. Minimal:

“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah salawat atas nabi Muhammad”

d. Kemudian takbir ketiga disambung dengan do’a minimal sebagai berikut :

“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu”

Artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia

Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.

e. Setelah itu takbir ke empat, disambung dengan do’a minimal :

“Allahumma la tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu waghfirlanaa walahu.”

Artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”

f. Salam

SHALAT GHAIB (FARDU KIFAYAH).

Yaitu shalat jenazah tetapi tidak dihadapan jenazah (jenazahnya berada ditempat lain atau sudah dimakamkan). Niatnya :

“Ushalli ‘alaa mayyiti (Fulanin) al ghaaibi arba’a takbiraatin fardlal kifaayati lillahi ta’alaa”

Artinya : “aku niat shalat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena Allah”

Fulanin diganti dengan nama mayat yang dishalati.

Syarat, rukun dan tatacara shalat ghaib sama dengan shalat jenazah

***

Dari berbagai sumber

<———————akhir kutipan———————–>

Tata cara diatas sama dengan apa yang saya ingat ketika belajar di Madrasah dulu. Dan Alhamdulillah masih sedikit ingat ketika shalat ghaib kemarin.

Sunset Kemarin Sore

Sunset over Jakarta.
Sunset over Jakarta. XPERIA GO

Foto ini sebenarnya saya ambil kemarin sore sekitar maghrib. Saya posting sekarang karena mau langsung posting lampunya udah mau mati, dan tentu tidak bisa sinkronisasi dengan dropbox dari HP. Karena kantor ini kalau jam 18.00 WIB listriknya dimatiin. Bagus juga untuk menghemat energi. Sekalian biar yang kerja juga menyelesaikan kerjaannya sebelum maghrib, biar efektif.

Ok, jadi pemandangan yang menurut saya bagus ini berada di sebelah barat tempat matahari tenggelam. Posisi jendala kantor emang tidak terlalu pas untuk melihat ke barat. Kalau rumah di kampung biasanya posisi yang tidak menghadap atau membelakangi matahari adalah posisi favorit. bahkan yang arah jalannya utara selatan, yang seharusnya posisi rumah menghadap timur atau barat, dipaksa untuk menghadap utara-selatan untuk menghindari matahari.

Fotonya agak blur sih tapi karena momennya yang bagus ya biar saja diupload disini.

Jkt, 20130320

Five Presentations Were Most Downloaded from 3rd Indonesia Carbon Update Website

Five most downloaded presentations in 2nd Indonesia Carbon Update Conference.
Five most downloaded presentations in 3rd Indonesia Carbon Update Conference. There is a mistake regarding event title name in graph above. It should 3rd not 2nd.

This graph shows five presentations which were most downloaded from 3rd Indonesia Carbon Update Conference that was held from 5 until 7, November 2012, in Jakarta. The Y axis shows the number of download in unit number and the X axis shows the symbol that represent the title of presentation which can be seen in legend below the graph. This data was extracted at 25 January 2013.

From this graph, we can see that the most presentation was downloaded is Nusantara Carbon Scheme which was downloaded 78 times. Followed by Indonesia Carbon Market Update at second position which was downloaded 77 times. Global and Indonesia Carbon Market toke 3rd position which was downloaded 74 times. Human Resource Development in Addressing Climate Change: National Perspective and Future Global Climate Regime: Global and National which were downloaded 63 and 62 times toke 4th and 5th position respectively.

The difference numbers of download is relatively similar between one file with the other. The name of topic also have similar between this files, related to carbon market and future perspective of climate change.

The rest of information detail regarding of this conference and presentations can be found at http://www.icu-network.net/icu2012.

Jakarta, 19 March 2013
Alfan Nasrulloh
Information Officer of ICU

Gantian ke Bandung

Perjalanan ke Bandung. credit: alfan nasrulloh
Perjalanan ke Bandung. credit: alfan nasrulloh

Baru kali ini saya ke Bandung dalam waktu kurang dari sehari untuk urusan kerjaan. Biasanya kalau dulu waktu masih di Bandung, urusan begini ke Jakarta, berangkat habis subuh, pulang sore atau malem.

Foto diatas pernah saya upload di FB dengan judul Mengejar Matahari. Subuh-subuh udah balapan sama ayam untuk ‘ceker’. Lihat antrian kendaraan sebelah kanan yang mau masuk Jakarta, mengular panjang. Saya gak bisa membayangkan kalau setiap hari harus mengalami kemacetan seperti itu. Oleh sebab itu, kondisi seperti ini makin memantapkan rencana saya untuk hidup kembali di kampung nanti setelah merasa cukup membawa bekal dari Ibu Kota.