Gerhana matahari total 2016 telah lewat, banyak dari kita yang mengamatinya, baik langsung atau tidak langsung, dan ada yang melewatkannya begitu saja.
Bagi yang mengamatinya, pengalaman melihat fenomena ini akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Tanya saja pada orang yang mengalamai masa gerhana tahun 83, pasti bisa menceritakan dengan detail.
Mengamati langsung disini berarti menuju ke tempat pengamatan yang dilewati gerhana, baik daerah yang mendapat gerhana total atau daerah yang hanya mendapat gerhana sebagian. Sedangkan mengamati tidak langsung disini berarti mengamati dari media televisi atau streaming online.
Lalu, enak mengamati langsung atau tidak langsung?. Jawabannya tergantung definisi enak. Definisi bagi setiap orang bisa berbeda.
Bagi sebagian orang, mengamati langsung lebih menantang dan lebih merasakan feel-nya. Tantangannya dimulai sejak kita mempersiapkan segala sesuatunya, mulai lokasi, arah pandang langit yang bebas dari tutupan benda sekitar, peralatan, sekenario pengamatan, finansial, akomodasi, kesehatan, dll.
Tantangan ini sangat menarik. Ada traveler bilang yang menarik dari traveling adalah menyiapkan itinerary-nya, maka mengamati fenomena langit seperti gerhana ini sama seperti traveler plus nilai tambah berupa fenomena yang langka. Feel booster-nya dapat.
Bagi sebagian orang yang lain, mengamati tidak langung mungkin lebih enak. Tidak perlu ribet menyiapkan segala keperluan sampai capek-capek ke tempat pengamatan. Cukup melihat televisi atau streaming di internet sudah mendapatkan gambarnya.
Gak enaknya ya sering disisipi iklan atau koneksi internet yang tidak stabil. Gambar yang kita lihat juga akan tergantung sama orang yang berada di balik kamera dan editor konten dari media yang kita gunakan.
Jadi mau lihat langung atau tidak langsung, silahkan pilih masing-msaing. Semua ada kelebihan dan kekurangan, tergantung preferensi masing-masing. Yang perlu dicatat, tanpa orang yang mengamati langsung, kita tidak dapat melihat secara tidak langsung.
Artikel tentang Gerhana Bulan Total oleh Dr. Moedji Raharto, Kelompok Keahlian Astronomi dan Peneliti Observatorium Bosscha. Gerhana ini akan berlangsung esok hari tanggal 8 Oktober 2014. Sebagian wilayah Indonesia bisa menyaksikannya. Berikut artikel lengkapnya:
Sebenarnya kejadiannya sudah dua tahun yang lalu (kalender islam). Tepat pada hari yang sama pada kalender islam dan bertepatan pula dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW. Akibat kejadian yang langka ini, saya semakin percaya diri menjelaskan ke smua orang apa lagi kepada tim penguji, pembimbing, staff Observatorium Bosscha, Mahasiswa Astronomi, dan semua yang terkait.
Fenomena apa itu?
Ceritanya berawal ketika saya sedang mengerjakan skripsi atau kalau di ITB biasa disebut TA (Tugas Akhir). Tugas akhir saya lebih cenderung ke instrumentasi. Instrumentasi menjadi hal yang saya minati karena mungkin memang bawaan lahir saya menyukai mesin atau peralatan, walaupun kuliah saya di bidang sains. Waktu kecil, kira-kira umuran TK, atau malah belum sekolah saya agak lupa, ketika diajak orang tua atau tetangga pergi ke hajatan kondangan di kampung, saya selalu merengek untuk melihat diesel atau genset yang digunakan untuk menyuplay listrik. Diesel gensetnya tidak sebagus yang tertutup semuanya berbentuk kotak persegi seperti yang digunakan sekarang ini, tetapi diesel umum, ada roda-roda dan tali yang menghubungkan untuk memutar generator. Apa yang saya lakukan disana? duduk manis diam saja melihat roda-roda itu berputar dan terpesona dengan suara dan lampu yang bisa nyala dari diesel itu. Bahkan saya tidak peduli dengan hajatan yang diselenggarakan, makanannya dan orang-orang yang hadir. Lagi pula saya tidak suka daging. Kata nenek, saya akan nangis dan tidak akan diam sebelum melihat genset itu.:D.
Oke, kembali ke tugas akhir, ya jadi tugas akhir saya adalah Pengembangan Teleskop Radio dan Interferometer Radio JOVE di Observatorium Bosscha *wiihhh masih apal euy…:D. Misi saya adalah mengimplementasikan teleskop radio JOVE dan mengembangkannya menjadi interferometer untuk dipasang sebagai alat pengamatan benda langit dalam panjang gelombang radio dengan frekuensi 20,1 MHz di Observatorium Bosscha. Teleskop Radio JOVE sendiri sudah lama dikembangkan oleh beberapa orang dari NASA Goddard Space Flight Center sebagai project untuk tingkat sekolah maupun umum. Saya tertarik dan saya melihat kalau project ini feasible untuk dilakukan di Observatorium Bosscha. Kebetulan Dosen pembimbing saya, Dr. Taufiq Hidayat, juga memiliki keinginan atau rencana yang sama dalam mengembangkan teleskop radio atau observatorium multiwavelength di Observatorium Bosscha atau Indonesia pada umumnya. Kebetulan juga waktu itu Pak Taufiq juga sedang menjabat sebagai kepala Observatorium Bosscha. Untungnya lagi setelah kepala Bosscha diganti oleh Pak Hakim ( Dr. Hakim L. Malasan), Teleskop radio JOVE masih didukung dengan beberapa support yang diberikan pada masa pengembangannya. Ini semua adalah keberuntungan yang pertama.
Keberuntungan kedua yaitu ketika saya hendak melakukan percobaan alat penerima setelah diganti yang baru karena yang lama dinilai rusak. Pada waktu itu saya sebernarnya tidak berencana untuk ke Bosscha karna memang saya sedang tidak ada jadwal penting untuk ke Bosscha seperti menerima kunjungan atau hal lain dan memang sedang libur Maulid Nabi, tapi saya akhirnya ke Bosscha juga. Sesampai di Bosscha saya tidak langsung melakukan percobaan, tetapi keliling dulu sambil menikmati udara sejuk pegunungan lembang tempat Observatorium Bosscha berada.Pada saat berkeliling, saya sempat bertemu dengan Pak Muji (Dr. Moedji Raharto) dan sempat ngobrol banyak tentang hilal, tentang Bosscha, sampai pengalaman beliau di Jepang.
Saya masuk ke ruang radio dan mulai melakukan serangkaian proses untuk melakukan testing dan pengamatan sinyal radio dari matahari. Dimulai dengan mengukur nilai tegangan power supply untuk sumber noise buatan (sumber noise buatan untuk kalibrasi penerima gelombang radio), pasang soundcard sebagai Analog-to-Digital Converter, malkukan kalibrasi sistem, dan akhirnya standby dalam pengamatan radio, dan memantau pergerakan sinyal yang diterima. O iya, cuaca waktu itu mendung cukup tebal merata disegala arah.
Ketika memonitor suara dari speaker sambil melakukan hal yang lain, karena memang kita bisa memantau sinyal radio disini menggunakan speaker, saya mendengar suara yang sangat khas. Ya, suara ini adalah suara karakter semburan radio dari matahari yang tidak bisa diperediksi itu. Saya langsung bangun dan memperhatikan monitor. Begitu tegangnya saya waktu itu karena bisa jadi ini adalah semburan terbaik yang bisa dideteksi dengan keyakinan sampai 100%. Saya langsung rekam suaranya dan langsung capture grafik sinyal yang ditampilkan di monitor. Saya langsung cek dengan berita dari spaceweather.com dan dengan situs cuaca antariksa yang lain. Saya langsung konfirmasi ke Pak Taufiq mengenai fenomena ini. Pak Dhani (Dr. Dhani Herdiwidjaya) yang juga seorang peneliti matahari ketika saya konfimasi langsung menyarankan untuk cek ke situs pemantauan X-Ray matahari menggunakan satelit untuk cross-check. Dan memang dipasetikan ada semburan matahari pada selang menit tersebut. Intensitasnya cukup tinggi, bahkan yang tertinggi pertama sejak beberapa tahun terakhir. Kejadiannya sekitar jam 12.00 siang WIB.
Fenomena inilah yang menjadi keberuntungan saya yang kedua. Ketika semua peralatan tengah diuji coba, semua telah selesai di persiapkan dan kalibrasi, telah siap dan sedang melakukan pengamatan, semburan radio dari matahari muncul dan terdeteksi. Padahal semburan ini sulit untuk diprediski dan kejadiaanya cuma beberapa menit.
Setelah kejadian itu, saya bisa merasakan rasa syukur yang dalam kepada Allah SWT. yang telah Menuntun untuk melakukan semua kegiatan pada hari itu dan saya merasa semua telah Direncanakan semuanya… Alhamdulillah… segala Puji Bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam semesta…
jove kali ini sudah bisa beroperasi kembali setelah beberapa waktu lalu power supply jebol dan soundcard tidak terdeteksi. hari ini sudah bisa lagi walaupun belum tau penyebabnya. dari catatan sebelumnya disebutkan kalau sound tidak terdeteksi.
saya pernah mengalami sebelumnya dengan masalah pada pemilihan soundcardnya di menu options. hari ini setelah soundcard dipasang lagi dan tiset option soundcardnya, semua berjalan normal. ya, setidaknya sekarang sudah berfungsi. kalau ada masalah lagi, sama atau beda, kita catat dulu, lihat polanya, baru diputuskan nanti mau diapain. upload real time juga sudah bisa dijalankan lagi.
selanjugnya ada beberapa project system yang sudah direncanakan. – menampilkan citra matahari terbaru dari teripong surya – menata ulang halaman tampilan – menata ulang data jove – menata data jove yang diupload untuk bisa diakses kembali berdasarkan waktu – menata data sky brigthness agar bisa diakses kembali berdasarkan waktu – menata data surya