Akhirnya, Antipapernote sudah berhasil diupgrade ke versi PRO

Antipapernote adalah aplikasi android faforit saya di TPT. Aplikasi ini digunakan untuk menulis dengan tangan menggunakan pen digital atau dengan jari, *tapi agak susah juga nulis dengan jari. Aplikasi ini punya dua versi, yang free dengan dibatasi jumlah halaman yang bisa dicoret-coret maksimal 5 halaman, tidak ada eksplorer untuk mengeksplore catatan-catatan yang dibuat, ada tambahan fitur tebal tulisan. Sedangkan versi PRO dengan manambahkan fasilitas yang tidak ada di versi free yang telah disebutkan sebelumnya.

Menulis dengan tangan dan pen itu feelnya beda daripada dengan mengetik :). Kemudian ciri khas tulisan masih bisa dibedakan atau dikenali dari bentuk tulisan yang dibuat. kalau mengetik kan tidak bisa dibedakan dari bentuk tulisannya, walaupun masih bisa mungkin dari gaya bahasa penulisannya.

Dengan menulis dengan pen digital di sabak digital, kita sudah menggabungkan keunggulan digital yang bisa diduplikat, diatur, dicari kembali dengan mudah, tidak mengenal tempat dan waktu, bisa disimpan dalam cloud, mengurangi resiko bencana, dan keunggulan menulis dengan pena(bagi yang merasa itu unggul) :).

Selamat berkarya!

“batu bosok ra iso nompo gelombang!!” :D

Jadi ada yang menarik yang saya cuplik dari pengajian Al-Hikam yang disampaikan oleh KH. Imron Jamil. kira – kira intinya adalah:

” walaupun gelombang radio apik, sing disiarne apik-apik, tapi lek batu radione bosok yo ra iso nompo gelombang”

“walaupun gelombang radio bagus, yang disiarkan bagus-bagus, tapi kalau batrei radionya jelek ya tidak bisa menerima gelombang”

Analogi diatas digunakan untuk menjelaskan didalam kajian bahwa walaupun Gusti Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, Memberikan hikmah-hikmah yang disampaikan kepada manusia, tapi kalau manusia memiliki hati yang kotor, hati yang keras, ya tidak bisa menangkap hikmah-hikmah tersebut.

Hati kotor bisa saja karena banyak dosa, sering iri, sering ria, sombong, merasa benar sendiri, sampai merasa apa yang dilakukan oleh orang lain semua salah. Dan penyakit – penyakit hati lainnya.

Pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil ini merupakan salah satu faforit saya dan keluarga di rumah. Saya pertama mendengarnya waktu SMA dulu ketika pengajian ini diputar di radio tiap pagi. Jadi sambil memulai hari-hari pagi, sambil siap-siap ke sekolah, sambil nyapu halaman, sambil masak, orang-orang di sekitar karesidenan kediri bisa sambil mendengarkan pengajian ini. Pengajian yang mengungkap hikmah-hikmah dari kehidupan, sudut pandang yang lain dalam memaknai kehidupan, tindak-tanduk dan sopan santun dalam beripadah. dll.

*file mp3 kumpulan rekaman pengajian Al-Hikam oleh KH. Imron Jamil di radio bisa ditemukan disini

Big Data???

Ya, apa itu big data…???

Beberapa hari terakhir ini, dunia saya sedikit teralihkan dengan term big data ini. Apa sih big data ini?. sepertinya isu big data mulai diungkapkan ke permukaan semenjak orang sadar kalau kita kebanjiran data. apalagi sejak 2.0 mulai menjalar kemana-mana.

saya melihat film dokumenter di youtube, BBC Horizon 2013 The Age of Big Data, dimana data secara massive di-‘create’ baik oleh individu maupun lembaga. Salah satu lembaga yang akan berkontribusi adalah lembaga di bidang astronomi (dan tentu lembaga sains yang lain).

Dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas survey langit seperti LSST (Large Synoptic Sky Survey) yang akan menghasilkan data kira-kira sampai 30 TB per malam, atau SKA ( Square Kilometer Array), sebuah system pengamatan teleskop radio rame-rame secara serentak, yang pasti juga menghasilkan data yang tidak main-main setiap malam.

SKA (Square Kilometer Array), system teleskop radio rame-rame yang digunakan untuk mengamati langit secara serentak bersama-sama. Image Credit: SPDO/Swinburne Astronomy Productions, Sumber: http://astrocompute.wordpress.com

Era media social seperti sekarang ini, setiap orang bisa menghasilkan data. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi orang bisa menghasilkan data. Bangun tidur cek socmed, update socmed. Saat tidur-pun gadget terus mengupdate data.

Bagaimana pegelola mengelola data tersebut?. Bagaimana data tersebut disimpan dan bagaimana memanfaatkan data-data tersebut.

Sepertinya big data juga akan melanda sektor climate change. Sebagaimana kita tahu bahwa perubahan iklim tidak lepas dari data-data lingkungan. Data iklim dan data kondisi bumi dan sekitarnya. Bagaimana mengelola data ini sehingga menyebabkan kebermanfaatan data yang lebih luas. Bagaimana agar masyarakat luas bisa mendapat manfaat dari data iklim ini.

Ada juga apache hadoop, sebuah framework untuk mengelola data. ada juga HDFS, Hadoop Disrtibuted File System. Seperti apa semua system ini?

Jadi, apa itu big data? apakah kita terkena imbas oleh big data?… hmmm….

belajar UML

berawal dari project-project tentang sistem informasi, khususnya aplikasi berbasis web, saya akhirnya mengenal UML. pada awalnya saya hanya bikin saja sesuai dengan apa yang dideskripsikan, baik yang dideskripsikan oleh orang lain atau sesuatu yang saya deskripsikan sendiri atau system yang ada di bayangan. tapi kemudian saya jadi tepikir, akan lebih baik kalau sistem ini didokumentasikan, biar bisa dibaca lagi, ada dokumen yang menjelaskan sistem tersebut.

awalnya saya seketsa saja sesuai dengan apa yang saya pikirkan tapi kemudian kok gini ya?. apa seperti ini dokumentasi yang bagus itu. apakah seperti ini standar sebuah dokumen sistem. pasti ada standar yang dipakai dan disepakati semua orang….dan benar, akhirnya nemulah UML ini.

kebanyakan yang melekat dari apa yang saya pelajari adalah sesuatu yang berasal dari kebutuhan. artinya pendekatan yang biasa saya lakukan adalah dari belakang. mungkin ini dipngaruhi juga dengan sisi dominan otak kanan pada diri saya. katanya orang otak kanan tidak suka yang terstruktur, sukanya loncat-loncat dan lebih suka gambaran secara umum daripada detail.

yah… anyway, yang penting sekarang mari kita belajar UML dan implementasikan 😀

catatan pengamatan radio matahari,18 mei 2013

radio2013mei
Pengamatan Radio Matahari 18 Mei 2013, Observatorium Bosscha. credit: Alfan Nasrulloh

Weekend minggu lalu saya ke bandung dengan niat ke Observatorium Bosscha untuk refreshing melakukan cek teleskop radio jove yang ada di bosscha, terutama interferometer dua elemen. tujuan sampingannya sih untuk menyepi dari hiruk pikuk kota besar seperti jakarta ini, hehe. bosscha memang tempat yang nyaman, tempatnya hijau dan asri, udaranya sejuk, dan walaupun demikian, bosscha berisi penuh dengan keilmuan terkini. Teknologi yang tidak mainstream banyak ditemukan disini, perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang tidak biasa dan tidak ada di tempat lain, tempat baca dengan suasana sepi dengan pemandangan lingkungan yang adem di mata. Kadang kabut turun dan menyelimuti pepohonan. rerumputan juga mendominasi landscape bosscha.

Checking…checking… ternyata komputernya baru :D. ok dan ternyata software pengamatannya-pun belum ada jadinya install softwarenya dulu. kira-kira berikut softwarenya:

  1. Radio Sky-Pipe. software utama untuk merekam data pengamatan
  2. Jupiter Pro. software pendukung pengamatan matahari dan jupiter
  3. Audacity. untuk merekam suara.

selain itu saya juga merancang sistem pengelolaan data hasil pengamatan agar semua data pengamatan terinventarisir dengan baik dan bisa dengan mudah diatur seperti diurutkan, ditata kembali, mudah untuk dicari, dan enak dilihat.

berikut kira-kira sketsa alur penanganan data untuk radio jove yang saya buat dengan bantuan antipapernote apps di Thinkpad tablet:

Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh
Diagram Alur Data Pengamatan dan Archival Radio JOVE. credit: Alfan Nasrulloh