yeeeeyyyy…postingan ke 100

emang kenapa dengan postingan ke 100?

apalah artinya sebuah angka?

Pak Jokowi saja tidak memperhatikan mau kerja 100 hari, 1000 hari, sejuta hari, yang penting kerja…kerja…

hmmm…., ya mungkin tidak terlalu penting, tapi disisi lain hal itu menunjukkan bahwa sudah banyak tulisan yang penulis buat. tulisan itu sebagai representasi perjalanan pikiran yang dilalui penulis. dari tulisan tersebut bisa digali lagi oleh pembaca dalam hal ini terutama bagi si penulis sendiri bahwa di masa-masa lalu pernah menuliskan tulisan-tulisan tersebut. dari situ bisa diterawang kembali kondisi lingkungan yang dialami penulis waktu itu. walaupun tidak semua dituliskan oleh penulis, namun dari tulisan tersebut, penulis bisa mereka kembali behind the scene dari tulisan tersebut didalam pikirannya.

Dalam postingan ini juga secara khusus saya dedikasikan buat para penjelajah langit malam, para astrophotographer yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk mengabadikan keindahan alam, harmonisasi alam, langit dan bumi, dan membagikannya kepada masyarakat umum agar lebih sadar dengan keindahan alam disekitarnya. sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat umum bisa lebih sadar untuk menjaga alam lingkungan disekitarnya.

Berikut kompilasi hasil foto-foto para master astrophotography yang berasal dari acara photo contest yang diselenggarakan oleh twanight.org, sebuah organisasi nirlaba yang dibentuk pada tahun 2009 bertepatan dengan tahun astronomi internasional. Selamat menikmati…:)

Semoga bermanfaat 🙂

Bulan Penghitaman Kulit

Bulan Maret kemarin rasanya seperti bulan penghitaman kulit  Bagaimana tidak, beberapa kali dalam sebulan kemarin dan juga awal bulan ini saya mendapat tugas luar ke site atau site visit ke tempat-tempat yang mengharuskan diri untuk berpanas-panas di terik matahari.

Tugas pertama yaitu ke gresik dan tuban, yaitu mendokumentasikan kegiatan sosialisasi dan focus group discussion bersama petani mengenai asuransi pertanian. Dalam tugas ini kebetulan tidak ke tempat luar, padahal sudah menyiapkan sunblok.

Tugas kedua ke gempol. Nah, ini baru ke sawah-sawah. Mengambil gambar tentang sawah yang terdampak oleh perubahan iklim. Sunblock yang saya bawapun lupa dipake, alhasil selama beberapa jam terpapar sinar matahari.

Tugas ketiga ke palembang. Dalam tugas ini juga berjam-jam berpanas-panas di bawah terik matahari. Mengambil beberapa gambar tentang lingkungan bersama mitra pemerintah lokal. Sunblock lupa dibawa, jadilah tidak pakai pelindung kulit.

Yang terakhir ini bukan tugas, tapi jalan-jalan ke bromo sambil mengamati gerhana matahari. Pada kesempatan ini akhirnya sunblock saya terpakai, setelah sekian lama beli untuk siap-siap menghadapi matahari. Tapi udah terlanjur item kayaknya.

Yah, pemutihan diri selama bertahun-tahun hilang karena terpapar sinar matahari beberapa hari :D.

Jadi bertanya, sebenarnya sunblock itu menghindari penghitaman oleh matahari gak ya? 🙂

Solar Eclipse Observed from Bromo Tengger Semeru National Park

Solar eclipse observation result from Bromo Tengger Semeru National Park, East Java, Indonesia. Observation site was in “Puncak Penanjakan 1”, one of the best site with best view of sunrise and Bromo crater.

Mount Bromo also well known to traveler and backpacker around the world and have beautiful sunrise view. People already standby here from 04.00 am or 1-2 hours before sunrise.

Ide Pembentukan Group Astronomi Radio

center
Image source: webastronomi.com

Ide ini sebenarnya sudah lama tercetus di pikiran, mungkin sudah berbulan-bulan yang lalu, hampir satu tahun berlalu. Sempat naik dan tenggelam dari pikiran saya karena kesibukan pekerjaan dan lain-lain. Namun, ide ini kembali muncul setelah berdiskusi dengan beberapa teman di Himastron ITB (Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB) malam minggu yang lalu ketika saya ke Bandung. Walaupun hampir lebih dari dua tahun lulus dan meninggalkan kampus, tapi kita masih akrab dengan para mahasiswa astronomi dari berbagai angkatan karena memang jumlah mahasiswa astronomi sedikit.

Salah satu teman diskusi santai saya adalah Anton TJ, Mahasiswa Magister Astronomi ITB. Dia kebetulan akan bertugas dalam tim RFI (Radio Frequency Interference) di kupang untuk men-survey tingkat gangguan radio di site yang akan dibangun Observatorium Baru. Survey ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar gangguan sinyal radio yang akan dialami teleskop radio nanti jika dipasang di tempat tersebut.

Topik yang kita bahas selain update situasi terkini, kami membahas tentang teleskop radio JOVE yang ada di Observatorium Bosscha. Teleskop radio JOVE adalah instrumen pengamatan gelombang radio dari benda-benda langit, khususnya Matahari dan Jupiter. Teleskop radio ini adalah hasil rintisan saya dan pembimbing saya Dr. Taufiq Hidayat di Observatorium Bosscha. Dari diskusi santai ini, ide pembentukan grup astronomi radio ini muncul kembali. Nah, saat itulah ide ini mulai saya sampaikan lebih luas.

Grup ini nantinya seperti working group yang dalam bayangan saya akan aktif memanfaatkan dan mengembangkan astronomi radio di Indonesia yang akan kita mulai dari Observatorium Bosscha. Sudah ada beberapa gambaran aktifitas yang bisa kita kerjakan, tapi setidaknya kita mulai dari membentuk wadah dulu untuk mengumpulkan kekuatan SDM dan infrastruktur. Pak Taufiq tentu mungkin sudah punya gambaran rencana yang lebih detail dan lebih jauh, tapi kita juga akan berinisiatif memulainya juga secara militansi.

Ke Palembang

Perjalanan kali ini diawali dengan kekhawatiran terjebak kemacetan akibat demo mayday. Untuk menghindari terlambat di bandara saya ambil stand dua jam untuk perjalanan ke bandara soeta. Tapi ternyata perjalanan cukup lancar dan bisa ditempuh dalam waktu tidak sampai satu jam.

Nyampe bandara ternyata cukup ramai juga. Penumpang yang cukup dominan adalah rombongan umroh. Sepertinya bulan-bulan ini memang musim pulang umroh. Minggu lalu ketika mau ke Surabaya juga ramai rombongan umroh, ternyata sekarang masih ramai saja.

Karna waktu boarding masih lama, seperti biasa sambil nunggu saya mampir dan baca-baca di Periplus. Bukunya bagus-bagus dan harganya ‘bagus’ juga :(. Beberapa buku yang cukup menyita perhatian adalah seperti biasa buku Fotografi, ada buku baru  yang minggu lalu gak ada, yaitu buku kumpulan foto-foto National Geographic. Diterbitkan dalam rangka ulang tahun National Geographic juga. Ada juga buku ulang tahun Natgeo yang lebih umum, tidak hanya foto saja tapi juga cerita perjalanan atau hasil liputan Natgeo selama ini secara garis besar. Mungkin sejenis dengan kalaidoskop gitu kali. Sedangkan untuk buku yang kumpulan foto karena gak ada sampel yang terbuka jadi gak tau isinya seperti apa, tapi tebakan saya sih halaman-halamannya berisi foto-foto ‘terbaik’ Natgeo dan caption.

Buku yang lain yang menjadi perhatian adalah buku Lonely Planet, sebuah buku tentang traveler atau backpaking. Tiap satu buku membahas destinasi kota atau negara yang banyak dikunjungi para backpaker. Saya cari-cari Malang tapi gak ada. Beberapa akhir ini saya ingin mengeksplore kota Malang. Minggu lalu sebenarnya sudah ke malang tapi gak sempat kemana-mana. Hanya sempat nginep doang.

Ok, setelah nyampe Palembang ternyata disini lagi demo juga di depan BAPEDDA Palembang dan kebetulan kantor BAPEDA nya berada tepat didepan kantor Gubernur. Jadi saya harus nunggu dulu di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, karena tujuan saya adalah kantor BAPEDA.

Sampai BAPEDA kita diskusikan agenda besok dan lusa setelah sebelumnya dikenalkan kepada pejabat BAPEDA disini. Setelah diskusi, saya sempatkan istirahat dan persiapan perlengkapan untuk kegiatan besoknya.

Malam hari saya coba melihat suasana kota Palembang sambil cari makan jalan kaki ke arah jalan gagak hitam. Menyusuri gagak hitam kearah timur atau tenggara. Trotoar di jalan gagak hitam ini cukup nyaman untuk jalan kaki, lebar dan cukup bersih. Jalannya juga luas. Ada pasar tradisional di kanan jalan dan banyak toko pempek. Menemui perempatan besar saya belok kanan menyusuri jalan Letkol Iskandar. Ada Mall dipojok seberang kiri dan ada juga Mall lagi agak ke selatan (agak nyerong ke barat sih jalannya). Sampai ada sungai dan perempatan saya belok kanan di jalan Radial.

Di tengah perjalanan jalan radial, saya mendengar seperti ada pelatihan membaca Qiro’ah, mungkin ada masjid disekitar situ. Saya coba mendekat dan ternyata memang ada masjid yaitu masjid Baiturrahman. Saya sempatkan mampir dan sholat sebentar sambil istirahat. Saya sempat ngobrol dengan penjaga masjidnya, katanya memang setiap seminggu sekali ada ngaji dan setiap dua minggu sekali ba’da subuh ada pengajian di hari sabtu dan minggu. Wah, bagus juga untuk meramaikan masjid.

Setelah cukup, saya lanjutkan jalan kaki masih di jalan radial sambil nyari makan. Saya mampir di warung nasi goreng kaki lima. Ada bapak ibu dan anak muda yang menunggu warung. Saya pesen nasi goreng. Rasa nasi gorengnya agak berbeda dengan yang biasa saya makan di jakarta, bandung, ataupun kediri. Bandung kediri saja sudah beda. Kemudian tidak sengaja saya mendengar bapak dan ibu penjual berdialog dalam bahasa jawa. Selidik punya selidik ternyata mereka dari madiun. wah, ketemu wong jowo disini. katanya memang banyak orang jawa di Palembang. Akhirnya kita ngobrol dalam bahasa jawa, bercerita kemana-mana basa-basi.

Saya lanjutkan lagi perjalanan jalan kaki random ini sampai akhirnya kembali ke tempat menginap di wisma BAPEDA. Kalau saya hitung dari aplikasi android, kira-kira total perjalanan muter tadi berkisar pada jarak 2-3 km dengan jumlah langkah sekitar 2000 sampai 3000 langkah. O iya, saya cukup terbantu dengan aplikasi google map. Dan saya baru tau kalau jalan gagak itu tadi lurus terus, saya bisa ketemu dengan jembatan ampera. ya sudah, semoga nanti sempet ke jembatan ampera dan masjid agung.